(MUSIM KE 3 PERJALANAN MENJADI DEWA TERKUAT)
Setelah pengorbanan terakhir Tian Feng untuk menyelamatkan keluarganya dari kehancuran Alam Dewa, Seluruh sekutunya terlempar ke Alam Semesta Xuanlong sebuah dunia asing dengan hukum alam yang lebih kejam dan sistem kekuatan berbasis "Energi Bintang".
Akibat perjalanan lintas dimensi yang paksa, ingatan dan kultivasi mereka tersegel. Mereka jatuh terpisah ke berbagai planet, kembali menjadi manusia fana yang harus berjuang dari nol.
Ye Chen, yang kini menjadi pemuda tanpa ingatan namun memiliki insting pelindung yang kuat, terdampar di Benua Debu Bintang bersama Long Yin. Hanya berbekal pedang berkarat (Pedang Naga Langit) dan sebuah cincin kusam, Ye Chen harus melindungi Long Yin dari sekte-sekte lokal yang menindas, sementara kekuatan naga di dalam diri Long Yin perlahan mulai bangkit kembali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sang_Imajinasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 19
DHUAAARRRR!
Suara benturan itu terdengar seperti dua gunung batu yang saling menabrak. Gelombang kejut angin dan debu meledak dari titik tumbukan, menghancurkan bebatuan di sekitar mulut gua.
Dari dalam debu itu, sesosok tubuh manusia terlempar keluar seperti peluru.
BRUK! KRAK!
Ye Chen menabrak dinding tebing dengan punggungnya. Darah segar menyembur dari mulutnya. Tulang rusuknya berderit protes.
Di seberang sana, Raja Serigala Tulang Darah mendarat dengan empat kakinya, mencengkeram tanah hingga meninggalkan parit dalam. Ia menggoyangkan kepalanya yang besar. Di keningnya, zirah tulang yang keras itu retak sedikit, meneteskan darah hitam.
Hantaman pedang Ye Chen berhasil melukainya, tapi perbedaan kekuatan itu terlalu nyata.
Mutasi Kelas 2 Puncak (setara Pengumpul Bintang Puncak) memiliki pertahanan energi yang tidak bisa ditembus dengan mudah oleh Pembuka Bintang Tahap 5.
"Uhuk..." Ye Chen mencoba berdiri, bertumpu pada pedangnya. Pandangannya sedikit kabur. Tangan kanannya gemetar hebat karena dampak benturan tadi.
"Kulitnya... sekeras besi," desis Ye Chen.
Raja Serigala itu tidak memberinya waktu istirahat. Melihat mangsanya masih berdiri, ia meraung marah. Duri-duri di punggungnya bersinar merah.
WOOSH! WOOSH!
Angin di sekitar serigala itu berputar, bukan lagi membentuk bilah sabit, melainkan Tornado Kecil. Tornado itu bercampur dengan energi darah korosif.
Raja Serigala menembakkan tornado itu.
Ye Chen membelalak. Ia tidak bisa menangkis serangan area seperti itu.
Ia memaksa kakinya bergerak. "Langkah Hantu!"
Ye Chen melompat ke samping, berguling di tanah berbatu. Tornado itu menghantam tempat ia berdiri tadi, menghancurkan batu menjadi debu halus.
Namun, serpihan angin masih menyayat kulit Ye Chen. Luka-luka kecil muncul di seluruh tubuhnya. Darahnya menetes ke tanah, dan ke gagang pedangnya.
Saat darah Ye Chen (yang mengandung jejak Asal Mula) menyentuh gagang pedang...
DUM.
Jantung Ye Chen berdetak menyakitkan.
Pedang Karat di tangannya tiba-tiba menjadi panas. Sangat panas.
Ye Chen merasakan sensasi aneh. Pedang itu tidak lagi terasa berat. Sebaliknya, pedang itu terasa... lapar.
Sebuah suara bisikan purba, bukan suara Jiwa Serigala yang sebelumnya, tapi suara roh pedang itu sendiri yang terbangun sesaat, bergema di benak Ye Chen
(...Darah... Kurang...)
"Kau mau darah?" Ye Chen menyeringai liar, matanya yang merah delima menyala terang di tengah wajahnya yang berlumuran darah. "Ambil punyaku."
Ye Chen melakukan hal gila. Ia sengaja menggoreskan telapak tangannya ke bagian tajam pedang itu (bagian yang karatnya sudah rontok).
SLLLUUURP.
Pedang itu menyedot darah Ye Chen dengan rakus.
Seketika, aura hitam pekat meledak dari bilah pedang. Karat di bagian tengah pedang rontok sepenuhnya. Logam hitam itu kini memiliki garis merah menyala di tengahnya, seperti pembuluh darah yang berdenyut.
Berat pedang itu meningkat tiga kali lipat. Tapi bagi Ye Chen yang terhubung darah, pedang itu terasa seperti bagian tubuhnya sendiri.
Raja Serigala merasakan ancaman mematikan. Bulu kuduknya berdiri. Ia tidak lagi melihat seorang bocah manusia. Ia melihat seekor iblis yang terluka.
"GRAAAA!" Raja Serigala menerjang untuk membunuh sebelum terlambat.
Kali ini, Ye Chen tidak menghindar.
Ia memegang pedang dengan dua tangan. Otot-ototnya membesar sedikit karena aliran Energi Bintang yang dipacu maksimal.
"Sembilan Hantaman Penghancur Gunung: Gerakan Kelima - Runtuhnya Langit!"
Gerakan ini seharusnya belum bisa ia kuasai. Tapi dengan bantuan pedang yang "bangun", ia memaksakannya.
Ye Chen melompat.
Di udara, bayangan seekor Naga Hitam samar muncul di belakang Ye Chen, tumpang tindih dengan bayangan Serigala Hantu.
ZRAAAASH!
Pedang itu turun.
Raja Serigala mencoba menahan dengan cakar dan energi anginnya.
Namun, aura pedang itu memakan energi angin serigala.
CRACK!
Pertahanan angin pecah. Cakar serigala patah.
Pedang Ye Chen menghantam tepat di tengah kepala Raja Serigala, di titik retakan sebelumnya.
SPLAAAT!
Tidak ada perlawanan. Kepala Raja Serigala terbelah dua hingga ke leher. Tubuh raksasa itu jatuh berdebum ke tanah, mati seketika.
Ye Chen mendarat di atas bangkai itu. Napasnya terhenti sejenak.
Lalu...
Pedang itu tidak berhenti. Bilahnya yang menancap di mayat mulai bergetar.
Darah, Energi Bintang, dan Jiwa Raja Serigala itu disedot habis-habisan.
Ye Chen bisa merasakan arus energi hangat mengalir dari gagang pedang, masuk ke lengannya, dan mengisi meridiannya yang kosong. Ini adalah Umpan Balik dari pedang iblis itu.
Luka-luka di tubuh Ye Chen menutup dengan kecepatan yang terlihat mata telanjang. Energinya yang habis terisi kembali, bahkan meluap.
BOOM!
Di dalam tubuh Ye Chen, penghalang kultivasi pecah lagi.
Ranah Pembuka Bintang, Tahap 7.
Ye Chen menarik pedangnya. Mayat Raja Serigala itu kini kering kerontang, seolah-olah sudah mati selama bertahun-tahun.
"Senjata yang mengerikan," bisik Ye Chen, menatap pedang yang kini kembali tenang, garis merahnya meredup. "Kau memakan musuh untuk memperkuat tuanmu?"
Ye Chen membelah dada kering serigala itu dan mengambil Inti Bintang.
Itu bukan inti biasa. Inti itu berwarna Hijau Gelap dengan Corak Merah. Inti Mutasi. Harta karun yang sangat berharga di kota.
Ye Chen kemudian berjalan ke gua di belakang bangkai itu. Di sana, ladang Rumput Roh Angin tumbuh subur.
Ye Chen memanen semuanya. Total ada 20 batang.
"Misi selesai. Dan bonus besar," kata Ye Chen.
Namun, saat ia hendak pergi, matanya menangkap sesuatu di sudut gua.
Sebuah kerangka manusia yang mengenakan sisa-sisa jubah biru tua jubah Murid Inti Sekte Pedang Bintang. Di jarinya, ada sebuah Cincin Ruang.
"Murid Inti mati di sini?" Ye Chen mendekat.
Ia mengambil cincin itu. Cincin murid yang mati tidak memiliki segel darah yang kuat. Ye Chen mengalirkan sedikit energinya, dan cincin itu terbuka.
Di dalamnya ada tumpukan batu bintang, beberapa gulungan teknik, dan sebuah lencana identitas giok bertuliskan: "Lin Feng - Murid Inti ke-10".
Tapi yang paling menarik perhatian Ye Chen adalah sebuah gulungan peta kuno yang terbuat dari kulit binatang buas.
Ye Chen membukanya.
Itu adalah peta "Reruntuhan Bintang Kuno" yang terletak di bawah pondasi Sekte Pedang Bintang.
"Reruntuhan di bawah sekte?" Ye Chen mengerutkan kening. "Pantas saja Lin Feng mati di sini. Mungkin dia dibungkam karena menemukan ini?"
Ye Chen menyimpan peta dan cincin itu. Ia tahu ini adalah masalah besar. Tapi untuk sekarang, ia hanya ingin pulang.
Ia berjalan keluar dari Ngarai Angin Hitam, meninggalkan jejak mayat monster dan pembunuh bayaran di belakangnya.
Matahari mulai terbit saat Ye Chen keluar dari ngarai. Siluetnya terlihat lelah namun gagah.
Di kejauhan, Kota Bintang Jatuh terlihat.
"Tunggu aku, Yin'er," gumam Ye Chen. "Aku pulang dengan membawa kekuatan."