NovelToon NovelToon
Istri Rahasia Guru Baru

Istri Rahasia Guru Baru

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Perjodohan / Cinta Seiring Waktu / Idola sekolah / Pernikahan rahasia
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: ijah hodijah

Gara-gara fitnah hamil, Emily Zara Azalea—siswi SMA paling bar-bar—harus nikah diam-diam dengan guru baru di sekolah, Haidar Zidan Alfarizqi. Ganteng, kalem, tapi nyebelin kalau lagi sok cool.

Di sekolah manggil “Pak”, di rumah manggil “Mas”.
Pernikahan mereka penuh drama, rahasia, dan... perasaan yang tumbuh diam-diam.

Tapi apa cinta bisa bertahan kalau masa lalu dari keduanya datang lagi dan semua rahasia terancam terbongkar?


Baca selengkapnya hanya di NovelToon

IG: Ijahkhadijah92

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ijah hodijah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kedatangan Sahabat Lama

Hari itu, langit tak lebih kelabu dari wajah Rakha.

Ia duduk di ruang tamu dengan lampu masih menyala, padahal matahari sudah menampakkan sinarnya sejak beberapa jam lalu. Tubuhnya masih memakai kemeja kemarin, rambutnya sedikit berantakan, dan matanya merah karena semalaman tak tidur.

Bukan karena pekerjaan. Semua urusan kantor sudah ia limpahkan ke tangan kanan kepercayaannya. Hari ini, fokusnya hanya satu: Emily.

Putrinya itu tak keluar kamar sejak kemarin. Bahkan tak menjawab panggilan Indira atau ketukan pelan Rakha di depan pintu. Emily benar-benar menutup diri. Bukan hanya dari dunia luar… tapi dari dirinya sendiri. Bahkan Indira yang sengaja masuk untuk membawa makan pun tak menoleh, Emily hanya diam di d kursi belajarnya sambil menatap sebuah buku yang entah apa isinya karena bukan buku pelajaran. Dipanggil pun tidak menyahut.

Rakha tahu. Anak itu terlalu kuat untuk menangis di depan orang. Tapi ketika seseorang yang kuat memilih diam, biasanya luka yang ditanggung jauh lebih dalam.

Rakha menghela napas panjang di depan layar laptopnya.

Hari ini, ia memutuskan untuk melakukan sesuatu yang akan mengubah banyak hal. Termasuk reputasinya di mata keluarga besar.

Tangan kirinya bergetar saat menekan tombol “Upload”. Klarifikasi dalam bentuk video berdurasi tiga belas menit itu akhirnya tayang di akun pribadinya yang diam-diam diikuti banyak anggota keluarganya, kolega, bahkan rekan bisnisnya.

[Video Klarifikasi Rakha Aditya Azhari – Ayah dari Emily Zara Azalea]

“Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Saya Rakha Aditya Azhari, ayah kandung dari Emily Zara Azalea, yang saat ini sedang menjadi bahan pembicaraan karena tuduhan yang sangat serius dan menyakitkan.

Saya tidak akan memperpanjang pembukaan. Saya hanya ingin menyampaikan fakta-fakta yang sebenarnya. Tidak berdasarkan asumsi, tidak berdasarkan gosip, tapi berdasarkan bukti.

Pertama, saya telah menerima rekaman CCTV yang memperlihatkan dengan jelas bahwa bukan Emily yang membeli alat tes kehamilan. Melainkan… sepupunya sendiri.

Kedua, saya lampirkan di sini video singkat dari dokter obgyn yang menangani Emily. Saya membawa Emily langsung untuk pemeriksaan, dan inilah hasilnya…”

[Video menunjukkan dokter perempuan dalam ruangan steril, menyatakan dengan tegas bahwa Emily negatif hamil dan hasil USG juga bersih, tidak ada pertumbuhan sebuah janin di dalamnya.]

“Ketiga, saya menyampaikan juga kesaksian dari remaja yang terekam bersama Emily saat malam hari—salah satu momen yang dijadikan ‘bukti’. Dia menjelaskan bahwa saat itu Emily hanya diminta untuk diberikan bukti, namun saat mereka di sana seperti ada orang yang membuntuti mereka. Dan benar saja, pertemuan mereka dijadikan bukti kalau Emily bertemu laki-laki di tempat itu. Padahal, maksud pertemuan di tempat gelap, karena remaja itu diancam oleh mereka.”

Rakha menatap lurus ke kamera. Suaranya mulai bergetar.

“Saya tahu tindakan saya hari ini bisa membuat saya… dicoret dari daftar waris keluarga. Tapi saya tidak peduli.

Karena bagi saya, harta paling berharga… bukan kekayaan, bukan kehormatan di mata manusia. Tapi istri saya. Anak saya.

Saya lelah membiarkan keluarga ini memojokkan Emily tanpa ampun. Saya sudah cukup diam. Hari ini saya berdiri… sebagai ayah. Dan saya tidak akan pernah menyesalinya.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.”

Begitu video itu tersebar, dunia seolah meledak.

Grup WhatsApp keluarga besar mendadak penuh dengan notifikasi. Nama Rakha dibicarakan di mana-mana—baik dengan kemarahan maupun kekaguman.

Dwiki, adik pertama Rakha yang berada di luar kota, langsung menelepon ayah mereka. Suaranya bergetar karena amarah.

“Anak itu sudah merusak nama keluarga, dan kau malah membelanya?! Ini pengkhianatan, Rakha!” Bentaknya. Bahkan dia tidak memakai embel-embel panggilan "Mas" bahwa Dwiki adalah kakaknya.

Andri dan Tina, orang tua Disa, langsung mengecam keras, bahkan mengirim pesan ancaman bahwa mereka akan menuntut balik karena dianggap mencemarkan nama baik anak mereka.

Disa, di sisi lain, menangis di kamar. Bukan karena rasa bersalah, tapi karena malu semua kedoknya perlahan terbongkar.

Namun, Rakha tak gentar. Dia sudah siap dengan semua resiko.

Yang tak ia duga hanyalah satu: ayahnya, Opanya Emily, tetap memilih bungkam.

Bahkan setelah semua bukti disodorkan, pria tua itu hanya berkata dingin saat bertemu Rakha di ruang keluarga:

“Kamu sudah membuat keputusan. Maka tanggung sendiri akibatnya.”

Rakha tak menjawab. Ia hanya tersenyum getir.

Karena meski seluruh dunia berbalik membencinya… ia tahu, ia telah melakukan hal yang benar.

***

Dua hari telah berlalu sejak Rakha mengguncang keluarganya dengan klarifikasi yang membuat banyak pihak—termasuk keluarganya sendiri—terbelalak dan murka. Tapi bagi Rakha, semua itu tak lagi penting. Nama baik anaknya jauh lebih berarti dibanding warisan atau pengakuan keluarga.

Pagi ini, rumah Rakha kedatangan tamu tak biasa. Ia berada di rumah karena kembali tidak masuk kerja hanya untuk mengantar jemput Emily yang hari ini kembali ke sekolah.

Hari senin, hari pertama memulai pekerjaan setelah libur, tapi Rakha lebih memilih untuk selalu berada di samping anaknya walau hanya sekedar mengantar jemput. Keadaannya sudah sedikit membaik dan mulai menampakkan keceriaannya lagi di hadapan keluarga apa lagi setelah Naufal melihatkan video klarifikasi sang ayah. Sepertinya Emily merasa lebih baik.

Mobil hitam berhenti perlahan di halaman rumahnya yang teduh. Dari dalam, turunlah seorang pria paruh baya bertubuh kurus namun berwibawa, didampingi seorang perempuan berkerudung lembut yang menuntunnya dengan hati-hati. Wajahnya tirus, tapi matanya masih penuh semangat.

"Rakha..." suara itu terdengar pelan, namun cukup membuat Rakha yang baru saja mau masuk ke dalam rumah menoleh.

“Dian?!” Rakha ternganga. “Masya Allah…”

Tanpa pikir panjang, ia segera menghampiri sahabat lamanya itu dan memeluknya erat. Pelukan itu seolah menyatukan kembali waktu yang terlewat, juga luka yang tak sempat terucap.

"Aku lihat video klarifikasi kamu... dan aku tahu, kamu lakukan itu karena kamu ayah yang baik," ujar Ardiansyah Alfarizki, dengan suara lirih.

Rakha menatap sahabatnya itu dalam-dalam. “Kamu lihat? Aku gak nyangka kamu keluar rumah sakit secepat ini…”

"Karena aku harus menepati janji," katanya seraya tersenyum tipis. "Kamu masih ingat rencana kita dulu?"

Rakha tercenung.

Tentu saja dia ingat. Saat keduanya masih muda dan anak-anak mereka baru lahir, mereka pernah bersumpah akan menjodohkan anak mereka kelak. Namun karena anak pertama Rakha laki-laki, akhirnya mereka menjodohkannya kepada Emily yang umurnya berjarak lebih dari lima tahun. Janji lama yang sempat terlupakan oleh waktu dan kesibukan itu kembali mengingatkan Rakha.

"Aku tidak datang untuk menuntut, Rakha," lanjut Dian. "Aku tahu situasi kamu sedang kacau. Tapi... aku hanya ingin bilang, Haidar sekarang mengajar di sekolah Emily."

Rakha langsung terdiam.

"Dia guru baru itu?" tanyanya, nyaris tak percaya.

"Iya. Dan aku tahu, sikap Haidar memang dingin. Tapi dia... anak yang baik."

Obrolan berlanjut, Rakha mempersilahkan masuk terlebih dahulu dan di sambut juga oleh Indira di dalam rumah.

***

Sementara itu di sekolah, Haidar sedang berdiri di depan kelas dengan ekspresi datar seperti biasa. Dasi rapinya tak pernah miring. Rambutnya selalu disisir rapi, dan intonasi suaranya stabil meski sering membuat murid perempuan berdebar-debar.

Namun tidak dengan Emily.

“Silakan, Emily. Kamu yang jawab soal di papan tulis,” perintah Haidar datar.

Emily mendongak dari meja, wajahnya sudah merah sebelum berdiri. "Lagi-lagi aku, Pak? Kenapa bukan yang lain aja sih?" gerutunya.

Haidar tidak menjawab, hanya memandangi Emily sampai gadis itu terpaksa bangkit dan maju ke depan.

Sudah hampir sebulan Haidar mengajar, tapi entah kenapa Emily merasa dirinya selalu jadi sasaran tugas. Padahal di luar kelas, banyak murid perempuan yang diam-diam mengirim surat cinta atau menyelipkan cokelat di laci mejanya.

Tapi tidak dengan Emily.

Ia lebih sering mendengus, memutar bola mata, atau bergumam kesal jika ditunjuk Haidar.

Yang Emily tidak tahu, bahwa sebenarnya Haidar menyimpan rasa ingin tahu yang aneh terhadap gadis itu. Sejak hari pertama mengajar, Emily berbeda. Dia tidak meleleh oleh pesona guru muda seperti yang lain. Justru… dia keras kepala. Tapi juga cerdas. Dan itu membuat Haidar terganggu.

Malamnya, setelah ia salat isya, Rakha menatap langit-langit kamarnya. Kata-kata Dian terus bergema di kepalanya.

“Kalau suatu hari aku nggak ada, aku hanya ingin tahu kalau anakku jatuh ke tangan yang baik. Dan aku tahu Emily, anakmu, akan jadi istri yang kuat.”

Bersambung

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!