Pertemuan pertama Alana dengan Randy terjadi secara kebetulan, dimana Alana langsung terpesona dan jatuh cinta pada pandangan pertama. Tak disangka - sangka, ternyata Randy adalah pemuda yang dijodohkan dengannya oleh nenek mereka berdua karena persahabatan. Namun saat Randy mengajak Alana berbicara empat mata, pemuda itu mengakui bahwa ia telah memiliki seorang kekasih, dan ia bersedia menikahi Alana hanya karena tak ingin mengecewakan neneknya. Pada akhirnya Alana pun terjebak dalam pernikahan yang semu, yang membuatnya harus menyembunyikan cintanya di balik kisah asmara Randy dan kekasihnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Three Flowers, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TAMU YANG MENGEJUTKAN
Dua hari telah berlalu sejak Alana mengalami kecelakaan kecil itu. Berkat obat gosok yang diberikan neneknya, pegal - pegal di kaki dan tangannya sudah mulai hilang. Kendati demikian, saat ini ia merasa resah. Jantungnya tidak berhenti berdetak kencang. Hari ini adalah hari yang dijanjikan neneknya untuk mempertemukan Alana dengan pemuda yang dijodohkan dengannya. Jadi, momen ini adalah dimana mereka menunggu kedatangan tamu istimewa, yaitu nenek Ranita dan cucunya. Hari ini Alana mengenakan pakaian yang feminin, pakaian yang dijahitkan nenek Mira untuknya. Bibir mungilnya diolesi lipstik tipis sehingga tampak merona alami. Rambutnya terikat sebagian di bagian belakang dan sebagian terurai. Sungguh cantik dan manis, pujian itu yang dilontarkan nenek Mira kepada cucunya sendiri. Alih alih membuat Alana senang, gadis itu justru sibuk memikirkan seperti apa lelaki yang akan menjadi calon suaminya nanti. Apakah sesuai dengan tipenya, apakah ramah atau malah sombong, karena nenek Ranita merupakan pengusaha sukses dan cucunya itu merupakan penerusnya yang sekarang menjadi CEO di perusahaannya itu. Kalau tampan seperti kata nenek, mana mungkin mau dengan gadis desa seperti aku, batin Alana. Tapi kalau orangnya sudah seperti om - om, mungkin saja dia mau sama aku, tapi dia bisa jadi bukan tipeku, apakah aku bisa mencintainya? tanya Alana dalam hati.
"Jangan khawatir, ini hanya kunjungan biasa.. bukan lamaran. Ini cuma perkenalan saja, nak.." ujar nenek Mira menghibur cucunya yang tidak bisa menyembunyikan perasaan cemasnya.
"Alana malu, juga takut, nek.." sahut Alana lirih. Nenek Mira tertawa kecil, ia merasa kasihan melihat cucunya yang polos itu, tetapi juga menantikan ekspresi senang dari cucunya nanti saat melihat Randy yang begitu rupawan.
TOK... TOK... TOK...
Terdengar pintu diketuk dari luar. DEG.. Jantung Alana semakin deg - degan. Matanya semakin melebar menatap ke arah ruang tamu yang terhalang tirai. Nenek Mira yang melihatnya menahan tawa dalam hati.
"Biar nenek yang keluar dulu.." ujar nenek Mira. Alana mengangguk.
Tak lama kemudian dari ruang tamu terdengar suara nenek Mira dan nenek Ranita saling bertegur sapa, tertawa renyah dan mengobrol. Sedangkan di dalam ruang keluarga, Alana sibuk dengan pikirannya yang ingin melarikan diri. Andai aku bisa menghilang.. batinnya. Di sela - sela suara nenek Mira dan nenek Ranita sesekali terdengar suara lelaki yang tak tampaknya mempunyai pembawaan tenang dan sopan. Alana semakin nervous mendengarnya.
"Alana, kemarilah nak.." panggil neneknya.
Alana menarik nafas dan menghembuskannya sebelum perlahan melangkah menuju ruang tamu dan menyibakkan tirainya. Ia langsung mencari sosok nenek Ranita dan menyapanya dengan senyuman manis, sama sekali tidak berani menatap ke arah laki - laki yang duduk tak jauh dari nenek Ranita. Alana mencium tangan nenek Ranita dengan sopan, sementara Randy terperangah melihat Alana yang tampak tidak asing baginya.
"Cantiknya cucu Mira ini.. Ayo, kenalkan.. ini Randy cucu nenek Ranita.." ujar nenek Ranita bersemangat.
Kini Alana terpaksa menoleh ke arah laki - laki yang dari tadi dihindari dari pandangannya, dan alangkah terkejutnya gadis itu tatkala ia mengenali sosok Randy, pemuda yang membuatnya jatuh kemarin lusa. Tangan yang semula bersiap akan menyalami Randy berhenti, demikian pula dengan senyum ramahnya saat menyambut nenek Ranita.
"Kamu..." Alana tak dapat melanjutkan kata - katanya lantaran tercengang.
Ah, ternyata benar gadis ini yang kemarin lusa ketemu sama aku, batin Randy yang sebenarnya sudah penasaran dari tadi, tapi dengan cepat ia menguasai keadaan. Pemuda itu lalu mengulurkan tangannya dengan lembut untuk mengajak Alana bersalaman. Meskipun masih bengong, Alana menyambut uluran tangan itu.
"Nona, kita bertemu lagi rupanya. Salam kenal, nama saya Randy..." ujar Randy memperkenalkan diri.
"Sa.. saya Alana.." sahut Alana gugup. Perlahan ia menarik tangannya yang terasa dingin dari tangan Randy yang hangat.
Nenek Mira dan nenek Ranita saling berpandangan terheran - heran melihat mereka berdua tampak tidak asing.
"Apa kalian sudah pernah bertemu sebelumnya?" tanya nenek Ranita.
"Iya, benar.. kemarin lusa saya tidak sengaja membuat Alana jatuh, nek. " sahut Randy, "Alana, nenek Mira.. sekali lagi maafkan saya. Bagimana keadaanmu, Alana?"
Nenek Mira segera paham akan situasi ini. Jadi pemuda ini yang diceritakan Alana tempo hari. Belum sempat Alana menjawab, nenek Mira langsung menjawab, "Ah, tidak apa - apa. Seperti yang kamu lihat, nak.. Alana baik - baik saja."
"Oh, syukurlah.." sahut Randy sambil tersenyum lega. Alana ikut tersenyum, "iya, saya tidak apa - apa," sahutnya singkat.
Nenek Ranita tertawa keras, "ah hahaha.. berarti mereka memang sudah berjodoh ya.. dipertemukan sebelum kita mempertemukan mereka..."
Nenek Mira pun membalas tertawa renyah tak kalah semangat, "iya, semoga..."
Kedua nenek itu tertawa bahagia, sementara Alana semakin tersipu. Ia merasakan pipinya sangat panas. Randy hanya tersenyum. Alana segera pamit ke dalam untuk menyiapkan minuman dan hidangan ringan. Di dalam ruang keluarga, Alana menata degup jantungnya dan menenangkan diri. Benar - benar suatu kejutan yang sulit dipercayai, laki - laki yang ia impikan kemarin ternyata adalah orang yang akan dijodohkan dengannya. Sejenak ia merasa bahagia, tetapi kemudian ia juga merasakan keraguan. Mungkinkah...option pertama tadi terlintas. Pemuda tampan seperti itu, mana mungkin mau dengan gadis desa seperti aku. Batin Alana pasrah.
Sementara sambil menunggu hidangan diambilkan dari dalam rumah, Randy juga sedang memikirkan Alana. Gadis yang cantik dan polos.. memang cukup menarik, tetapi aku harus tetap bersama Delia, wanita yang sangat kucintai.., batin Randy. Aku harus mencari momen yang tepat untuk mengajak Alana berbicara tanpa menyakitinya sedikit pun, ujarnya dalam hati.
Acara perkenalan berlangsung cukup lancar dengan hidangan yang sederhana namun nikmat. Alana dan Randy tak banyak bicara, hanya tersenyum memperhatikan kedua nenek saja yang mengobrol seru mengenang masa lalu mereka. Sesekali nenek Ranita memancing reaksi Randy terhadap Alana, tapi cucunya itu tetap tenang dan hanya membalas dengan senyumnya yang hangat. Sementara Alana tak sedikit pun berani menatap wajah Randy meski hatinya ingin. Ia memang gadis yang sangat pemalu dan polos.
Setelah beberapa waktu, nenek Ranita dan Randy pamit pulang. Suasana di rumah kembali tenang. Alana sibuk merapikan kembali ruang tamunya dari gelas dan piring kotor serta sisa hidangan yang disuguhkan tadi.
"Bagaimana, Alana? Kamu senang kan, melihat Randy?" tanya nenek Mira penasaran, tetapi sebenarnya ia sudah tahu jawabannya.
"Ah nenek... seandainya aku senang pun, belum tentu dia juga senang, kan?" sahut Alana.
"Dia bersedia menuruti neneknya untuk dikenalkan padamu, itu sudah menunjukkan sebuah harapan, bukan?" kata nenek Mira memberi semangat.
"Belum tentu, nenek.. Dia bisa saja sekedar penasaran, tetapi setelah melihatku yang seperti ini, bisa saja tidak sesuai standarnya dan dia menolak," potong Alana.
"Cucu nenek sangat cantik, buktinya banyak pemuda di desa ini yang suka padamu, kan.. Nenek yakin dalam pandangan pria manapun, kamu tetap cantik.." hibur nenek Mira.
"Nenek, pemuda desa ini cuma mau berteman biasa saja denganku.. jangan dilebih - lebihkan.." ujar Alana, "Yang jelas, Alana tidak mau nenek memaksa Randy untuk menerima Alana. Bagaimanapun, dia sangat berkelas, beda dengan Alana. Teman - temannya pasti jauh lebih cantik dari Alana. Kita juga tidak mengetahui apakah dia punya kekasih atau tidak,"
"Ya, sudahlah, nak.. Jangan memikirkan hal yang negatif dulu. Yang jelas, nenek akan terus berdoa supaya kamu dapat berjodoh dengannya, karena nenek dapat melihat bahwa dia sangat baik dan sopan. Nenek sangat suka melihatnya, nak.." ujar neneknya mengakhiri pembicaraan mereka.
Alana terdiam. Ia juga senang melihat Randy, tapi ia akan berusaha menahan perasaan itu sebelum tahu bagaimana pendapat Randy tentangnya dan bagaimana perasaan Randy yang sesungguhnya terhadapnya nanti.