Setting Latar 1970
Demi menebus hutang ayahnya, Asha menikah dengan putra kedua Juragan Karto, Adam. Pria yang hanya pernah sekali dua kali dia lihat.
Ia berharap cinta bisa tumbuh setelah akad, tapi harapan itu hancur saat tahu hati Adam telah dimiliki Juwita — kakak iparnya sendiri.
Di rumah itu, cinta dalam hati bersembunyi di balik sopan santun keluarga.
Asha ingin mempertahankan pernikahannya, sementara Juwita tampak seperti ingin menjadi ratu satu-satunya dikediaman itu.
Saat cinta dan harga diri dipertaruhkan, siapa yang akan tersisa tanpa luka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Abaikan 05
"Karena aku menyayangimu, Dam."
Degh!
Kata-kata Juwita yang baru saja terucap itu membuat dada Adam berdesir. Pupil matanya bergetar, nafasnya pun sedikit memburu.
Tangan Adam terulur, hendak menyentuh wajah Juwita. Rasa cinta dalam hatinya terhadap wanita itu masih ada, bahkan belum hilang sama sekali.
tap
Juwita meraih tangan Adam, dan segera menempelkan pada wajahnya. Dia melakukan itu karena Adam terlihat ragu-ragu.
"Wita,"ucap Jayan sembari membulatkan matanya. Dia tidak menyangka Juwita akan melakukan hal ini.
"Hanya mau menyentuh wajahku, kenapa kamu ragu hmm?" ujar Juwita. Wajahnya tersenyum cerah membuat Adam seperti terkunci di sana.
"Kalau kamu menyayangiku, kenapa kamu menikah sama Mas Bimo dan bukannya dengan aku. Kenapa kamu melakukan itu, Ta?"
Mata Adam berkaca-kaca, menggambarkan luka yang dirasa dalam harinya cukup dalam. Ya, pernikahan Bimo dan Juwita cukup mengguncang hidupnya. Ia pun menjadi hidup sesukanya sendiri karena hal tersebut.
"Aku menyayangimu Dam, sungguh. Tapi aku mencintai Mas Bimo. Aku tidak bisa kehilangan Mas Bimo. Tapi aku masih di sini, Dam. Aku akan selalu mendukungmu, aku akan mendengarkan setiap keluh kesahmu, dan aku siap untuk menjadi sandaranmu. Bukankah seperti ini sudah cukup, Dam?"
Adam menggelengkan kepalanya. Perkataan Juwita seolah menenangkan Adam namun itu malah semakin membuat hati Adam sakit.
"Tidak Ta, aku tidak puas dengan kondisi yang seperti ini aku ingin kamu menjadi milikku seutuhnya, bukan hanya bisa memandangmu dari kejauhan."
Adam sudah menaruh hati sejak lama kepada Juwita, tentu dia ingin menjadikan Juwita miliknya seutuhnya. Namun semua itu tentu tidak bisa karena Juwita adalah kakak iparnya.
Keduanya berbicara dengan sangat gamblang, tanpa menyadari bahwa di rumah itu banyak telinga yang mendengar salah satunya adalah Asha.
Betapa terkejutnya Asha, ketika mendengar Adam berbicara demikian. Dia menjadi ingat ucapan Adam ketika malam pertama setelah mereka menikah, bahwa dirinya tidak boleh berharap pada pernikahan ini karena Adam tidak akan pernah bisa mencintainya.
Rupanya semua itu karena ada mencintai Juwita yang merupakan kakak iparnya sendiri. Sejenak asam rasa sakit hati, dia seperti terjebak dalam hubungan dua orang. Tapi setelah dipikirkan itu bukanlah kesalahannya karena Juwita sudah memiliki Bimo.
Lagi pula pernikahannya dengan Adam bukan keinginannya juga melainkan perintah dari Juragan Karto. Hanya saja rasanya tetap sakit mendengar dengan telinganya sediri bahwa sang suami ternyata mencintai wanita lain. Dan orang itu tidak lain tidak bukan adalah kakak iparnya.
"Kalau begini apa yang harus aku lakukan?" tanya Asha pada dirinya sendiri. Dia menekan dadanya dengan tangan seolah terasa sangat sesak Mendengar pembicaraan Adam dan Juwita.
"Kenapa sih aku harus mendengarnya, kenapa aku harus tahu? Mungkin lebih baik kalau aku tidak tahu sama sekali. Apa bapak dan ibu juga sudah tahu tentang perasaan Adam kepada Mbak Juwita?" ucapnya lagi.
Tanda tanya besar muncul di otak Asha. Sebuah spekulasi pun juga dia ambil. Mungkin Juragan Karto sudah tahu perasaan Adam maka dari itu Juragan Karto meminta Adam untuk menikah dengannya.
"Intrik, haaah. Kenapa aku harus masuk dalam keluarga yang pelik ini. Urusan cinta dan hati itu bukannya hal yang mudah. Kalau begini, apa aku harus bersikap tak acuh? Apa aku tetap pura-pura bodoh ketika tahu bahwa suamiku menyukai kakak iparnya?"
Asha membalikkan tubuhnya. Dia yang awalnya ingin menghampiri Adam seketika urung dan memilih kembali ke kamar.
"Lho katanya mau bertemu dengan Adam?" Sugiyanti memiringkan kepalanya ketika melihat Asha kembali seorang diri.
Sebenarnya perintah untuk menghampiri Adam sang berasal dari ibu mertua. Sugiyanti berkata bahwa ketika Adam kesal lebih baik didatangi dan dibawakan segelas minuman dingin. Asha pun mengerti dan melakukan ide dari Sugiyanti. Tapi saat hendak menghampiri Adam, dia malah menemukan fakta lain yang sangat mengagetkannya.
"Saya lihat, Mas Adam sedang bercengkrama dengan Mbak Juwita. Saya tidak enak kalau datang, takutnya mengganggu."
"Aah Juwita ya. Harap maklum ya, Sha. Mereka sudah mengenal sejak kecil, ja~"
"Sha kemari!"
Ucapan Sugiyanti terhenti ketika Juragan Karto memanggil Asha. Asha pun bergegas untuk menemui Ayah mertuanya tersebut.
"Kamu tidak ada yang dikerjakan kan?" Tanya Juragan Karto.
"Tidak ada, Pak," jawab Asha. Lebih baik melakukan apa yang akan diperintahkan ayah mertuanya itu dari pada memikirkan atau membicarakan tentang Adam.
Meski Asha sangat terkejut mendengar pembicaraan Adam dan Juwita, tapi dia yang merasa sebagai orang baru memilik untuk mengabaikan hal tersebut.
Bagi Asha sekarang yang terpenting adalah keluarganya bisa hidup dengan baik. Seperti yang dia pikirkan di awal bahwa pernikahan ini adalah pernikahan karena sebuah kesepakatan, jadi dia pun tidak akan berharap banyak. Namun yang pasti dia akan mempertahankan pernikahan ini.
"Kalau begitu, apa kamu bisa mulai mencoba mengerjakan pembukuannya?" tawar Juragan Karto.
"Baik, Pak. Saya akan coba. Ah iya, ada yang mau saya tanyakan, apa boleh?"
Juragan Karto menganggukkan kepalanya. Pria paruh baya itu seolah sudah tahu apa yang ingin ditanyakan oleh menantunya.
Akan tetapi apa yang ditanyakan Asha tidak sesuai dengan apa yang dia pikirkan.
" Kenapa Bapak tidak meminta Mbak Juwita untuk melakukan ini?"
"Aah kamu tanya soal ini ya? Pernah aku pernah meminta cerita untuk melakukannya tapi ternyata dia tidak mampu. Menantuku semua memiliki atau mendapat kesempatan untuk ikut andil dalam kepengurusan perkebunan dan pertanian yang aku punya. Karena bagaimanapun kalian adalah anggota keluarga ini, tapi ada yang bisa melakukan ada yang tidak bisa. Juwita ternyata tidak bisa dan aku sangat berharap bahwa kamu bisa melakukannya."
Asha bernafas sangat lega ketika mendengar penjelasan dari ayah mertuanya. Awalnya Asha sangat ketakutan, ia tidak mau dicap sebagai menantu yang cari muka. Tapi ternyata Juwita juga mendapatkan kesempatan yang sama.
"Kalau begitu, saya akan mengerjakannya dengan sebaik mungkin, Pak," ucap Asha dengan penuh semangat.
Mendapat sebuah pekerjaan, mungkin akan membuatnya melupakan fakta bahwa suaminya memiliki perasaan terhadap wanita lain. Lagi pula, dia juga belum merasakan cinta terhadap Adam.
Saat ini Asha bertekad bahwa ia akan memperlakukan Adam dengan sopan santun. Ia tidak akan menggunakan hatinya. Ya saat ini Asha mengambil keputusan seperti itu, tapi tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.
"Mari anggap pria itu sebagai orang-orangan sawah yang tidak perlu diperhatikan," ucap Asha lirih.
TBC
Dam.. Asha ingin kamu menyadari rasamu dulu ya...