Habis kontrak pernikahan dengan Tuan Muda Alfred, Nona Ariel menghilang bagai ditelan bumi tanpa meninggalkan pesan apapun.
Hubungan yang awalnya dianggap hanya sebatas perjanjian nyatanya lebih dari itu. Alfred mulai merasa ada yang hilang dari dirinya padahal dia sudah mendapatkan kembali apa yang menjadi tujuannya termasuk sang cinta pertama, Milea.
'Nona Ariel, dialah yang membawa separuh hidup tuan muda',
Tapi wanita itu menghilang tanpa jejak.
Hingga beberapa tahun kemudian, takdir membawa Alfred bertemu kembali dengan Ariel, tapi sudah ada laki-laki lain yang mengisi hati wanita itu.
Apa Alfred terlambat?
Note : Sangat disarankan untuk membaca (Perjanjian Dengan Tuan Muda) terlebih dahulu, karena ini sekuel dari cerita tersebut ✌🏻🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon acih Ningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 05. Saya Salah, Tuan.
Laki-laki itu meminta Ariel untuk menghadap sang Tuan Muda, baru disuruh menghadap tapi Ariel sudah ketakutan luar biasa. Dia tahu kesalahannya, selain meninggalkan acara penting dikediaman Smit dia juga pulang larut malam, sudah tidak ada ampun baginya.
Tahanlah Ariel... kurang dari satu Minggu lagi kamu stop menghadapi tuan muda yang sulit ditebak itu.
Suapan terakhir sudah Ariel habiskan, dia juga menghabiskan satu gelas air putih utuh untuk mengeringkan tenggorokannya yang serasa tercekik...Tenaga sudah terisi stok air pun sudah oke guna mendinginkan hatinya kalau-kalau panas kala menghadapi Alfred nanti.
"Nona, jangan takut. Tuan muda tidak seperti apa yang Anda pikirkan, sesungguhnya beliau sangat baik."
Seakan-akan tau ketakutan Ariel Imel memberi semangat dan mastikan jika semua aman.
Ariel mengangguk meskipun ragu dia akan aman, "Saya ke kamar tuan muda dulu."
"Apa perlu saya mengantar, nona?"
"Tidak bi, terima kasih aku sendiri saja."
...
Ariel menarik nafasnya dalam-dalam.
Huf...aku tidak yakin dengan apa yang dikatakan bibi Imel.
Tok! Tok! Tok!
"Tuan, selamat malam. Ini saya."
Tidak ada sahutan, kamar yang pintunya sedikit terbuka itu tampak sunyi seperti tidak ada kehidupan, "Tuan, apa Anda sudah tidur? Jika iya saya akan kembali lagi besok pagi."
Tak!
Ariel mendengar suara benda jatuh dari kamar, itu Artinya penghuni didalam masih terjaga. Seharusnya dia sudah tidur saja.
"Tuan, apa saya boleh masuk? Jika tidak, saya akan segera pergi."
jawab iya, tuan....
Emmmmm....
Suara singkat yang tak ada kata itu seketika membuat Ariel lesu, ah.. dia bersuara, seharunya Anda sudah tidur saja.
Wanita ini meraih gagang pintu dan mendorongnya perlahan disusul dengan langkah kaki yang masih tertatih memasuki kamar.
Gelap..... Laki-laki itu tidak pernah menyalahkan lampu kamarnya di malam hari, dan Ariel pun tidak mau mengeluh karena ini sudah peraturan yang harus ditaati setiap manusia yang tinggal di Kastil.
Dari cahaya rembulan yang menembus kaca jendela yang gordennya terbuka, samar-samar Ariel melihat punggung Alfred yang duduk di kursi roda. Laki-laki itu membelakanginya, dengan posisi seperti itu saja sudah memancarkan aura yang membuat lawannya takut, bagaimana jika laki-laki itu berdiri gagah, tidak selalu tergantung pada kursi roda.
"Selamat malam tuan, Arthur bilang, Anda mencari saya." Sapa Ariel dengan sangat ramah, mudah-mudahan Alfred bisa luluh.
"Kau... sudah bosan hidup!"
Hah...bosan hidup....kenapa dia bicara seperti itu? Sungguh terdengar mengerikan....
"Tuan...."
"Apa kau lupa peraturan yang harus kau taati?"
Masih dengan membelakangi Ariel, Alfred bertanya dengan anda sedikit marah.
Ariel tertunduk menyadari kesalahannya, tapi dia tidak bisa menceritakan apa yang terjadi siang itu sampai membuatnya terpaksa meninggalkan acara tanpa mengatakan apapun pada Arthur.
"Maafkan saja tuan, saya salah dan saya siap menerima hukuman dari Anda."
Mengakui kesalahan dan memohon ampun adalah tindakan yang tepat untuk meredam segalanya.
Alfred memutar kursi rodanya, Ariel tidak bisa melihat wajah laki-laki itu tapi sudah bisa dipastikan saat ini pasti wajahnya menyeramkan, memerah atau mungkin sampai bertanduk.
"Maju!" suruh Alfred.
Bagai serangan hipnotis, Ariel patuh, maju beberapa langkah mendekati laki itu. Tapi... Apa ini?
Terasa ada sesuatu yang mengganjal di sandal tipisnya, sejenak Ariel meraba. Tanah? Ada Tanah... dari mana? Seharusnya kamar tuan muda selalu bersih, kan!
"Apa kau sampai tidak bisa berjalan cepat! Karena terlalu lama dengannya!" bentak Alfred yang sontak mengejutkan Ariel, seketika meninggalkan urusan tanah yang berserakan di lantai dingin kamar itu.
Dia melangkah lebih cepat, "Maafkan saya, tuan."
"Apa saja yang kau lakukan bersama bedebah itu?"
Bedebah... siapa?
Satu-satunya orang yang disebut bedebah oleh Alfred hanyalah Jonas.
Tapi...aku tidak pergi bersama Jonas!
"Tuan, sungguh saya tidak mengerti maksud Anda. Saya tau kesalahan saya yang meninggalkan acara sebelum usai. Tapi..saya pergi sendiri."
"Sendiri...." *Apa dia berniat membohongiku? Bagus! Dia sudah mulai termakan hasutan Jonas*.
Alfred mengerakkan kursinya untuk semakin dekat dengan Ariel, "Kau pikir...saya akan percaya? Apa yang sudah Jonas berikan padamu?"
Jonas... benar, yang dia maksud adalah Jonas.
"Saya tidak pergi dengan adik ipar."
Karena kesal dengan Ariel yang ia anggap berbohong, Alfred menarik lengan wanita itu sampai membuatnya tertunduk, "Dia... memberikan apa yang tidak pernah kau dapatkan di sini?"
Apa?
Alfred menarik tengkuk Ariel mendekatkan wajah wanita itu dengan wajahnya....
sehat selalu untuk mu kak author💪💪