NovelToon NovelToon
Kakak Ipar Menjadi Pelipur Lara

Kakak Ipar Menjadi Pelipur Lara

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Duda
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Las Manalu Rumaijuk Lily

Gita sangat menyayangkan sifat suaminya yang tidak peduli padanya.
kakak iparnya justru yang lebih perduli padanya.
bagaimana Gita menanggapinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Las Manalu Rumaijuk Lily, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

sakit...

​Gita terdiam, jarinya terhenti tepat di atas ikon panggilan Maya.

​Dia tidak bisa meninggalkan suaminya begitu saja.

​Kalimat itu, yang diulang-ulang oleh suara hatinya, terasa lebih dingin daripada rasa sakit di pipinya. Akan sangat besar risikonya kalau dia nekat melakukan itu. Darren, meski kejam, adalah sumber kehidupannya selama ini. Meninggalkannya berarti menghadapi dunia sendirian, tanpa perlindungan finansial dan sosial yang selama ini ia nikmati—sebuah prospek yang menakutkan, terutama setelah ia baru saja dicap sebagai 'pemicu' kekerasan itu.

​Dia sangat tahu sifat suaminya, kalau sudah marah akan sulit menenangkannya. Jika ia melarikan diri, kemarahan Darren tidak akan reda; itu akan berubah menjadi dendam yang berbahaya.

​Gita menarik tangannya dari ponsel. Ia tidak jadi menelepon Maya.

​Ia kembali menyandarkan tubuhnya ke pintu yang terkunci, kemudian perlahan merosot lagi ke lantai. Ia memeluk lututnya, berusaha membuat dirinya sekecil mungkin. Air mata kini sudah kering, menyisakan jejak asin dan kotor di pipinya yang bengkak.

​Ia tidak berani keluar dari kamar itu. Bahkan suara perutnya yang kelaparan terasa terlalu keras dan bisa menarik perhatian jika Darren tiba-tiba kembali. Ia bersembunyi di balik pintu yang terkunci, di dalam kamar tamu yang dingin, di dalam keheningan yang menakutkan.

​Waktu berlalu tanpa makna. Pagi berganti siang, siang bergeser ke sore. Gita tidak makan, tidak minum, dan tidak bergerak. Ia hanya duduk, sesekali mengubah posisi, tetapi pandangannya tetap kosong, terpaku pada bercak debu di karpet.

​Ketegangan emosional dan trauma fisik yang baru saja ia alami mulai menagih harga.

Kepalanya mulai berdenyut sakit. Tubuhnya menggigil, meskipun suhu kamar tidak terlalu dingin.

​Saat malam menjelang, tubuh Gita terasa panas, namun ia terus menggigil hebat. Demam tinggi mulai melandanya. Kelaparan, dehidrasi, dan stres akut telah membuat sistem kekebalan tubuhnya menyerah. Ia tergeletak di kasur kamar tamu, piyamanya basah oleh keringat dingin. Ia terlalu lemah bahkan untuk mencari air minum atau mencoba meraih ponselnya lagi.

​Ia bergumam tidak jelas, memanggil nama ibunya, lalu nama Darren, bergantian. Di dalam demamnya, bayangan tamparan itu terasa nyata. Ia merasa api kemarahan Darren membakar seluruh dirinya, bukan hanya pipinya.

​Sekitar pukul sembilan malam, suara kunci mobil Darren terdengar dari garasi. Langkah kaki berat menaiki tangga.

​Darren berdiri di depan kamar tamu. Ia mengetuk pintu, tidak dengan gedoran brutal seperti pagi tadi, tetapi dengan ketukan yang tegas dan penuh kekuasaan.

​"Gita. Buka. Aku tahu kamu di dalam.

Jangan kekanak-kanakan." Nada suaranya datar, tanpa emosi, sebuah kontrol yang lebih menakutkan daripada teriakan.

​Tidak ada jawaban. Hanya keheningan yang mencekam.

​"Gita! Aku tidak suka diabaikan," kata Darren, suaranya mulai meninggi. "Keluar sekarang sebelum aku mendobraknya!"

​Gita ingin menjawab, ingin berteriak bahwa ia sakit, tetapi yang keluar dari tenggorokannya hanya rintihan lemah.

​Darren menggeram marah. Ia mengambil kunci cadangan ,

Kunci itu berputar di lubang pintu, dan klik—kunci terbuka.

​Ia mendorong pintu kamar tamu hingga membentur dinding, pandangannya siap melampiaskan kemarahan lagi. Tetapi amarahnya segera mereda ketika ia melihat Gita.

​Wanita yang dinikahi setahun lalu terbaring meringkuk, wajahnya yang pucat dan bengkak kini merah membara karena demam. Keringat membanjiri pelipisnya.

​Darren mendekat, mencengkeram pergelangan tangan Gita. Kulitnya terasa sangat panas.

​"Astaga, Gita. Apa-apaan ini? Kenapa kamu jadi begini?" tanya Darren, nadanya tidak lagi marah, melainkan campuran antara kejutan dan frustrasi. Ia tidak terbiasa melihat Gita sakit. Gita selalu sehat, selalu siap melayaninya.

​Gita membuka mata sejenak. Matanya merah dan berair. "Maaf,," bisiknya lirih.

​Darren melepaskan tangannya, sedikit iba melihat kondisi istrinya.

​"Aku akan panggil dokter," putus Darren, tanpa kelembutan. Ia mengambil ponselnya.

​Gita, dalam keadaan setengah sadar, mendengar suara Darren berbicara dengan seseorang. Kepalanya terasa berat, dan ia kembali terlelap, terjebak di antara mimpi buruk akan tamparan dan rasa sakit yang membakar seluruh tubuhnya.

​Darren mematikan panggilan, menatap istrinya dengan tatapan dingin.

​"Dasar keras kepala,," gumamnya, lalu ia keluar dari kamar itu dan menguncinya lagi dari luar.

​Ia memutuskan untuk tidak memarahi istrinya.

karena bagaimana pun juga Gita adalah istrinya,yang selalu melayani kebutuhannya setahun belakangan ini.

perubahan istrinya pun semua itu berawal dari sikapnya yang dingin dan cuek.

bersambung...

1
Reni Anjarwani
lanjut thor
Bianca Garcia Torres
Aku beneran suka dengan karakter tokoh dalam cerita ini, thor!
Las Manalu Rumaijuk Lily: terimakasih kk
total 1 replies
Myōjin Yahiko
Dijamin ngakak mulu!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!