NovelToon NovelToon
ISTRIKU BADAS

ISTRIKU BADAS

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Paksaan Terbalik / Diam-Diam Cinta / Dijodohkan Orang Tua / Romansa / Action
Popularitas:29.7k
Nilai: 5
Nama Author: Nana 17 Oktober

Istri penurut diabaikan, berubah badas bikin cemburu.

Rayno, pria yang terkenal dingin menikahi gadis yang tak pernah ia cintai. Vexia.

Di balik sikap dinginnya, tersembunyi sumpah lama yang tak pernah ia langgar. Ia hanya akan mencintai gadis yang pernah menyelamatkan hidupnya.

Namun ketika seorang wanita bernama Bilqis mengaku sebagai gadis itu, hati Rayno justru menolak mencintainya.

Sementara Vexia perlahan sadar, cinta yang ia pertahankan mungkin hanyalah luka yang tertunda.

Ia, istri yang dulu lembut dan penurut, kini berubah menjadi wanita Badas. Berani, tajam, dan tak lagi menunduk pada siapa pun.

Entah mengapa, perubahan itu justru membuat Rayno tak bisa berpaling darinya.

Dan saat kebenaran yang mengguncang terungkap, akankah pernikahan mereka tetap bertahan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

15. Tak Sesuai Rencana

Begitu Bu Ratri pergi, Vexia dan Vega duduk.

Ruang kembali berdenyut. Deru AC, klik laptop, ketukan keyboard, napas kantor yang tenang.

Hening sejenak, lalu rutinitas menarik semua orang kembali ke dunia kerja.

Vega melirik ke arah Vexia.

Tas polos. Tampilan minimalis. Tidak berlebihan, tapi entah kenapa justru menarik perhatian.

Senyum kecil muncul di bibir Vega. Bukan karena ramah… tapi karena menimbang.

Di balik wajah profesionalnya, ada sesuatu yang lebih tajam.

Ia membuka laptop pelan, jemarinya menari di atas keyboard, namun pikirannya tak fokus pada angka di layar.

“Tunggu saja…

Aku akan membuatmu malu. Perlahan. Sampai kau menyesal pernah berdiri di hadapanku.”

Senyum tipis menyelinap di sudut bibirnya. Cepat, tapi cukup untuk memperlihatkan niat busuk di balik elegansinya.

Sementara itu, Vexia menata alat kerjanya satu per satu. Rapi. Tenang. Terlatih.

Hari pertama, dan ia tahu, di tempat seperti ini, bukti kerja akan bicara lebih keras daripada kata-kata.

Vega berdiri, pura-pura menghampiri meja seorang staf pria bernama Bira. Suaranya menurun, berlapis madu namun beracun.

“Vexia itu cuma lulusan SMA. Nggak ada pengalaman, dari desa pula. Kita nggak mau dong kerjaan dia bikin repot divisi administrasi.”

Bira menoleh cepat, hampir terkejut.

“Lulusan S—”

Belum sempat selesai, Vega mengangkat telunjuk ke bibirnya.

“Sstt… jangan keras-keras.”

Tatapannya tajam namun tersenyum.

“Sepertinya dia punya kenalan orang penting di kantor ini. Biar dia tahu tempatnya, suruh aja bantu-bantu ringan. Bikin kopi, fotokopi, antar berkas. Biar kapok.”

Ia menunduk sedikit, seolah melihat dokumen, lalu dengan gerakan halus menyelipkan beberapa lembar uang di bawah map.

Bira melirik uang itu. Senyum samar muncul di sudut bibirnya.

“Beres.”

Beberapa detik kemudian, suara Bira menggema di ruangan.

“Vexia, tolong buatin kopi, dong.”

Ruangan yang semula tenang seketika jadi canggung.

Beberapa kepala menoleh.

Vega pura-pura mengetik di laptopnya, bibirnya melengkung dalam senyum puas yang hanya ia mengerti.

Vexia menoleh dari mejanya.

“Maaf, seingat saya, saya diterima di bagian administrasi, bukan di bagian pantry.”

Nada suaranya tenang tapi tegas.

Beberapa staf lain langsung menatap.

“Heh, anak baru kok songong,” celetuk salah satu staf.

“Junior harusnya nurut sama senior. Lagian kamu cuma lulusan SMA, nggak usah milih kerjaan,” sambung Bira.

“Hah? Lulusan SMA?” sahut yang lain cepat. “Kok bisa jadi staf di divisi kita?”

Vexia menoleh, wajahnya tetap tenang.

“Aku memang lulusan SMA,” katanya pelan tapi tegas.

“Tapi aku punya kualifikasi untuk posisi ini. Perusahaan sebesar ini, kalian pikir akan menerima karyawan sembarangan?”

Beberapa orang sempat mengangguk, ada yang berbisik kecil, “Benar juga, ya. Seleksinya ketat.”

Vega yang duduk tak jauh melirik sekilas. Situasi mulai tidak berpihak padanya. Ia memberi isyarat halus pada Bira.

Bira langsung menangkap sinyal itu.

“Dia pakai orang dalam,” katanya lantang. “Makanya bisa diterima di sini. Kita yang kerja keras malah dijadiin guru gratis. Gak takut apa nanti kerjaannya bikin lambat satu divisi?”

“Bener tuh!” sambung yang lain cepat.

“Kalau kerjaan dia berantakan, nanti kita semua yang disalahin.”

Suasana makin panas, hingga suara Hana memotong tajam.

“Kalian ini apaan, sih? Jangan berlindung di balik status ‘senior’ buat nindas anak baru.”

Hani, kembarannya, menyilangkan tangan.

“Iya. Jangan mentang-mentang udah lama kerja di sini, terus bisa seenaknya nyuruh orang.”

Bira mendengus.

“Hana, Hani, kalian belain anak baru? Dia cuma lulusan SMA. Emang kalau dia bikin kesalahan, kalian yang mau nanggung?”

Beberapa staf lain ikut menimpali, nada mereka penuh pembenaran.

“Betul tuh. Kalau dia kerja asal-asalan, satu divisi bisa kena imbas.”

“Makanya dari awal harus dikasih tahu tempatnya.”

Hana menatap mereka datar.

“Seperti yang dia bilang, kalau dia diterima berarti punya kualifikasi. Apa kalian pikir HRD di perusahaan ini kerja asal-asalan?”

Beberapa staf tampak saling pandang. Ada yang mengangguk, tapi lebih banyak yang memilih diam, menciptakan tekanan halus di udara.

Suasana mulai menegang.

Bisik-bisik makin terdengar, dan hawa ruangan berubah pelan-pelan menjadi dingin. Bukan karena AC, tapi karena ego yang mulai bergesekan.

Vega berdiri perlahan, mengangkat tangan seolah menenangkan suasana.

“Hei, jangan begitu. Meski Xia cuma lulusan SMA dan… dari desa, dia juga ingin belajar.”

Ia menatap Vexia dengan senyum manis yang penuh racun.

“Kita bantu dia pelan-pelan, ya? Meskipun… mungkin nanti dia bikin repot, ya mau gimana lagi. Siapa tahu memang ada orang berpengaruh yang menitipkannya ke sini.”

Nada terakhirnya terdengar ringan, tapi cukup keras untuk menusuk.

Beberapa staf mulai berbisik-bisik, suara mereka seperti bisikan racun yang menyebar cepat di udara.

“Orang dalam, ya?”

“Pantas lolos tanpa seleksi.”

“Lulusan SMA harusnya jadi office girl, bukan staf administrasi.”

“Iya, paling juga masuk karena kenalan atasan.”

“Harusnya sih bikin kopi, fotokopi, bukan duduk bareng kita di divisi ini.”

Bisikan itu semakin ramai, hingga suasana ruang kerja perlahan berubah dingin dan menekan.

Di tengah riuh rendah yang samar itu, Vexia berdiri perlahan, menepuk celana kerjanya yang sebenarnya bersih, lalu menatap mereka satu per satu dengan senyum tipis yang nyaris ramah, tapi dingin.

“Kalau ada pekerjaan yang perlu saya bantu, sampaikan secara profesional.”

Ia menautkan tangan di depan tubuhnya, suaranya tenang tapi tajam.

“Saya di sini bukan untuk digosipkan, tapi untuk bekerja.

Dan sejauh yang saya tahu, posisi saya bukan barista… atau tukang fotokopi.”

Tatapannya turun ke meja mereka, sekilas tapi menusuk.

“Kalau kalian butuh kopi, ada di lantai bawah.”

Ia kembali menatap mereka, sorot matanya tajam tapi tetap tenang.

“Saya di sini bukan untuk disukai, apalagi dijadikan pesuruh.”

Hani menahan senyum, sementara Hana melipat tangan di dada, menikmati suasana.

Vexia melangkah maju sedikit. Tidak mengancam, tapi cukup membuat udara menegang.

“Saya tahu, tidak semua orang sanggup bekerja tanpa menjelekkan orang lain. Biasanya, itu tanda kurangnya pencapaian.”

Sebuah senyum samar muncul di bibirnya.

“Tapi tenang saja. Saya maklum. Tidak semua orang punya kemampuan untuk terlihat berguna tanpa harus menjatuhkan orang lain.”

Senyumnya tipis, tapi dingin.

“Kalau kalian merasa saya tidak pantas berada di divisi ini, silakan ajukan keluhan resmi ke HRD.

Tapi kalau tidak, saya sarankan kita kembali bekerja.

Atau… kalian memang butuh waktu lebih lama untuk menyesuaikan diri dengan profesionalisme?”

Keheningan menggantung.

Bira menunduk pura-pura sibuk.

Beberapa staf mengelak pandang.

Vega masih berdiri, rahangnya menegang halus, senyum manisnya memudar perlahan.

Hani mencondongkan tubuh ke arah Hana, berbisik nyaris tak terdengar.

“Baru hari pertama, tapi aku sudah suka dia.”

Hana mengangguk kecil, matanya menatap ke arah Vega.

“Dan sepertinya… Vega dapat lawan sepadan.”

Vexia berbalik dengan langkah ringan menuju mejanya, meninggalkan keheningan yang menggantung, dan wajah-wajah yang kaku karena malu.

Suasana tiba-tiba hening.

Vega menatapnya tajam. Semua berjalan tak seperti yang ia rencanakan.

Gadis itu tidak terpancing, tidak meledak. Justru membuatnya tampak konyol.

Tangannya meremas sandaran kursi pelan.

“Kenapa dia bisa segitu tenangnya?” pikirnya. “Sial.”

Vexia sempat menatap sekilas, lalu duduk dengan tenang. Ia memasang earphone kecil di telinganya, membuka laptop, dan mulai mengetik.

Suara klik-klik dari keyboard-nya terdengar mantap, kontras dengan keheningan di ruangan.

Dalam hati, Vega mendesis.

“Ternyata kau bukan tipe yang mudah dipecahkan.”

***

Kantin Mandala Group siang itu ramai.

Suara sendok beradu dengan piring, aroma makanan, dan tawa ringan para staf bercampur jadi satu.

Vega duduk di meja tengah, dikelilingi beberapa karyawan baru dan senior yang langsung tertarik dengan pembawaannya yang berkelas. Jasnya rapi, parfum lembutnya mahal, dan senyum anggunnya menciptakan jarak yang menawan.

Sementara itu, di sudut lain, Vexia duduk tenang di antara dua staf senior.

Penampilannya terlihat sederhana, tanpa perhiasan mencolok. Padahal, bagi yang tahu mode, jelas baju itu buatan butik ternama.

Makeup tipis dan sentuhan lip tint justru menonjolkan kecantikan alaminya.

Ia makan dengan santai, sesekali tersenyum sopan pada orang yang menyapa.

“Eh, Vega,” salah satu staf wanita di meja utama bertanya penasaran.

“Kamu lulusan apa, sih? Gaya kamu udah kayak manager aja.”

...🌸❤️🌸...

.

To be continued

1
abimasta
dani asisten terkepo,tapi seru ya jadi ikut balapan dani
Dew666
☀️☀️☀️
love_me🧡
tau tu lu Dan lu itu asisten atau mata", beneran ngikutin sampai segitunya hati" tar ketahuan malah berabe
Endang Sulistiyowati
Dani, jangankan kamu penasaran sama ending, aku jg penasaran tau. makanya nungguin up tiap hari...
Rayno, Xia nya pergi ke club. saking kedap suara ruangannya ya, org buka pintu ga kedengeran.
Nana Colen
🤣🤣🤣🤣🤣puas banget ma ekpresi dani ngakak abis thor bacanya...
Hanima
👍👍
septiana
lanjut kak semangat 💪🥰
Anitha Ramto
baca bab ini sambil nyegir gara² Asisten yang Penasaran akut jadi ikutan Gila,kebut²an🤣🤣🤣

jangan ganggu Xia Rayno,,kamu makan saja sendiri masih bersyukur Xia mau nyiapin makan malam,,mungkin Xia lagi istirahat katena lelah....

awas saja jika si Vega berhasil menjebak Vexia
Upi Raswan
xia dah berangkat..lagi seneng2 sama temen2 barunya. tapi aku kok deg2an yaa...jangan sampai sesuatu terjadi padanya ya thor...
partini
ve lagi sibuk ga usah deh ganggu,,wwah wahhh keren tapi masih di bawah aylin sih kalau bawa motor
asih
xia pergi balapan ray cari hiburan biar tak stress 😬 punya suami model kamu itu harus di lawan jadi lemah lembut gemulai tak di respon giliran badas di rindukan
Marsiyah Minardi
Ayolah Othor ,plis jangan sampai si uler keket Vega bertindak duluan merugikan Vexia ya
Abaikan dulu Rayno yang sok jaim gengsi tinggi egonya melangit
Dek Sri
lanjut
Puji Hastuti
Kasian LO Ray 😄😄😄
love_me🧡
Vega datang hanya bikin kisruh saja, bisa" dia main licik masukin sesuatu ke minuman xia & akhirnya malam yg tidak di inginkan akan terjadi
love_me🧡
ini kan yg kamu mau rayno, tak perlu perhatian & dilayani tp justru itu yg membuatmu sakit
love_me🧡
makanya Dan kalau masih amatir jangan coba" nguntit, yg kau kuntit itu ratu jalanan nah kamu 🤔😄😄
anonim
Dani ini asisten pribadi kesannya jadi tidak sopan - merambah ranah pribadi Bos-nya.
Kepo banget sampai mengecek rekaman lain. Bukan urusan Dani - apa yang terjadi diantara Rayno dan Vexia.

Rayno sekarang silahkan menikmati sikap Vexia yang dingin, tak begitu peduli dengan keberadaanmu.

Istri yang dulu begitu ia abaikan - sekarang mengabaikan Rayno.

Vexia masak di dapur - Rayno tertegun - matanya tak berkedip terpaku melihat tampilan istrinya yang sedang memasak.

Rasain - memang enak makan sendiri.
Vexia sudah makan - pemberitahuan lewat kertas - tak mau bicara sama Rayno.

Hari ini gajian pertama Vexia.
Salah satu staf menanyakan janjinya Vexia yang mau traktir makan setelah gajian.

Vexia bilang tak akan ingkar janji.

Vega semakin sirik ajah.
Vega punya rencana jahat apa ini kepada Vexia.

Yang benar motor sport hitam berkilat atau motor sport merah nih Author 😄.
Cicih Sophiana
dulu kamu yg di cuekin Vexia... sekarang Rayno yg kamu cuekin.. rasain kamu Rayno emang enak di cuekin istri... gak di anggap suami
anonim
Kaget kan Rayno mendengar apa yang dikatakan bu Ratri tentang Vexia istri yang tak dianggap tapi bikin hati Rayno tak karuan sekarang.

Dani jadi kepo - menyelidiki Bos-nya yang belakangan ini, sebelum jam kantor berakhir sudah pergi.

Dani mengekor mengikuti mobil Rayno - sayangnya dia tak tahu siapa yang di kejar Rayno. Tak tahu siapa pemilik motor sport.

Rayno, rasakan - Vexia bersikap dingin sekarang.

Dani kaget juga kagum tak percaya - setelah mengecek CCTV kantor ternyata yang membawa motor sport - Vexia.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!