NovelToon NovelToon
Kau Rebut Calon Suami Ibuku, Kurebut Suamimu

Kau Rebut Calon Suami Ibuku, Kurebut Suamimu

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Selingkuh / Cinta Terlarang / Beda Usia / Pelakor / Identitas Tersembunyi
Popularitas:5.9k
Nilai: 5
Nama Author: ila akbar

‎Menjalin hubungan dengan pria lajang ❌
‎Menjalin hubungan dengan duda ❌
‎Menjalin hubungan dengan suami orang ✅
‎Mawar tak peduli. Bumi mungkin adalah suami dari tantenya, tapi bagi Mawar, pria itu adalah milik ibunya—calon ayah tirinya jika saja pernikahan itu dulu terjadi. Hak yang telah dirampas. Dan ia berjanji akan mengambilnya kembali, meskipun harus... bermain api.


Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ila akbar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 5

Aku menjerit. Aku meronta. Aku memohon. Namun tak ada gunanya.

Dalam kegelapan malam, aku hanya bisa menatap langit kosong, bertanya kepada Tuhan…

Mengapa ini harus terjadi padaku?

Ketika semuanya berakhir, aku tergeletak tak berdaya di lantai tanah yang dingin. Tubuhku penuh luka, air mataku telah habis terkuras. Aku tidak tahu berapa lama aku pingsan, hingga suara percakapan samar membangunkanku.

“Non, semua instruksi dari Non sudah selesai saya kerjakan.”

Suara itu…

Dada Mawar berdegup kencang. Ruangan terasa semakin sunyi, seolah seluruh dunia menahan napas bersamanya. Hanya suara detak jam di dinding yang terdengar, menghitung setiap detik yang berlalu, setiap detik yang mengoyak hatinya.

Mawar masih duduk di lantai kamar ibunya, kedua lututnya tertarik ke dada. Buku diary itu tergenggam erat di tangannya yang bergetar, seakan jika ia melepaskannya, kenyataan mengerikan ini akan semakin nyata.

Matanya menyapu setiap kata yang tertulis dengan tinta yang mulai memudar, namun kepedihan di baliknya masih begitu nyata, begitu hidup.

Lembar demi lembar, kisah yang terkubur selama bertahun-tahun akhirnya terungkap.

Kisah yang seharusnya tetap terkubur.

Kisah yang seharusnya tidak pernah ia baca.

Tapi ia sudah terlalu jauh. Ia tidak bisa berhenti sekarang.

Dengan napas tersengal, ia berusaha membaca lebih teliti, mencoba memahami apa yang sebenarnya terjadi.

Kemudian, dari balik telepon, aku mendengar suara yang membuat jantungku seakan berhenti berdetak.

“Bagus! Sekarang tinggalkan dia sendiri di tengah hutan! Karena pernikahanku dengan Mas Bumi sudah berjalan dengan lancar.”

Aku mengenali suara itu.

Suara yang tumbuh bersamaku.

Suara yang selalu ku panggil dengan penuh kasih...

Darahku seakan membeku. Aku tidak percaya apa yang baru saja kudengar.

Tubuhku bergetar hebat. Kakiku lemas, hampir tak bisa berdiri. Dunia terasa berputar, nyawaku seakan tercabut tanpa ampun.

Lusi... adikku sendiri...

Adik yang selama ini kulindungi, aku sayangi lebih dari diriku sendiri...

Dialah dalang dari semua penderitaanku.

Mawar terpaku. Tubuhnya semakin membeku. Napasnya tersengal, memburu tak beraturan. Jantungnya menghantam dada begitu keras, seperti hendak meledak.

Tidak. Tidak mungkin.

Tangannya mencengkeram buku diary itu semakin erat, jemarinya bergetar, hampir merobek kertas yang kini terasa begitu berat di genggamannya. Keringat dingin mengalir di pelipisnya, dadanya naik turun, mencoba menghirup udara yang tiba-tiba terasa begitu menyesakkan.

Matanya membelalak, menelusuri nama yang terpampang jelas di halaman itu—nama yang seharusnya tidak ada di sana. Nama yang seharusnya tidak pernah terlibat dalam mimpi buruk ini.

Lusi.

Tantenya.

Ternyata, dia bukan hanya mengkhianati Ibu dengan merebut Bumi…

Dia telah menghancurkan hidup Ibu.

Bukan sekadar pengkhianatan. Bukan sekadar perebutan.

Tapi sebuah penghancuran yang kejam.

Ibu... telah dihancurkan.

Ternyata… dalang di balik kisah keji ini… Tante Lusi. Ibu telah dihancurkan segalanya oleh darah dagingnya sendiri.

Dengan kemarahan yang semakin membuncah, mata Mawar kembali bergerak mengikuti goresan tinta yang memudar, seolah kata-kata itu terukir langsung di jiwanya.

Semua ini… demi dia bisa merebut tempatku di pelaminan bersama Mas Bumi.

Demi dia bisa menggantikan posisiku sebagai pengantin yang seharusnya berdiri di sisinya.

Karena tanpa sepengetahuanku, diam-diam… Lusi juga mencintai Mas Bumi.

Mawar menahan napas. Tulisan itu menusuknya seperti belati.

Ibunya tidak hanya dikhianati.

Ia dihancurkan, dilumat habis tanpa belas kasihan, hanya demi ambisi seorang saudara yang seharusnya menjadi pelindung, bukan perusak.

Aku terisak dalam diam.

Luka di tubuhku tidak sebanding dengan luka yang kini mengoyak hatiku.

Aku ingin marah.

Aku ingin berteriak.

Aku ingin membalas semua ini.

Tapi saat itu, bahkan untuk sekadar berdiri pun aku tak memiliki tenaga.

Hanya satu hal yang ada dalam benakku saat itu…

Aku harus bertahan hidup.

Tidak peduli seberapa dalam lukaku, seberapa hancur aku dibuatnya…

Aku tidak akan membiarkan Lusi menang.

Mawar menatap lembaran diary di tangannya. Jemarinya bergetar saat membalik halaman berikutnya.

Tinta yang mulai pudar, kata-kata yang tertulis bertahun-tahun lalu…

Semuanya terasa hidup.

Seakan ibunya sendiri sedang berdiri di hadapannya, menatapnya dengan mata penuh luka—mata yang selama ini menyimpan duka yang tak terungkap.

Seakan ibunya memohon, bukan hanya untuk dimengerti…

Tapi untuk dibalaskan.

“LUSI... AKU AKAN KEMBALI.”

Mawar terperanjat. Napasnya tercekat saat membaca kalimat itu.

Darahnya berdesir, seakan ada sesuatu yang menyala di dalam dirinya.

Sebuah amarah yang lama terpendam.

Sebuah dendam yang mungkin bahkan tak pernah ia sadari keberadaannya.

Kini, bara itu membesar…

Ia menggenggam buku itu semakin erat, kepalan tangannya gemetar bukan karena ketakutan—tetapi karena kebencian yang kini menguasai dirinya.

Ia bisa membayangkan ibunya—tubuh penuh luka, kepercayaan dan kebahagiaannya direnggut secara paksa. Hanya karena satu hal, Lusi ingin menggantikannya di pelaminan bersama Bumi.

Darah Mawar mendidih. Rasa mual menyerangnya, seolah racun mengalir dalam tubuhnya. Jari-jarinya mengepal, kuku-kuku tajamnya menekan telapak tangannya hingga nyaris melukai kulitnya sendiri.

“Tante Lusi…”

Suaranya bergetar, tapi bukan karena kelemahan. Justru karena tekad yang semakin kuat.

“Aku berjanji… aku akan membalaskan dendam Ibu.”

“Tante harus merasakan apa yang Ibu rasakan. Rasa sakit yang merobek tubuh dan jiwanya. Rasa hancur yang membuatnya kehilangan kewarasan. Rasa putus asa yang membuatnya tersesat dalam kegelapan.”

Mawar menutup buku diary itu dengan satu gerakan kasar. Matanya yang basah oleh air mata kini tak lagi memancarkan kesedihan. Yang tersisa hanyalah dendam.

Dendam yang mengakar.

Dendam yang siap dituntaskan.

Tante Lusi… bersiaplah.

1
Aqilah Azzahra
semangat kak
Ila Akbar 🇮🇩: ♥️♥️♥️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!