NovelToon NovelToon
Aku Yang Kau Nikahi Tapi Dia Yang Kau Cintai

Aku Yang Kau Nikahi Tapi Dia Yang Kau Cintai

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikah Kontrak / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:8.7k
Nilai: 5
Nama Author: riena

“Pernikahan kita cuma sandiwara. Di depan keluarga mesra, di belakang orang asing. Deal?”
“Deal!”

Arman sudah punya kekasih, Widya ogah ribet. Tapi siapa sangka, hidup serumah bikin aturan mereka berantakan. Dari rebutan kamar mandi sampai saling sindir tiap hari, pura-pura suami istri malah bikin baper sungguhan.

Kalau awalnya cuma perjanjian konyol, kenapa hati ikut-ikutan serius?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon riena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 5 – Beberes ala Pasutri Palsu

Kotak-kotak belanjaan baru saja ditumpuk di ruang tamu. Widya berdiri dengan tangan berkacak pinggang, matanya menyapu isi rumah.

“Pertama, dapur. Barang-barang masuk dapur dulu.”

Arman mendengus. “Dapur mulu. Kenapa nggak langsung ke kamar? Aku kan butuh tempat naro stok mi instan pilihanku.”

“Yaelah, mi instan disimpen di dapur, Mas. Nggak ada namanya lemari mi instan di kamar.” Widya menatap suaminya tajam.

Arman menepuk dada. “Nah, makanya kita bikin sejarah. Aku bakal jadi manusia pertama yang punya lemari mi instan pribadi di kamar.”

Widya sudah siap mengomel, tapi akhirnya hanya menutup muka dengan kedua tangan. “Tuhan, kuatkan hambaMu…”

Saat menyusun barang, ribut lagi.

“Sabun cuci piring taro deket wastafel,” ucap Widya.

Arman malah menyimpan di rak atas bareng camilan.

“Mas Arman! Itu sabun, bukan ciki!”

“Ya siapa tau aku lagi ngemil, terus tangan berminyak, langsung bisa cuci tangan. Praktis kan?” Arman cengengesan.

Widya menatapnya lama. “Aku sumpahi… kamu tuh terus kayak bocah lima tahun, Mas.”

Arman mencebik, “Sumpahnya nggak bakalan manjur.”

Setelahnya mereka menggotong karpet baru.

“Taruh sini, biar ruangan keliatan lega,” usul Widya.

Arman menaruh di posisi lain. “Nggak, sini lebih cozy. Biar kalau main game enak.”

“Mas Arman, rumah ini bukan warnet.”

“Warnet lebih rapi dari ini, Wid.”

Widya hampir melempar bantal sofa ke muka suaminya saking keselnya.

Puncaknya terjadi saat mereka memasang rak piring. Widya memegang instruksi manual, Arman memegang obeng.

“Baut nomor dua dipasang di sisi kiri,” Widya membaca.

Arman ngotot. “Instruksi manual itu buat orang cupu. Percaya insting aja.”

Lima belas menit kemudian, rak itu miring ke kiri, gelas yang ditaruh langsung meluncur jatuh.

“INSTING KAMU NYEBELIN BANGET, MAS ARMAN!” Widya berteriak sambil buru-buru menyelamatkan piring.

Arman mengangkat tangan tanda menyerah, tapi masih sempat tertawa. “Oke, kali ini aku akui… manual menang.”

Widya mendengus. “Ya jelas!”

Mereka akhirnya duduk di lantai, napas ngos-ngosan, dikelilingi perabot setengah jadi.

Arman menyenggol bahu Widya. “Eh… tapi jujur aja, kan seru? Kaya game survival.”

Widya menatap suaminya sinis. “Game survival apaan, tiap menit jantungku hampir copot!”

Arman terkekeh, mengambil botol air minum, lalu menyerahkannya ke Widya. “Santai, Bu Istri. Kita baru level satu. Masih banyak misi rumah tangga di depan.”

Widya menerima botol itu, menatap sekilas wajah Arman yang sok pede. Entah kenapa, meski ngeselin, suasana rumah tiba-tiba terasa… tidak sepi.

*

*

Malam itu kamar mereka remang. Arman sudah rebahan dengan tangan di belakang kepala, sementara Widya sibuk merapikan buku catatan kuliahnya di meja kecil.

“Wid, lampu jangan lama-lama nyala. Aku nggak bisa tidur,” protes Arman.

“Yaudah tidur aja. Aku masih belajar,” jawab Widya ketus.

Arman menoleh malas. “Ih, hidup serumah sama kamu tuh kayak ngekos bareng dosen killer.”

Widya mendengus. “Mending jadi dosen killer daripada suami nganggur.”

“Eh, besok aku balik ngantor, Bu. Jangan lupa, jadi aku butuh istirahat.” Arman berdecak.

Widya nyengir tipis, lalu pura-pura serius: “Kasian juga sih. Pasti rekan-rekannya di kantor kasihan ya punya temen bawel.”

Arman bangun setengah badan, menatap Widya dengan sengit. “Widya, kamu itu istri aku. Minimal kasih aku motivasi, bukan sindiran!”

Widya pura-pura berpikir. “Oke, gini ya: semoga besok kamu nggak dipecat.”

Arman menghela napas panjang, lalu menutupi wajah dengan bantal. “Tuhan, sabar aku diuji sama istri sendiri.”

Widya tertawa ngakak, lalu naik ke ranjang. “Eh, jangan lebay. Udah tidur sana.”

Mereka berbaring dengan posisi berlawanan, punggung saling membelakangi. Sunyi sejenak.

Lalu Arman bersuara pelan. “Wid.”

“Hm?”

“Kalau misalnya kita beneran… pasangan sungguhan, kamu bakal… masih suka nyolot gini nggak?”

Widya terdiam. Pipinya sedikit panas, tapi buru-buru ia balas, “Ya jelas. Aku nggak pernah akting soal nyolot.”

Arman terkekeh kecil. “Pantes.”

Hening lagi. Kali ini Widya yang diam-diam tersenyum, meski punggung mereka masih saling membelakangi.

*

*

Pagi berikutnya, rumah mereka kembali riuh. Arman tergesa-gesa mengenakan kemeja kerja, dasinya setengah melorot.

“Wid, cepetan! Tolong iketin dasiku. Aku telat nih!” teriak Arman dari depan cermin.

Widya yang masih sibuk menyiapkan tas kuliah menatap sinis. “Kamu pikir aku sekretarismu apa?”

“Sekretaris, istri, bedanya tipis!” Arman menjulurkan dasinya ke arah Widya.

Dengan malas Widya maju, lalu asal-asalan mengikat dasi itu. Hasilnya miring parah.

“Ini apaan sih?” protes Arman.

“Udah, daripada nggak ada sama sekali. Kamu kan macho, bawa style sendiri.” Widya cengengesan.

Arman mendesah putus asa, tapi buru-buru meraih jasnya. “Yaudah, aku cabut dulu. Jangan bikin gosip sama tetangga!”

Widya membalas cepat, “Kamu juga jangan genit sama rekan perempuan!”

Arman tersedak sendiri, lalu pergi dengan langkah terburu-buru.

Beberapa menit kemudian, giliran Widya yang keluar rumah dengan totebag besar berisi buku kuliah. Ia berhenti sebentar, menatap pintu rumah yang baru mereka tinggali.

“Gila sih… baru beberapa hari aja udah kayak sinetron,” gumamnya.

Lalu ia menarik napas panjang, berjalan ke arah kampus. Dua dunia yang berbeda, satu atap yang sama, mau tidak mau, mereka harus berbagi cerita.

---

1
Enisensi Klara
Udah makin ada kemajuan nih mereka tinggal unnoxingan 🤣🤣
Enisensi Klara
Makin gencar nih Arman 🤣🤣🤣🤣
Enisensi Klara
Beugh ..Arman modus ya bilang mo istirahat dirumah bareng Widya ..padahal emang mau dekat2 Widya 🤣🤣
Enisensi Klara
Pegang aja tuh tangan Widya ga usah ragu dan malu lah Arman 🤣🤣
Enisensi Klara
Beugh ..Arman beliin Widya gelang biar Widya gampang di cari pas dikeramaian padahal modus aja ,biar bisa belikan Widya 🤣🤣jgn cuma gelang lucu beli juga gelang emas dong 🤣🤣
Enisensi Klara
Cieeh ..Arman mulai gombalin Widya hihihi 🤣🤣🤣
Enisensi Klara
Cieee...udah mulai nih saling kasih minuman ke pasangan pake sendok bekas pakai 🤗🤗🤗
Enisensi Klara
Arman gandeng dong tangan Widya 🤣
Enisensi Klara
Takut ada copet Widya jadi pegang erat tasnya 😇😇
Enisensi Klara
Yeaay 🥳🎉🎉🥳 up lagi maaci kak Rie 🤗🤗🤗
emillia
priya....priya...dengan kamu memprovokasi begitu semakin arman muak sama kamu
Safitri Agus
hubungan mereka sudah maju beberapa langkah kedepan, semoga bisa saling menerima satu sama lainnya 😊
Yani Hendrayani
ceritanya ga pernah gagal luar biasa
Mam AzAz
terimakasih Up nya 😊
Mam AzAz
cieee cieee😄😄😄
Safitri Agus
Widya malu-malu nih ciee🤭
Safitri Agus
ya nda papa toh man sudah halal kok
Enisensi Klara
Cieeh ..Arman yg curi2 pandang ke Widya lewat kaca spion 😇😇😇
Enisensi Klara
Cieee ..yg gak bisa jauhan hihihi 🤣🤣🤣itu udah cinta namanya Arman 🤣🤣
Enisensi Klara
Karena kamu sebenarnya punya rasa yg sama kyk Arman Wid ,makanya ga bisa marah sama Arman 🤣🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!