 
                            ''Di balik malam yang sunyi, sesuatu yang lama tertidur mulai bergerak. Bisikan tak dikenal menembus dinding-dinding sepi,meninggalkan rasa dingin yang merayap.ada yang menatap di balik matanya, sebuah suara yang bukan sepenuhnya miliknya. Cahaya pun tampak retak,dan bayangan-bayangan menari di sudut yang tak terlihat.Dunia terasa salah, namun siapa yang mengintai dari kegelapan itu,hanya waktu yang mengungkap.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ellalee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
GODAAN IBLIS
Udara malam terasa lembap saat mereka turun dari bis terakhir malam itu. Lampu jalan redup memantulkan cahaya kekuningan di aspal yang basah, dan hanya ada suara jangkrik dan langkah kaki mereka berdua. Rael berjalan di samping Jae-hyun, menendang-nendang batu kecil di trotoar, sesekali melirik ke arah laki-laki itu dengan senyum yang sulit ditebak.
“Jae-hyun…” panggil Rael pelan.
Jae-hyun menoleh sedikit, tanpa menghentikan langkahnya. “Apa lagi?”
“Aku penasaran,” ucap Rael sambil menyipitkan mata nakal, “kau masih melihatku sebagai Haeun, atau… sudah mulai melihatku sebagai diriku sendiri?”
Langkah Jae-hyun terhenti sejenak. Ia menghela napas, menatap jalan di depannya yang gelap. “Aku tidak tahu,” katanya pelan. “Kadang aku melihat Haeun di wajahmu, tapi suaramu, caramu bicara, caramu menatap… semuanya berbeda.”
Rael tertawa pelan, suaranya mengalun lembut dalam dingin malam. “Hm… jadi aku membuatmu bingung, ya?” ia mencondongkan tubuhnya sedikit, menatap wajah Jae-hyun dari samping. “Kau harus hati-hati, nanti bisa jatuh cinta dua kali pada orang yang sama.”
Jae-hyun mendengus pelan, menatap lurus ke depan. tidak akan,aku hanya mencintai haeun seorang”
“uhh.....benarkah?? romantis sekali...,” balas Rael, masih dengan nada menggoda. “ kalau aku mendekat seperti ini apa kau juga masih mencintai haeun??... " tanya rael mendekatkan badannya ke arah jae-hyun.
“Berhenti menggoda,” gumam Jae-hyun dengan nada setengah kesal, tapi tak mampu menyembunyikan rona merah di pipinya.
Rael hanya tertawa lagi, membiarkan langkah mereka tenggelam dalam sunyi malam. Namun tak lama kemudian, Rael memegangi dadanya, ekspresi wajahnya berubah sedikit menahan nyeri.
Jae-hyun langsung menoleh. “Kau kenapa? apakah sakit??
Rael cepat-cepat tersenyum lagi, menutupi rasa sakitnya. “Tidak apa-apa. Hanya… tubuh Haeun ini masih belum terbiasa dengan jiwaku, atau mungkin bukan tubuhku yang sakit,melainkan hatiku,karena terus- terusan di tolak olehmu...” ucapnya sedikit terkekeh melihat ekspresi muka jae-hyun yang terlihat kesal padanya.
Jae-hyun hanya menatapnya lama, tapi memilih diam karena dia sudah lelah meladeni sifat kekanakan rael.
Mereka tiba di rumah Jae-hyun beberapa menit kemudian. Rumah itu tenang, sederhana, dan hangat diterangi lampu lembut dari ruang tamu. Begitu pintu tertutup, Jae-hyun langsung mengambil kotak P3K dari lemari kecil di ruang tengah.
“Mandi dulu sana,” katanya sambil menyiapkan alkohol dan perban. “Aku tidak mau darahmu menodai rumahku.” " sambung nya lagi terdengar kejam.
Rael memutar bola matanya. “Kau ini romantisnya aneh sekali, Jae-hyun.”
“Cepat,” balas Jae-hyun pendek.
Beberapa menit kemudian, Rael keluar dari kamar mandi, rambutnya masih basah, mengenakan baju hangat milik Jae-hyun yang kebesaran, dia berjalan ke arah dapur dan mengambil segelas air untuk menghilangkan dahaga nya. Setelah minum dia berjalan ke arah jae-hyun yang berada di ruang tamu.
Jae-hyun terdiam sejenak, pandangannya nyaris tak bisa berpaling.
Rael menangkap tatapan itu dan tersenyum miring. “Kenapa menatapku seperti itu? Kau benar-benar tidak bisa membedakan aku dan dia, ya?”
Jae-hyun cepat-cepat mengalihkan pandangan, berdeham pelan. “Duduk. Aku harus membersihkan lukamu.” ucapnya terdengar tegas.
Rael menuruti, duduk di sofa dengan kaki terlipat. Saat Jae-hyun mulai menyeka luka di bahunya dengan kapas beralkohol, Rael meringis sedikit tapi tetap tersenyum. “Kau lembut juga ternyata… kupikir kau akan membunuhku sekarang, upss.... kau tidak akan mampu membunuhku, karena kau sangat mencintai pemilik tubuh ini kan... " goda rael.
“Berhenti bicara,” gumam Jae-hyun, meski suaranya sedikit bergetar.
“Jae-hyun,” bisik Rael pelan, menatap matanya lama. “Kalau aku bilang aku mulai terbiasa dengan tatapanmu yang lembut itu… kau akan marah, tidak?”
Jae-hyun terdiam. Ia ingin menjawab, tapi kata-katanya hilang entah ke mana. Tatapan Rael membuat dadanya berdebar entah karena takut, atau sesuatu yang lain.
Rael tersenyum tipis, menatapnya lembut tapi penuh goda. “Kau tahu,” katanya perlahan, “Haeun beruntung dicintai oleh seseorang sepertimu.”
Dan Jae-hyun hanya bisa menunduk, menutup luka terakhir dengan plester, lalu berkata pelan, “Istirahatlah, Rael. Kau bicara terlalu banyak.”
Rael terkekeh kecil, lalu bersandar di sofa. “Kalau aku diam, mungkin kau tidak akan memandangku seperti ini lagi…”
Jae-hyun menatap Rael yang duduk di sofa dengan baju hangatnya yang kebesaran. Ia menghela napas pelan.
“Kenapa kau pakai bajuku? Bukankah tadi kita sudah ambil pakaian Haeun untukmu?”
Rael menoleh dengan senyum nakal, jari telunjuknya menelusuri kerah baju itu.
“Karena bajumu hangat,” ucapnya pelan. “Dan… aku suka wangi yang menempel di sini. Wangi yang bikin aku susah tidur..... " ucapnya kembali menggoda jae-hyun.
Tatapan Jae-hyun langsung beralih ke arah lain, wajahnya memanas.
“Rael, kau benar-benar..... "
Rael terkekeh pelan. “Ya, aku tahu,” bisiknya manja, “menyebalkan sekaligus… sulit diabaikan, kan?”
" hmm, baguslah kalau kau tahu.... " ucap jae-hyun langsung pergi meninggalkan rael yang terus menggoda nya.
"Rael menoleh, matanya bersinar nakal. “Aigoo… kau pergi begitu saja, ya? Tidak ingin melihatku sebentar lagi?” bisiknya, suaranya lembut tapi tetap mengusik kesabaran Jae-hyun.
Jae-hyun hanya menghela napas, menundukkan kepala sebentar, lalu melangkah menuju kamar. Namun, baru beberapa langkah ia berjalan, terdengar suara lembut namun tegas dari arah lorong kamar eomma nya.
“hyun-ah, sebentar!”
Ia menoleh dan melihat Eomma-nya berdiri di depan pintu kamar, wajahnya serius namun penuh perhatian. “Nak, masuklah. eomma perlu bicara denganmu sebentar,” katanya dengan lembut.
Jae-hyun menatap eommanya, ragu sejenak, lalu melangkah masuk. Pintu tertutup perlahan di belakangnya, menyisakan Rael yang masih duduk di sofa, tampak penasaran namun pura-pura acuh.
Eomma-nya menatap Jae-hyun dengan mata yang tajam namun hangat. “Nak… kau bisa bicara dengan Haeun,Panggil namanya saat jam kerbau, jam itu waktu untuk memanggil roh, kau tahu kan? nanti Saat Rael tertidur, jam menunjukkan pukul 01:30 malam, kau masuk ke kamar Rael dan panggil nama Haeun. Dia akan mengambil alih tubuhnya kembali. Tapi ingat!!...waktu berbicara dengan Haeun hanya sampai jam 03:30. Kalau lebih, jiwa Rael akan kembali lagi ke tubuh haeun.
Jae-hyun menelan napas, matanya serius. “Aku mengerti, Eomma.... " kenapa aku tidak kepikiran ya... " gumam jae-hyun dalam hati.
Eomma-nya menyerahkan sebuah jimat kecil pada jae-hyun “Ini… taruh di kamar Haeun. Agar aura jahat Rael tidak membuat leluhur kita marah. Kau mengerti, kan, mereka sangat tidak menyukai bau iblis,eomma juga takut,kalau mereka tahu iblis ada di sini,para dewa pelindung dan juga para leluhur akan meninggalkan kita?”
Jae-hyun mengangguk, memegang jimat itu erat. “Aku mengerti… terima kasih, Eomma.”
Eomma-nya menatapnya sejenak, lalu tersenyum tipis. “Hati-hati, Nak. Dan… jangan sampai Rael tahu tentang semua ini, kalau tidak kita berdua akan tamat... '' ucap eomma nya haeun serius.
"haeun, aku sangat merindukanmu.... " batin jae-hyun sangat tidak sabar menunggu jam 01:30 nanti.
"Sebuah jiwa tersesat, melayang di antara bayang dan cahaya, mencari pelukan yang tak kunjung datang, menari di batas dunia yang tak berpeta.
 
                     
                    