NovelToon NovelToon
Istri Pengganti untuk Om Penyelamat

Istri Pengganti untuk Om Penyelamat

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Pengantin Pengganti / Crazy Rich/Konglomerat / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Dark Romance
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: Ladies_kocak

(Tidak disarankan untuk bocil)

Seharusnya, besok adalah hari bahagianya. Namun, Alfred Dario Garfield harus menelan pil pahit saat sang kekasih kabur, mengungkap rahasia kelam di balik wajahnya—luka mengerikan yang selama ini disembunyikan di balik krim.

Demi menyelamatkan harga diri, Alfred dihadapkan pada pilihan tak terduga: menikahi Michelle, sepupu sang mantan yang masih duduk di bangku SMA. Siapa sangka, Michelle adalah gadis kecil yang dua tahun lalu pernah diselamatkan Alfred dari bahaya.

Kini, takdir mempertemukan mereka kembali, bukan sebagai penyelamat dan yang diselamatkan, melainkan sebagai suami dan istri dalam pernikahan pengganti.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ladies_kocak, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Reputasi lebih penting

Alfred duduk tegap di kursi makan, wajahnya datar tanpa ekspresi, matanya fokus pada piring yang berisi sarapan mewah, rapi tersusun. Beberapa pelayan berdiri mengelilingi meja, postur mereka kaku, sesekali menunduk sopan tanpa berani mengalihkan pandangannya. Suara sendok bergesekan dengan piring dan dentingan gelas menjadi satu-satunya irama di ruang makan yang luas itu.

Tiba-tiba, langkah sepatu terdengar cepat dari arah lift—ketukan yang tajam dan tergesa-gesa menggema di lantai marmer. Semua pelayan menahan napas, namun tak satu pun berani menoleh. Alfred tetap dengan tenang mengunyah makanannya, seolah kehadiran itu sudah diprediksi dan tidak perlu dihiraukan.

Di antara para pelayan, berdirilah Michelle, mengenakan seragam sekolah yang rapi namun wajahnya tampak bingung dan gelisah. Matanya menatap ke kanan-kiri, mencari petunjuk, namun tak menemukan sinyal apa pun. Ia berdiri kaku, tangan terkepal di depan tubuhnya, menahan gemetar yang mulai muncul dari dalam dada.

Aku terlambat bangun tidur. Kebiasaan burukku ternyata belum berubah.

Alfred tetap tak bergeming, dingin seperti es di tengah badai yang tak terlihat.

Tatapan Michelle tercekat saat matanya tertuju pada tangan Alfred yang terbuka—tanpa cincin pernikahan yang seharusnya tersemat di jari manisnya. Padahal semalam dia yakin pria itu masih memakainya.

Dengan cepat, Michelle sembunyikan tangannya ke dalam genggaman, takut tatapan tertuju pada cincin pernikahan yang sedang di pakainya. Nanti, dia akan mencopotnya.

Roslina, kepala pelayan yang setia, melangkah mendekat dengan langkah lembut tapi penuh perhatian. "Nona Michelle, duduklah untuk sarapan," ucapnya dengan nada sopan sekaligus mengusir kekakuan yang tergambar jelas di wajah gadis itu.

Michelle mengangkat kepala, matanya menyiratkan ketegangan yang nyaris pecah. Dengan tegas, dia menolak, "Tidak, Bibi. Aku berdiri saja." Suaranya bergetar, tapi penuh perlawanan yang tersembunyi.

Mendengar itu, Alfred menghentikan sendok yang hendak masuk ke mulutnya. Senyum sinis perlahan merekah di sudut bibirnya, seperti ejekan tak kasat mata yang dilemparkan ke istrinya sendiri.

Para pelayan saling bertatapan, mencari makna di balik kata-kata sang nyonya baru yang menimbulkan keganjilan. Biasanya, jika seorang wanita menikah miskin menikah dengan orang terpandang, mereka akan memamerkannya. Tapi, Michelle berbeda, seolah hal itu tidak tertarik untuknya.

Alfred memilih dingin. Ia terus melahap santapannya dengan tenang, sampai piring di depannya hanya menyisakan separuh. Setelah mengusap mulutnya dengan sapu tangan berwarna putih, pria itu berdiri, aura kekuasaan dan kesombongannya memenuhi ruangan, membuat semua pelayan semakin tunduk dalam diam dan ketakutan.

Alfred dengan tenang meletakkan sebuah kartu kredit biasa di atas meja makan, tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel yang ada di tangannya. "Uang jajanmu," ucapnya dingin, suaranya datar tanpa sedikit pun menunjukkan perhatian pada Michelle yang berdiri di seberangnya.

Michelle menatap kartu itu, wajahnya bingung. Ia tak memintanya, tapi suaminya malah menyerahkannya di depan orang banyak. Ia tak butuh uang, karena bisa mencarinya sendiri dengan tenaga yang di milikinya.

Sebagai istri seorang pria kaya raya, Alfred yang dikenal memiliki berbagai kartu istimewa—black card, kartu keluarga konglomerat—justru memberikannya kartu kredit biasa dengan isi jutaan rupiah. Para pelayan yang menyaksikan kejadian itu menahan tawa sinis, merasa heran sekaligus iba pada Michelle. Ia tahu betapa Alfred memperlakukan istrinya dengan dingin dan kurang hormat, seolah uang dan statusnya lebih penting daripada perasaan Michelle.

Sebelum Alfred meninggalkan ruang makan itu, ia menambahkan dengan suara tanpa ekspresi, "Pergunakan dengan baik." Langkahnya mantap, meninggalkan Michelle serta para pelayan dalam keheningan yang menusuk.

Di depan mobil hitam mengkilat itu, Alfred berdiri tegap dengan wajah serius, matanya tajam menatap sosok pria berdiri di samping pintu yang terbuka. Vino, asistennya, berdiri diam dengan ekspresi wajah yang nyaris tanpa emosi—wajah datar yang membuatnya terlihat menakutkan, hampir seperti cermin dari Alfred sendiri.

“Pastikan kalian berdua mengawasi gadis itu dengan ketat. Tidak boleh ada yang tahu kalau dia sudah menikah denganku,” perintah Alfred dengan nada dingin dan tegas, tanpa sedikit pun memberi ruang untuk keberatan. Vino hanya mengangguk pelan, tangan kokohnya meraih pintu mobil yang siap di buka untuk tuannya.

“Kau yang menyetir, Vino,” kata Alfred singkat, lalu matanya beralih ke pria paruh baya yang berdiri menunduk di seberang mobil. Toni, sopir pribadinya, tampak patuh namun ada getar kekhawatiran di sudut matanya. Alfred menatapnya dengan serius, “Pak Toni...”

Toni menunduk dalam, suaranya rendah namun penuh hormat, "Saya, tuan." Matanya tak berani menatap langsung ke arah Alfred yang berdiri dengan sikap tegas.

"Mulai sekarang, kau akan mengantar istri saya ke sekolah serta menjemputnya tepat waktu," perintah Alfred tanpa kompromi.

Toni mengangguk cepat, "Baik, tuan."

Alfred menatap tajam, bibirnya mengerut sedikit, "Sekaligus laporkan kemanapun dia pergi. Saya ingin tahu apa saja yang gadis kecil itu lakukan setelah menikah dengan saya."

Suasana menjadi berat, Toni menelan ludah sebelum menjawab, "Laksanakan, tuan."

Sebelum memasuki mobil hitam yang sudah menunggu, Alfred menoleh ke arah Vino, asistennya yang setia. "Pastikan dia tidak merusak reputasi ku," ujarnya dengan nada dingin dan penuh tekanan.

Vino mengangguk pelan, wajahnya tetap tenang namun matanya menyimpan kewaspadaan.

Aku ingin melihat samakah dia dengan kebanyakan wanita di muka bumi ini? Yang gila harta? Let's play gadis kecil! Bisakah kau melewati semua rintangan yang ku beri?

Senyum miring tercetak di bibir Alfred saat suara hatinya berperang.

1
partini
lanjut thor 👍👍👍👍
partini
hemmm moga pergi biar kamu kelabakan
Mericy Setyaningrum
alfred riedel kaya pelatih Timnas dulu ehhe
ladies_kocak: oh ya? baru tahu 😁😁
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!