NovelToon NovelToon
Cinta Di Rak Diskon

Cinta Di Rak Diskon

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: Rizky_Gonibala

Raka Dirgantara, Pewaris tunggal Dirgantara Group. Tinggi 185 cm, wajah tampan, karismatik, otak cemerlang. Sejak muda disiapkan jadi CEO.
Hidupnya serba mewah, pacar cantik, mobil sport, jam tangan puluhan juta. Tapi di balik itu, Raka rapuh karena terus dimanfaatkan orang-orang terdekat.
Titik balik: diselingkuhi pacar yang ia biayai. Ia muak jadi ATM berjalan. Demi membuktikan cinta sejati itu ada,
ia memutuskan hidup Miskin dan bekerja di toko klontong biasa. Raka bertemu dengan salah satu gadis di toko tersebut. Cantik, cerewet dan berbadan mungil.

Langsung saja kepoin setiap episodenya😁

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rizky_Gonibala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ternyata Satu Kos

Pagi datang dengan suara motor tukang gorengan di gang sempit. Raka membuka mata, meraih ponsel. Baterai tinggal 8 persen. Kartu debit? Masih lenyap entah ke mana.

Dia duduk di pinggir kasur, menatap seragam yang sudah kusut. Bau deterjen kiloan bercampur lembab kamar kos. Di meja reyot, cuma ada segelas air putih dingin setengah habis.

Pintu diketuk pelan. “Mas Raka…”

Suara cempreng Intan.

"Siapa?" tanya Raka

"Intan, Mas!"

Hening

"Mas...mas."

“Masih hidup, Intan?” balas Raka dari dalam, malas buka pintu.

“Mas, udah pagi. Shift pagi jam tujuh, lho. Kamu lupa?”

Raka melirik jam dinding: 06.45.

Dia melompat berdiri. “Astaga!”

Di depan pintu, Intan berdiri sambil memeluk plastik berisi nasi uduk. Rambutnya dikuncir dua, pipinya merah merona.

"Kamu ngekos di sini juga?"

"iya, Mas. Jadi aku senior juga di kossan sini!" ucap Intan sambil cengingisan.

“Wah, Mbak Senior datang bawa logistik,” goda Raka sambil membuka pintu lebar-lebar.

“Jangan panggil aku Mbak!” Intan mendelik. “Udah, sarapan dulu. Kamu kerja pakai perut kosong, nanti pingsan, aku yang malu nanti.”

Raka mengambil bungkusan. Aroma nasi uduk, telur dadar, dan tempe orek menguap hangat di hidung.

“Seriusan ini buat aku?”

“Buat siapa lagi? Aku nggak mungkin makan dua bungkus. Paling gendut nanti,” jawab Intan sambil menjepit pulpen di telinga.

“Terima kasih, Intan…”

Intan merengut. “Udah, makan. Jangan lebay. Jangan sok pasang wajah sok imut gitu.”

Di teras kos, mereka duduk berdua di bangku kayu butut. Raka makan lahap. Intan mengawasi sambil menyeruput kopi sachetnya.

“Eh, Mas. Kartu ATM udah ketemu belum?”

Raka menggeleng. Mulutnya penuh nasi. “Belum. Mungkin nyelip di tas.”

“Kalau hilang beneran gimana?”

“Ya udah. Emang nggak ada duitnya juga,” kata Raka santai. Ia tertawa. Intan melongo.

“Hah? Kamu nggak panik?” tanya intan

“Panik, bikin kenyang juga nggak, lagian bukan kartu ATM tapi kartu Debit yang hilang."

"hahaha,,,Mas becandanya!"

Intan nyengir. “Ternyata kamu lucu juga, Mas. Kukira pas pertama ketemu tuh kamu orangnya cool, kaku, kaya orang Ganteng pada umumnya. Mas juga keliatan kayak orang kantoran sih.”

Raka terbatuk, pura-pura menelan cepat. “Emang keliatan kaya orang kantoran?”

“Iya. Gaya jalannya tegap. Rambut rapi. Sepatu awal-awal masih keren. Sekarang udah belel, jadi cocok.”

Raka menepuk dada. “Mantap. Misi undercover berhasil.”

Pukul tujuh kurang lima menit. Mereka berjalan beriringan ke Toko Kita Jaya. Langit masih mendung. Di pinggir jalan, abang-abang sayur teriak rebutan pembeli.

"Bu...Ibu sayur organik, Bu. Cocok buat pengantin baru" tawar salah satu tukang sayur ke Intan.

"Gak, suami aku gak suka sayur."

Raka yang mendengar ucapan Intan kaget, dan hanya bisa tersenyum malu sambil memandangi wajahnya.

Lalu tiba-tiba Intan menggandeng lengan Raka dan berlalu pergi.

...*****...

“Eh, kamu nanti jangan kaku ya kalau sama pelanggan. Harus ramah. Nggak boleh jutek.”

Raka menahan tawa. “Iya, Sayang.”

Langka mereka terhenti.

"Mas, barusan bilang apa?" tanya Intan sambil melihat Wajah Raka

Raka, gelagapan.

"Iya, Bu Supervisor".

"Kok, tadi aku dengarnya lain yah." guman Intan

"Pendengaran kamu aja itu!"

Intan pun menghiraukan ucapan Raka.

“Beneran, lho. Toko ini udah sering digosipin pegawainya jutek. Makanya Bos suka gonta-ganti orang.” kata Intan

“Kalau aku dipecat, kamu sedih nggak?” tanya Raka.

Intan berpikir, lalu cengar-cengir. “Sedih lah. Nggak ada yang mindahin galon sama kardus.”

Raka tertawa, menepuk jidat Intan. “Jahatnya.”

Mereka masuk toko. Bel pintu berbunyi nyaring. Toko masih sepi. Lampu neon temaram memantul di lantai keramik kusam. Di rak diskon, mie instan nyaris kadaluarsa menumpuk.

Intan meletakkan tasnya di loker kecil belakang kasir. Raka duduk di samping, menggulung lengan seragamnya.

Bos muncul sambil menguap lebar. Matanya setengah tertutup, mulutnya bau kopi hitam.

“Raka. Hari ini kamu belajar kasir. Tapi nggak pegang uang dulu. Liatin Intan dulu. Besok baru coba scan barang.”

“Siap, Pak.”

Bos menepuk pundak Intan. “Kamu yang ngawasin. Kalau uang hilang, potong gaji kamu.”

“Heh! Jangan gitu dong, Pak,” protes Intan.

Bos ngeloyor pergi ke belakang. Suara TV tabung di ruangannya terdengar samar: sinetron pagi yang keras banget.

Intan menarik kursi plastik, duduk di depan monitor kasir.

“Nah. Dengerin ya, Mas Raka. Ini scanner barcode. Ini mesin EDC. Ini laci uang. Pegang laci sembarangan, kutabok.”

“Siap, Mbak Cerewet,” ejek Raka sambil tertawa.

Intan ngedumel. “Awas. Sekali lagi panggil Mbak, tak tempeleng beneran.”

Mereka berdua tertawa pelan.

Suara pintu berdering. Pelanggan pertama masuk, seorang ibu-ibu bawa anak balita.

“Pagi, Mbak. Pagi, Mas,” sapa si Ibu sambil meraih keranjang belanja.

Intan langsung berdiri. “Selamat pagi, Bu! Cari apa hari ini?”

“Beli susu sama diapers.”

Raka berbisik. “Aku ambilin, ya?”

Intan mengangguk. “Ambil yang diskon di rak ketiga. Ada stiker pink.”

Raka melangkah ke rak. Tangannya meraba dus diapers. Ia menarik satu bungkus, melihat harga tempelannya. Tangannya teringat masa lalu. dulu belanja begini cuma nyuruh asisten rumah tangga. Sekarang, dia sendiri yang angkat-angkat.

Dia tersenyum kecil. Bagus… bagus…

Di kasir, Intan dengan lincah scan barang. Raka berdiri di sampingnya, mencatat di buku tulis. Kadang tatapan mereka bertemu, tertawa sendiri. Anak balita di samping ibu-ibu itu tiba-tiba menunjuk Raka.

“Kaka ganteng!” katanya polos.

Intan ngakak. “Tuh! Ada fans kamu!”

Raka jongkok, menyapa si bocah. “Halo, dedek! Makasih ya… Doain Kaka biar tetap ganteng.”

Anak itu tepuk tangan. Ibunya ikut tertawa. Intan mengelus kepala Raka pelan.

Sore datang. Shift nyaris selesai. Di gudang belakang, Raka duduk di kardus mie instan. Intan duduk di sampingnya, mengunyah wafer sisa sampel promosi.

“Capek?” tanya Intan.

“Lumayan. Badan pegel. Tapi hati enteng,” jawab Raka sambil melirik Intan.

Intan menggigit wafer, menatap Raka serius.

“Mas… Kamu nggak punya siapa-siapa di Jakarta?, keluarga, teman atau kenalan gitu?”

Raka terdiam. Matanya menatap tumpukan kardus.

“Ada. Tapi mereka nggak ada di sini.”

“Orang tua?” tanya Intan pelan.

Raka menarik napas. “Ada. Tapi… beda dunia sama aku sekarang.”

Intan mengangguk. Pipinya mendadak sendu.

“Kalau aku… juga nggak punya siapa-siapa. Bapak di kampung, jualan bensin eceran sama jagain warung kecil, Ibu? Entah di mana.”

Raka menatap Intan. Senyumnya hangat.

“Kita mirip, ya. Sama-sama nggak punya siapa-siapa di jakarta.”

Lalu mereka tertawa. Mata saling bertemu. Pelan-pelan, jarak di antara mereka menipis. Raka nyaris mengulurkan tangan ke pipi Intan, tapi suara Bos tiba-tiba memecah suasana.

“WOI! Pada ngapain di gudang?!”

Intan meloncat berdiri. Raka ikut berdiri, cengar-cengir.

“Maaf, Pak! Lagi ngitung stok!” bohong Intan cepat.

Bos mendecak. “Dasar kalian. Cepet beresin, tutup toko. Gembok pintu, lampu matiin. Mau saya tinggal pergi.”

Toko ditutup. Pintu digembok. Mereka berjalan berdua di trotoar.

Lampu-lampu kota mulai menyala. Angin malam meniup kuncir Intan. Raka meraih helm motor pinjaman dari pegangan setir.

“Mau barengan nggak?” tawar Raka.

Intan nyengir. “Pake motor butut ini? Emang kuat?”

“Kalau nggak kuat, kita dorong bareng-bareng,” kata Raka.

Mereka tertawa lagi. Intan meraih helm, memasangnya di kepala.

“Yuk, Mas bawah motornya jangan kaya Velentino Rossi yah. Hutang aku masih banyak, belum kawin juga.”

Dan merekapun pulang bersama di atas motor butut pinjaman.

Bersambung.

1
❃ུ۪ ❀ུ۪ 𝗔𝗭𝗥𝗔❃ུ۪ ❀ུ۪
preetttt 🤧🤧
❃ུ۪ ❀ུ۪ 𝗔𝗭𝗥𝗔❃ུ۪ ❀ུ۪
hehhh deg degan ngapa lagunya nona Ambon pica pica 😂😂😂
❤︎♏︎་༘🦂
Thor, ini namaku jadi karakter ini??? 😭aku request jadi art Mas Raka lho padahal. Biar bisa mulung kartu-kartu mas Raka yang dibuang😭🤣🤣 Kenapa jadi cewek dengan spek bella hadid gini Thor😭🤣 Jadi insecure
❤︎♏︎་༘🦂: 🙂‍↔️🙂‍↔️🤣
total 2 replies
❤︎♏︎་༘🦂
🙈 kenapa gua jadi genit Thor 😭🤣🤣
❃ུ۪ ❀ུ۪ 𝗔𝗭𝗥𝗔❃ུ۪ ❀ུ۪: aku blm lanjut baca keasikan main GC 🤣🤣🤣
total 4 replies
❃ུ۪ ❀ུ۪ 𝗔𝗭𝗥𝗔❃ུ۪ ❀ུ۪
nama panjangnya Meridian ya Thor 🤣🤣🤣
Rizky_Gonibala: nanti bakalan ada tuh😅😅👍👍👍
total 3 replies
Rizky_Gonibala
kayaknya ada😅😅
❃ུ۪ ❀ུ۪ 𝗔𝗭𝗥𝗔❃ུ۪ ❀ུ۪
wahhh... aku yg perempuan gak tau kalo bulu mata ada ukuran nya 😂🙈
Rizky_Gonibala
kayak ada tuh😅😅😅
Rizky_Gonibala
🤣🤣🤣🤣🤣
❃ུ۪ ❀ུ۪ 𝗔𝗭𝗥𝗔❃ུ۪ ❀ུ۪
jangan kan drakula, kuyang pun aku terima kalo kayak Raka 😆👻
❃ུ۪ ❀ུ۪ 𝗔𝗭𝗥𝗔❃ུ۪ ❀ུ۪
untung aku gak makan gorengan sm intan, kan gak lucu ditanya malaikat kenapa masuk neraka? makan gorengan dari intan 😫😭
❃ུ۪ ❀ུ۪ 𝗔𝗭𝗥𝗔❃ུ۪ ❀ུ۪
logout dari bumi 😭💔
❤︎♏︎་༘🦂
jangan pernah menggantung harapan pada siapapun. Biar gak kecewa. Andalkan diri kamu sendiri 🙃
❤︎♏︎་༘🦂
mbah??? Thor yang bener aja dah, typo kah ini😭😭😭 ngapa jadi mbah, thorrr😭
❤︎♏︎་༘🦂
kehilangan emang ketakutan terbesar untuk orang yang pernah kehilangan sebelumnya. I feel you intan 🥀
❤︎♏︎་༘🦂
😭😭Artis k-pop gatuh😭 Sejak kapan kim Jong-un jadi artis k-pop, Intan 😭
❃ུ۪ ❀ུ۪ 𝗔𝗭𝗥𝗔❃ུ۪ ❀ུ۪
😍🙈
❃ུ۪ ❀ུ۪ 𝗔𝗭𝗥𝗔❃ུ۪ ❀ུ۪
mie soto rasa oyo bungkusnya warna apa Thor 👻
Rizky_Gonibala: warna putih susu😅😅😅
total 1 replies
❃ུ۪ ❀ུ۪ 𝗔𝗭𝗥𝗔❃ུ۪ ❀ུ۪
awokawok /Facepalm/
❃ུ۪ ❀ུ۪ 𝗔𝗭𝗥𝗔❃ུ۪ ❀ུ۪
othor ngaco bgt 😭 tikus dikasih nama Kim Jong un 🤣🙈
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!