Peradaban modern dengan peradaban kuno seperti berdampingan satu sama lain. April memakai kalung berbentuk kubus yang sudah dipakainya sejak masih bayi. April sering terjebak di dalam roh lubang hitam kubus yang tak dikenal asal-usulnya. Gejolak-gejolak yang dialami April saat umurnya masih sangat muda, membuatnya kehilangan arah. Jalan apa yang akan April ambil saat dirinya diambang dilema panjang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Keypi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab V : Anak perempuan itu, pasti akan ada disini.
Kantor pribadi Kasim
April berdiam diri. Lembaran secercah kaca ingatannya terpampang di memori kenangan. Satu per-satu memorinya yang awalnya berwarna kini menjadi mono. April menjatuhkan tubuhnya dan menangis. Pikiran dan hatinya saling berkonfrotasi menjadi tidak karuan. Air matanya mengalir deras, bibirnya tak kuasa mengucap satu kata saja.
Tiba-tiba bayangan sosok ayahnya mengelus kepalanya.
“April, anak ayah yang kuat, pemberani, anak ayah satu-satunya yang ayah banggakan”
Sepasang mata April bergetar dan mendongak ke arah suara itu datang. Sosok bayangan ayahnya terpampang jelas saat matanya melihat. Bayangan itu tersenyum dan mengulurkan tangannya pada April.
“Bangunlah, nak”
Tubuh April secara perlahan bangkit dan matanya masih tertuju melihat bayangan itu. Bibirnya ingin mengucap sebuah empat kata.
“... Ayah ...”
Bayangan itu menatap April dengan lembut. Jari telunjuknya mengetuk jidat April dengan kasih sayang.
“Katanya anak ayah satu-satunya yang pemberani dan kuat, kok malah jadi seperti ini. Ini bukan anak ayah yang ayah kenal.”
Hati April terketuk. Air matanya mengalir. Tubuhnya bergetar seperti disengat listrik. Terdiam kaku.
“April putri ayah, kamu ga perlu ragu, kalo kamu mau menjadi kuat, kamu harus bergerak maju. Jangan sampai kamu ga memiliki tujuan. Hidup ini kejam, kamu harus bisa membawa dirimu sendiri dan bertahan hidup. Ayah tidak bisa selalu bersamamu tapi dirimu sendiri akan selalu bersamamu selalu.”
April menunduk.
“Kamu harus memiliki tujuan yang bisa membuatmu bergerak maju, jangan pernah ragu apa yang telah kamu putuskan.”
Bayangan itu perlahan-lahan menghilang.
“Ingatlah perkataan ini, anakku April..” senyuman penuh harapan seperti bunga yang mekar.
April berusaha menggapai bayangan sosok ayahnya yang perlahan-lahan menghilang.
“Ayah!”
Bayangan itu menghilang. April tersadar dan melihat sekitar. Ada Pak Kasim yang masih memandang ke arah jendela. April memikirkan tujuannya. Jika April ingin melangkah maju, dirinya harus menerima dua syarat itu demi mendapatkan jawaban yang April ingin dapatkan. April memejamkan matanya dan mencekram kedua tangannya menjadi kepalan. Matanya terbuka dengan tajam.
***
Kantin Agen Angkasa
Pipinya jadi sangat merah merona. Rawa berusaha mundur dan berlari untuk menghindar secepatnya. Biru yang menyadari itu melihat ada orang yang ingin menabrak Rawa, dengan sigap menarik tubuh Rawa ke dekapannya.
Rawa terkejut.
Magnet dan Caca yang melihat itu sangat terkejut.
“OH MY GOD!”
Rawa tersentuh dan tubuhnya menjadi kaku, tidak tahu harus apa. Biru melihat ke arah Rawa dan Rawa melihat ke arah Biru. Terjadi kontak mata yang amat mendalam. Seakan-akan seperti dua sepasang yang tak terpisahkan.
Suasana canggung dan indah bagi keduanya. Biru secara sadar, melepaskan dekapannya itu pada Rawa. Biru tersipu malu berusaha untuk membuang muka.
“Maaf” Biru meninggalkan Rawa dan berjalan dengan cepat.
Rawa masih terdiam dan tidak percaya yang dirinya alami. Benar-benar menjadi momen yang indah baginya walau hanya sebentar. Magnet dan Caca menghampiri Rawa.
“Awa..” Caca mengayunkan tangannya pada Rawa. Tapi Rawa masih belum sadar.
Magnet menepuk pundak Rawa dan Rawa tersadar. Terkejut dan tidak menyangka hal itu nyata.
“Mag, Ca, mana makanan gue. Buruan, gue laper” Rawa bergegas masuk ke dalam kantin untuk makan siangnya.
“Oh, ayo sini” ajak Magnet.
Ketiganya menuju meja yang sudah ditandai.
'Perasaan ini.. tidak sepihak..'
***
Kantor pribadi Kasim
April menjawab dengan keyakinan penuh atas tawaran dari Pak Kasim.
“Pak. Aku, April. Menerima dua syarat itu dengan hati yang lapang dan tekad yang membara. Mohon bimbingannya!” suara April begitu tegas, tidak seperti April yang selama ini begitu kalem dan pendiam.
Hal ini mengejutkan Kasim.
“Baiklah. Jika kamu sudah membuat keputusan. Agen Angkasa akan menerimamu sebagai member resmi kami disini dan menjalankan tugas seperti yang lainnya. Nanti, saya akan mengirimkan beberapa orang untuk memberitahumu apa saja yang dilakukan selama menjadi member resmi kami.” ucap Kasim dengan tegas.
“Baik!” tatapan April begitu tegas, sepertinya April sudah paham dan menemukan sebuah tujuannya.
“Kamu boleh kembali ke aktivitas mu” perintah Kasim pada April.
April langsung keluar dari kantor pribadi Kasim dan kembali menuju kamarnya.
Kasim merasakan aura yang berbeda dari April, seperti ada yang berubah. Kasim menghela nafas.
April berjalan dengan langkah tanpa keraguan dan mengingat kata demi kata bayangan ayahnya yang memberitahu padanya.
“Kamu harus memiliki tujuan yang bisa membuatmu bergerak maju, jangan pernah ragu apa yang telah kamu putuskan.”
Sekilas kata-kata itu terputar lagi.
‘Aku, sudah tahu apa yang harus aku lakukan, ayah! Aku, akan belajar dan harus bisa memenuhi dua syarat itu, sekalipun nyawaku bayarannya, aku tidak akan pernah mundur sekalipun! Ini janjiku pada diriku sendiri!'
Matanya penuh membara dan kalung kubus itu memantulkan sebuah cahaya secara tidak sengaja, tapi April tidak menyadari.
***
Aula Arena
Mengelus setiap dinding di aula arena itu dengan menghayati. Gerakan secepat kilat berpindah ke tengah aula arena yang sepi dan hening. Hembusan nafas dan memandang ke arah langit-langit aula arena.
'Anak perempuan itu..' terbayang wajah April saat dirinya diatas tubuh April.
'Selama ini, gua ga pernah memuji kecantikan siapapun mata ini memandang. Gua hanya memuji mama saja dan tidak ada yang lain. Siapa dia? Anak perempuan itu.. mengapa seperti gua mengenal dirinya? Dia.. anak baru disini, tidak pernah bertemu sebelumnya apalagi melihatnya'
“Memikirkannya seperti gua bermain kubik, penuh teka-teki” dirinya tertawa.
“Satu tahun lagi, aula arena ini akan ramai lagi dan anak perempuan itu.. pasti akan ada disini.”
“Gua, A Chengyou, akan menunggu hari itu dan ingin bertarung dengannya. Hahaha, sangat dramatis. Ingin melihat.. siapa kah dirinya yang bisa membuat gua memuji dirinya.”
A Chengyou merupakan anak laki-laki berprestasi di peringkat pertama secara 3 tahun berturut-turut. A Chengyou sendiri seangkatan dengan Sandreas Lan, tetapi keduanya tidak terlalu dekat melainkan A Chengyou sangat tertutup dan tidak menerima teman secara acak. Dari segi silsilahnya, A Chengyou merupakan keturunan bangsawan dari Dewi Pedang pada zamannya, sebagai kelas bangsawan tertinggi dan disegani. Dikenal sebagai tuan muda ketiga, anak ketiga dari dua bersaudara dan A Chengyou tidak pernah memuji kecantikan setiap perempuan dari kecil sampai besar secara terucap di bibirnya kecuali ibunya saja. Dirinya sendiri tidak memiliki minat cinta pada siapapun bahkan dikenal tuan muda ketiga yang dingin dan suka menggoda.
“Sudahlah, gua akan terus latihan sampai ke fase tertinggi dan akan fokus pada tujuan gua.”
Mengeluarkan bilah pedang dan melakukan gerakan pedang yang sangat indah.
“Satu..”
“Dua..”
“Tiga..”
Bayangan April muncul di pikirannya dan membuatnya berhenti.
“Hentikan, hahaha.” menghela nafas. Dirinya tersenyum.
TO BE CONTINUED...
