[Di sarankan membaca Transmigrasi Istri Pemburu Season 1 terlebih dahulu]
↓↓
Sesama Reinkarnasi yang mencari misteri kisah kehidupan masa lalu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mellisa Gottardo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
belum dewasa
Serena berjalan dan duduk di tepi jalan. Dia bingung harus kemana, dia menyembunyikan wajahnya di lipatan tangannya. Menangis dalam diam, merasa sangat sedih karena tidak punya tempat untuk pulang.
Cukup lama Serena menangis dalam posisi itu, bahkan kantuk mulai menderanya. Hingga langkah kaki berhenti di depannya, Serena terkejut dan reflek mendongak.
Mata sembab berair nya bertatapan dengan tatapan tajam pemuda tadi. Serena langsung memalingkan wajah, dia enggan menatapnya dan hendak pergi dari sana.
Sayangnya lengan Serena di cekal, Serena tidak bisa bergerak karena perbedaan kekuatan yang jauh. Serena menatap bingung ke arah pemuda tadi, sebenarnya apa maunya.
Keduanya diam cukup lama, pemuda itu tanpa kata menarik Serena kembali ke rumah. Serena hanya pasrah saat di tarik, tarikan itu tidak kasar tapi cukup bertenaga. Serena masih sesegukan, dia merasa sedikit senang karena di jemput tapi rasa sakit masih membekas di hatinya.
"Harusnya kau memberitahu ku jika kau sebatang kara." Ujarnya memecah keheningan malam.
Serena diam saja tidak menjawab, dia sendiri tidak tau asal usul tubuh ini dari mana. Dia ini krisis identitas, kalau saja bibi tadi tidak memanggil namanya juga dia tidak akan tau siapa namanya disini.
Keduanya bergandengan tangan dengan canggung, tiba-tiba pikiran Serena berubah. Sepertinya ini watak Serena Halim karena terasa lebih dewasa, dan Serena Yolin menyadarinya.
Mungkin pemuda ini sedang merasa insecure dan malu, dia tidak memiliki niat mengusir hanya saja sikapnya belum dewasa dan sulit mengambil keputusan yang benar. Dia hanya berusaha memberikan kesempatan bagi Serena untuk pergi, karena dia sadar diri tidak memiliki harapan membuatnya bahagia dalam kemiskinan.
"Maaf." Cicit Serena.
Pemuda itu tersentak kaget dan menoleh, dia menghentikan langkahnya dan memutar badan. Menatap Serena Dengan lurus, tidak tau alasan Serena meminta maaf.
"Padahal di posisimu juga pasti kebingungan. Maaf karena sudah membuatmu banyak berpikir, aku hanya tidak ingin membebanimu. Tapi...tapi aku tidak memiliki tempat lain untuk pulang." Lirih Serena, merasa dirinya menyedihkan.
"Maaf, aku tidak berniat mengusirmu. Ayo pulang." Ucap Pemuda itu, suaranya lebih halus.
Serena menangis, merasa sedih. Seumur hidup baru kali ini dia merasa begitu miskin, bahkan sampai tidak memiliki tempat untuk pulang. Dia merasa sangat emosional, apalagi ini tempat baru yang asing.
Pemuda itu terkejut saat Serena menangis, padahal dia mengajaknya pulang. Dengan kaku dia menepuk ubun-ubun Serena, mungkin berniat menenangkan.
Greb
Serena tiba-tiba melangkah cepat memeluk pemuda itu, Serena sendiri juga terkejut kenapa dia tiba-tiba begitu. Sepertinya kebiasaan Serena Halim yang genit dan kegantelan sudah masuk alam bawah sadarnya.
Pemuda itu bahkan mematung, keduanya sama-sama mematung dengan situasi saat ini. Serena merasa sangat malu, hendak mundur dan melepaskan pelukan tapi siapa sangka pemuda yang katanya suaminya itu membalas pelukannya dengan kaku.
"Namamu siapa?." Tanya Serena.
"Yuwen." Jawabnya.
Deg.
"Yuwen? dia beneran reinkarnasi Yuwen kan? apa cuma kebetulan namanya sama, tapi nama gue juga Shen Yue." Serena menebak-nebak.
Mereka berpelukan dengan hening cukup lama, Yuwen melepaskan pelukan itu dan menarik Serena kembali ke rumah. Sampai rumah keduanya langsung tertidur di dipan reyot karena lelah dan mengantuk.
Fajar menyingsing dari ufuk timur, Serena sudah bangun dan langsung maskeran sambil masak sarapan. Menu pagi ini rebusan ubi jalar, telur rebus dan sayur rebus. Makanan sehat dan bergizi ini sangat bagus untuk pertumbuhan.
Yuwen sudah bangun, dia masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah itu dirinya duduk di kursi kecil, menatap sarapan hari ini dengan heran.
"Rebus?." Gumamnya.
"Ini sehat dan bergizi, mengenyangkan dan penuh nutrisi baik bagi tubuh." Ujar Serena.
Tanpa banyak bicara Yuwen memakannya, ternyata benar itu sangat mengenyangkan. Bahkan lebih mengenyangkan dari bakpao daging, Yuwen menyukai sarapan ini.
"Aku akan pergi ke hutan untuk berburu." Ujar Yuwen.
"Boleh aku ikut? mungkin kita bisa memancing ikan juga." Ucap Serena.
"Kau hanya akan menghambat karena larimu pelan." Ujar Yuwen.
"Kata siapa? aku bisa lari cepat seperti maling." Sungut Serena.
"Orang aneh." Celetuk Yuwen, bergegas pergi lewat pintu belakang.
Serena mengikuti setelah memastikan pintu dan jendela sudah terkunci, tungku sudah mati dan semuanya sudah aman. Yuwen pergi membawa Busur panah dan keranjang punggung. Serena mengikuti dengan berdebar, ini adalah petualangan.
Mereka berjalan di dalam hutan, mengintai semak belukar dan mencoba memburu rusa dan hewan lainnya. Serena melihat ada sungai dengan aliran deras, merasa ngeri jika sampai terbawa arus disana.
Jleb
Serena menoleh, rupanya Yuwen mendapatkan buruan rusa. Setelah dapat, mereka pun hendak kembali ke rumah. Satu ekor rusa pun sudah sangat banyak untuk mereka berdua, untuk makan tidak akan sulit dicari tapi tetap saja hidup memerlukan banyak uang.
"Wah itu leci." Pekik Serena.
"Itu makanan ular, jangan pegang." Ucap Yuwen, menahan Serena.
"Sejak kapan ular makan buah? itu buah leci rasanya sangat segar dan manis. Kau tidak percaya? aku akan membuktikan nya." Serena bergegas berlari mendekat pohon.
Pohon itu berbuah sangat lebat, Serena bahkan bisa memetiknya dari bawah. Buru-buru memenuhi keranjangnya dengan buah, wajahnya tersenyum gembira.
"Nah lihat, kita kupas dan makan." Serena melahap, rasanya masam tapi lumayan manis dan segar.
"Wahhh ini akan sangat enak jika di buat asinan." Ujar Serena.
"Apa itu?." Bingung Yuwen.
"Yah sejenis makanan berkuah pedas, bagaimana jika kita menjualnya?." Jawab Serena.
"Percuma saja, disini makanan pedas tidak terlalu di minati." Ujar Yuwen.
"Kalau begitu masih ada salad buah, rasanya manis dan creamy." Ucap Serena.
"Makanan macam apa itu?." Heran Yuwen.
"Hahahah, kau pasti tidak tau karena itu aku akan membuatkannya khusus untukmu." Ucap Serena.
"Tidak mau." Tolak Yuwen.
"Apa? kenapa?." Kaget Serena.
"Wajahmu menyebalkan." Jawab Yuwen, pergi begitu saja.
"Brengsek, awas saja kau nanti." Batin Serena geram.
Mereka berjalan kembali ke rumah, di sepanjang perjalanan mereka bertemu banyak orang. Yuwen di sapa banyak orang, bahkan tidak jarang para wanita caper padanya. Serena diam, diam-diam memaki.
"Kak Yuwen, semalam genteng rumahku bocor. Memerlukan bantuan untuk memperbaiki, apa Kakak ada waktu untuk menolong?." Ujar seorang gadis.
Serena reflek memasamkan wajahnya, dia malas melihat interaksi itu dan pergi pulang duluan. Yuwen menatap wajah Serena yang masam, dia bergegas mengikuti.
"Kakak?." Tahan gadis itu.
"Ada puluhan laki-laki di desa ini, pergi meminta pada mereka saja." Ujar Yuwen pergi.
Gadis itu terperangah, tidak menyangka Yuwen akan menolak terang-terangan. Padahal tadi dirinya sudah tersenyum senang saat Serena pergi dengan wajah masam.
Sampai di rumah, Serena dengan wajah di tekuk menumbuk bumbu untuk membuat dendeng. Di zaman ini tidak ada kulkas, daripada daging busuk lebih baik di buat dendeng atau abon.
Yuwen pulang kerumah, mulai membersihkan rusa di sumur halaman belakang. Dia diam-diam melirik Serena yang masih merengut, Yuwen jadi merasa bingung karena belum pernah membujuk wanita sebelumnya.
"Harus di potong bagaimana?." Yuwen berusaha mengajak bicara.
Serena tidak menjawab, dia mendekat masih dengan wajah masam. Menarik rusa itu dan memotongnya sendiri, Yuwen ingin mengambil alih tapi Serena menepisnya.
"Kau marah?." Tanya Yuwen, tapi Serena bungkam.
"Biarkan aku yang memotong, kau bisa terluka jika salah memotongnya." Ujar Yuwen lagi.
"Untuk apa kau disini? pergi sana membenarkan atap rumah orang." Sindir Serena.
"Aku monolaknya." Ucap Yuwen.
Serena merasa senang tapi dia tetap ingin marah, dia akan marah satu hari penuh. Menyebalkan sekali mengingat kejadian tadi, memangnya wanita itu tidak melihat ada dirinya di samping Yuwen? setidaknya dia basa-basi menyapa istrinya lebih dulu sebelum meminta tolong pada suami orang.
Melihat Serena masih marah, Yuwen hanya diam-diam menghela nafas. Dia bingung harus bersikap seperti apa saat Istrinya seperti ini.
"Biar aku yang memotong, aku sudah menolak dan tidak pergi. Berhentilah merajuk, kau terlihat semakin menyebalkan." Ucap Yuwen, menarik tangan Serena menjauh dari rusa.
"Kau...... benar-benar jahat." Serena sedang sensi, langsung menepis tangan Yuwen dan pergi ke kamarnya.
Yuwen menatap dengan terkejut, dia tadinya hanya bercanda. Siapa sangka Serena akan semarah itu, dia merasa bersalah dan semakin frustasi. Yuwen memilih memotong dan membersihkan rusa terlebih dahulu, baru setelah ini berpikir membujuk istrinya yang merajuk.
yang pasti aku suka dengan cerita dan cara menulismu 😁