NovelToon NovelToon
CEO Dingin-Ku Mantan Terindah-Ku

CEO Dingin-Ku Mantan Terindah-Ku

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Duda / CEO / Office Romance / Mantan
Popularitas:22.4k
Nilai: 5
Nama Author: Rere ernie

Nadira tak pernah menyangka bekerja di perusahaan besar justru mempertemukannya kembali dengan lelaki yang pernah menjadi suaminya tujuh tahun lalu.

Ardan, kini seorang CEO dingin yang disegani. Pernikahan muda mereka dulu kandas karena kesalahpahaman, dan perpisahan itu menyisakan luka yang dalam. Kini, takdir mempertemukan keduanya sebagai Bos dan Sekretaris. Dengan dinginnya sikap Ardan, mampukah kembali menyatukan hati mereka.

Ataukah cinta lama itu benar-benar harus terkubur?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter — 5.

Siang itu, Nadira sudah sibuk berdiri di depan cermin besar hotel. Ia merapikan rambut, mengulang-ulang kalimat perkenalan dalam hati. Hari ini pertemuan penting dengan calon investor asing jadi dia harus tampil sempurna, harus terlihat profesional.

"Oke, Nadira! Jangan ceroboh, jangan bikin malu di depan klien. Ingat, kamu sekretaris CEO, bukan anak magang!“ ucapnya menyemangati diri sendiri.

Saat keluar dari kamar mandi, ia mendapati Ardan sudah siap dengan setelan jas rapi. Jas biru tua dipadukan dasi abu elegan, rambut hitam disisir ke belakang. Aura CEO dingin itu langsung bikin hati Nadira meleleh.

“Kenapa bengong?” Ardan melirik sekilas.

“Eh? Tidak, Tuan… saya cuma… memastikan berkas-berkas sudah masuk tas.” Nadira buru-buru mengambil map, padahal tadi tasnya kosong karena ia lupa memasukkan apapun.

Ardan mendengus tipis, lalu meraih tasnya sendiri. “Kalau gugup, tarik napas dulu.”

Nadira tersenyum kaku.

Terima kasih tipsnya, mantan suami dingin.

"Tuan..."

"Apa?"

"Kenapa Anda sudah memakai dasi?"

"Memangnya kenapa?" Ardan mengerenyit.

"Dalam drama-drama, biasanya seorang CEO seperti Anda... akan menyuruh sekertaris memasangkannya.“

Ardan tiba-tiba mendelik tajam, lalu mendengus. "Itu berlaku jika sekretarisnya serba bisa. Sedangkan kau... dulu pun, kau tak pernah bisa memasangnya."

Wajah Nadira seketika memerah malu, dia memang belum belajar memasang dasi. Ia bicara hanya sekedar penasaran saja.

Satu jam kemudian, keduanya sampai di tempat meeting. Ruang meeting terasa megah, dinding kaca memantulkan cahaya matahari. Investor adalah orang asing, seorang pria paruh baya bernama Mr. Jonathan. Dia sudah duduk dengan wajah ramah.

“Good afternoon, Mr. Ardan,” sapanya dengan bahasa Inggris.

Ardan menjabat tangan dengan tenang, lalu duduk. Nadira berdiri di samping, memegang berkas.

Semuanya berjalan lancar, sampai giliran Nadira menuangkan air mineral ke gelas. Tangannya gemetar karena gugup, dan terjadi lagi.

Brukk!

Tutup botol lepas, air tumpah sedikit ke meja.

“I-I’m sorry, Sir!” Nadira panik, buru-buru mengelap meja dengan tisu.

Mr. Jonathan malah tertawa kecil. “It’s fine, Miss.”

Tapi Nadira makin grogi dan saat hendak menaruh botol ke meja, tanpa sadar dia menaruhnya di pinggiran. Dan… botol itu jatuh.

Wajah Nadira merah padam. “Astaga, maaf sekali...”

Ardan menahan napas, lalu berkata tenang. “She’s new, but hardworking.”

Nadira menoleh cepat.

Apa-apaan sih? Aku kan bukan anak baru!

Namun Mr. Jonathan tersenyum maklum. “That’s okay, She reminds me of my daughter.”

Pertemuan pun terus berlanjut, Ardan menjelaskan strategi perusahaan dengan bahasa Inggris fasih. Nadira kagum setengah mati, tapi fokusnya buyar gara-gara tadi sudah bikin malu. Ia mencatat dengan cermat, berharap tidak salah lagi.

Sampai tiba-tiba, perut Nadira berbunyi pelan.

Krucukkk….

Nadira membeku, Ardan melirik dengan alis terangkat.

Kenapa perutku harus konser sekarang, apa karena tadi pagi aku hanya sarapan sedikit karena canggung? Wajah Nadira tampak malu.

Beruntung Mr. Jonathan sedang sibuk menatap dokumen, jadi tidak mendengar jelas. Tapi Ardan… jelas mendengar. Sudut bibirnya naik sedikit, ia tersenyum tipis.

Nadira makin salah tingkah.

Setelah meeting selesai dan investor terlihat puas, mereka keluar ruangan. Nadira langsung menunduk, pura-pura sibuk dengan tas.

“Soal bunyi barusan...?" suara Ardan datar, tapi nadanya seperti menahan tawa.

Nadira mendongak. “Tuan! Itu… itu cuma… suara kursi, bukan perut saya!”

Ardan mengangkat alis, ekspresinya begitu datar. “Oh ya?”

“Benar, Tuan."

Ardan menatap Nadira lama, lalu mulai melangkah pergi. “Kalau begitu, mari kita makan siang. Biar kursinya... tidak bersuara lagi.”

Nadira tertegun, baru lah beberapa detik kemudian ia sadar.... wajahnya panas.

Dia… baru ngejek aku, kan? Dengan gaya dingin cool-nya?!

Di restoran hotel, Nadira makan dengan lahap. Sementara Ardan makan dengan tenang, Nadira pun beberapa kali melirik pria itu.

Dulu, Ardan lah yang makan dengan lahap setelah lelah pulang bekerja untuk biaya hidup mereka berdua sehari-hari. Saat itu Nadira diusir oleh ayahnya yang sangat kaya, dan hanya Ardan yang mencari uang. Pria itu mencari nafkah seraya kuliah, bahkan sekaligus membayar biaya kuliah Nadira.

“Kenapa menatapku?” suara Ardan tiba-tiba membuat sendok Nadira hampir jatuh, wanita itu kembali terkenang masa lalu.

“Eh? Nggak! Saya cuma… sangat menyukai makanan enak ini.”

Ardan mengangguk kecil. “Kalau begitu, makan yang banyak. Supaya kursi... tidak dituduh lagi.”

Nadira geleng-geleng kepala, ia tersenyum-senyum sendiri.

CEO dingin ini, ternyata masih bisa bercanda seperti dulu!

Selesai makan siang, keduanya berjalan keluar restoran hotel. Ardan dengan langkah tegap dan aura tenangnya, sementara Nadira mengikuti di samping berusaha menyesuaikan irama langkah pria itu meski tumit sepatunya sempat beberapa kali berdecit.

“Berhenti berjalan terburu-buru, kau bukan sedang dikejar hutang,” ucap Ardan datar tanpa menoleh.

Nadira hampir tersedak ludahnya sendiri. “S-saya tidak terburu-buru, Tuan. Saya hanya… menyesuaikan langkah kaki Anda.”

“Menyesuaikan? Kalau tumit sepatumu terus bunyi seperti itu, yang ada kau menyesuaikan perhatian semua orang padamu." Ardan mendengus, namun tiba-tiba saja dia memelankan langkahnya.

Nadira mendongak, mendapati beberapa pengunjung hotel memang sempat melirik ke arah mereka. Wajahnya panas, ia buru-buru memperlambat langkah.

Di parkiran, sopir sudah menunggu. Saat pintu mobil dibuka, Nadira ingin masuk lebih dulu tapi Ardan menahan pintu dengan tangannya.

“Duduk di depan.”

“Hah?” Nadira menoleh cepat. “Tapi biasanya, sekretaris duduk di belakang untuk mencatat keperluan Tuan.”

“Aku tidak suka orang ceroboh duduk di sebelahku! Jadi, duduklah di depan.” Nada Ardan tetap tenang, namun matanya menatap lurus tak ingin bernegosiasi.

Nadira pun duduk di kursi depan, perjalanan mobil berlangsung dalam diam dan hanya suara lalu lintas kota yang terdengar. Nadira sesekali melirik kaca jendela, mencoba mengalihkan perasaan anehnya. Namun bayangan wajah Ardan di kaca mobil terus saja muncul, membuat jantungnya berdetak tak karuan.

“Berhenti melamun! Kau akan lupa catatan meeting tadi,” suara Ardan memecah keheningan.

Nadira terkesiap. “T-tidak, Tuan. Saya sudah mencatat dengan lengkap.”

Ardan hanya mendengus, tapi sudut matanya sempat melirik Nadira.

Tak lama, mereka tiba kembali di hotel tempat mereka menginap. Ardan langsung menuju lift tanpa menoleh, tapi Nadira yang mengikutinya sempat menunduk canggung ketika ada tamu lain ikut masuk.

Lift terasa sempit, hanya ada mereka berdua dan satu pasangan bule. Nadira mencoba berdiri tenang, tapi jarak tubuh mereka terlalu dekat. Aroma parfum Ardan yang khas, campuran aroma maskulin dan dingin membuatnya sulit berpikir jernih.

Lalu lift tiba-tiba berhenti sebentar di lantai bawah, lampu sempat redup sepersekian detik. Nadira refleks bergeser, dan tanpa sadar tangannya menyentuh lengan jas Ardan.

Ia langsung menarik tangannya, wajah memerah. “Maaf, Tuan! Saya hanya… terkejut.”

Ardan menunduk, menatap singkat tangan Nadira yang tadi menyentuhnya lalu kembali menegakkan tubuh. Ekspresinya dingin, tapi ada jeda tipis sebelum ia berkata. “Hati-hati! Jangan sampai salah pegang!”

Nadira ingin membalas, tapi bibirnya hanya terbuka lalu tertutup lagi.

Begitu lift sampai, Ardan melangkah duluan. Nadira mengikuti sambil menggenggam erat tasnya, mencoba menenangkan diri.

Kenapa dia masih bisa bikin aku deg-degan begini? Padahal jelas-jelas, dia bukan milikku lagi!

Sementara itu, Ardan yang berjalan di depan sempat menahan napas sejenak. Sentuhan tadi masih terasa samar di lengannya. Ia mengepalkan tangan pelan, kembali mengingatkan dirinya sendiri.

Jangan bodoh, Ardan! Ingat, dia yang pergi darimu!

Namun, langkahnya melambat tanpa sadar… seolah menunggu Nadira tetap di belakangnya dan tak jauh-jauh darinya.

.

.

.

Di part ini, udah ketebak belum alasan mereka cerai? 🤭

1
Rita
betul dih
Rita
Ardan tolong jelaskan apa prasangka istrimu benar pa salah
Rita
lah🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Rita
awas nih sakit gangguan jiwa
Rita
obsesi itu namanya
Rita
tuh Ardan sdh tau kan
Rita
mamer 🥰🥰🥰🥰🥰🥰👍👍👍👍👍👍👍
Rita
hei hei😅😅😂😂😂😂
Lydia
Lanjut Author. Terima Kasih.
Rere💫: 😍😍😍😍😍
total 1 replies
Jeng Ining
good Clau provokasi Ardan terus, itubmemang yg dimaui mama Ardan, biar sepenuh hati Ardan melakukan pembelaan thd Nadira dn mengeluarkan semua isi hati yg hanya ada Nadira😁😁😁
Jeng Ining: biar polpolan nunjukin cintanya ke Nadira sesuai prediksi Mamanya🤭
total 2 replies
Tiara Bella
wow Ardan terlalu cepet ini mah ketemunya Nadira ....hehehhe...
Tiara Bella: hooh....
total 2 replies
Azahra Rahma
bagus, keren
Azahra Rahma
Ardan jangan percaya kata² Claudia,,dia itu wanita siluman ,,entah siluman laba² atau siluman ular putih
Rere💫: Siluman rubah 🦊🤣
total 1 replies
Desyi Alawiyah
Claudia emang licik...

Dalam keadaan terdesak pun dia masih bersikap sombong dan mencoba memprovokasi Ardan...😒
Rere💫: Di bikin tomyam 🤣🤣🤣
total 3 replies
Desyi Alawiyah
Istrimu di culik mama kamu, Ardan... Udah jangan khawatir 🤭
Aditya hp/ bunda Lia
istrimu mamah mu yang culik Ardan ...
Lydia
Lanjut Author. Terima Kasih.
Azahra Rahma
dalangnya adalah ibumu Ardan,,yg menculik Nadira
Azahra Rahma
tapi aku yakin Ardan tidak pernah berhubungan intim dengan Claudia,,,kalau Claudia dekat² saja sepertinya Ardan tidak menyukainya
Tiara Bella
aku udh takut Nadira diculik sm Claudia twnya sm mamer.....lega nya....sabar Ardan....et dah
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!