Baik,Aku Menyerah

Monika akan segera menutup pintu namun Laura dengan cepat menahannya dengan kakinya,"Aku ingin berbicara hal penting dengan Liliana,ini sangat penting!"

Cih,Monika tau kedatangan Laura tidak ada hal lain selain ingin ingin menyakiti sahabatnya itu."Di bilang gak bisa juga!"sarkasnya berusaha masih menutup pintu namun Laura memaksa untuk masuk.

"Biarin aku masuk aku mau ngomong hal penting dengan Liliana, kamu jangan ikut campur!!"

Monika di buat geram dan mendorong pintu lebih kuat hingga mereka beraksi saling mendorong,"Di bilang gak bisa!,mending kamu pergi!!"

"Aku ingin bertemu Liliana bukan kamu sialan!",balas Laura yang mendorong pintu kuat agar Ia bisa masuk.

Liliana yang mendengar ribut-ribut langsung berlari ke depan berfikir ada sesuatu,Ia terkejut sekaligus panik saat melihat Monika yang saat ini berusaha menutup pintu dengan sekuat tenaganya."Monika ada apa?siapa orang yang di luar?"tanyanya dengan bingung dan berusaha melihat orang di balik pintu.

"Laura!dia mau ketemu sama kamu tapi aku tau dia pasti berusaha menyakiti kamu lagi jadi aku gak kasih ijin dia masuk!kamu tenang aja aku pasti bakalan lindungi kamu dan gak akan biarin dia masuk!!!"Monika berbicara sembari terus menahan pintu,bahkan wajahnya sampai memerah karna begitu kerasnya mendorong pintu.

Liliana melongo dia kira ada apa,"ku kira siapa,penculik atau mafia semacamnya"

Liliana langsung bernafas lega,"Udah gak apa-apa,emangnya siapa dia perlu ku takuti?"Ia menggelengkan kepalanya.

"Lily dia itu!"

"Gak apa-apa Mon kamu pikir aku wanita lemah udah buka aja pintunya biarkan dia masuk, lagipula dia gak bakal bisa nyakitin aku kan ada kamu", ucapnya meyakinkan sahabatnya itu.

Pada akhirnya Monika mengalah namun karna kebenciannya pada Laura,dengan sengaja Ia yang tadinya menahan pintu sekuat tenaga secara tiba-tiba melepaskan tangannya sehingga Laura yang tadi berusaha mendorong pintu dari agar masuk langsung ambruk masuk ke dalam hingga terperangah di depan kaki Liliana yang memang berada di depan pintu.

Hahahaha

Monika tertawa terbahak-bahak melihatnya, sementara itu Liliana yang juga sebenarnya receh seperti Monika berusaha sekuat mungkin untuk tidak tertawa.

Laura mengepal kuat tangannya menahan emosi,Ia mengangkat wajahnya dan menatap Monika yang saat ini berdiri di sebelah Liliana yang masih tertawa terbahak-bahak."Dasar wanita sialan ini!!"teriaknya dalam hati begitu geram.

Laura dengan cepat berdiri di hadapan keduanya,Ia memperbaiki penampilannya,Penampilannya yang glamor dan seksi membuatnya terlihat sempurna sebagai wanita,"Sialan ya kalian berdua!,kalau sampai Bara tau apa yang sudah kalian lakukan pada ku,kalian berdua gak bakal di maafin!"ancamannya sembari memperbaiki penampilan dengan wajah sangar dan tidak senang.

"Siapa suruh kamu datang kemari buat keributan aja!",cibir Monika memiringkan bibirnya.

"Aku sudah bilang aku ingin bertemu Liliana! tidak ada urusannya dengan mu!"

"Tentu saja itu juga urusan ku karna Liliana sahabat ku!"balas Monika.

"Cukup!,cepat katakan apa yang ingin kau katakan sebelum aku memanggil penjaga keamanan!",Sebelum Laura dan Monika bertengkar semakin panjang, Liliana langsung memotongnya karena rasanya Ia muak melihat wajah Laura dan tidak ingin ada keributan di pagi harinya karena akan merusak moodnya.

"Sialan kau!kau pikir kau siapa,kamu pikir aku tidak tau kalau apartemen ini juga milik Bara dan semua milik Bara adalah milik ku juga, jadi aku berhak atas segalanya termasuk tempat ini jadi kau tidak berhak mengusir ku!"Laura tidak terima dengan ucapan Liliana.

Liliana merasa baru saja mendengan lelucon, sepertinya Laura menganggap Ia tidak mampu hanya untuk membeli apartemen saja.Ya pada kenyataannya Laura hanya tau kalau Liliana adalah orang yang menikah dengan Bara untuk hidup yang lebih baik,tentu saja Laura tidak tau siapa itu seorang Liliana Regantara karna Liliana memilih untuk merahasiakan identitas keluarganya yang selama ini tinggal di luar negeri.

"Jangan berfikir untuk mengusir ku dari sini,karena aku yang paling berhak atas semua milik Bara kau hanya seorang perebut"

Laura berbicara dengan sarkasme,raut wajah yang juga menunjukkan seolah Ia adalah penguasa hingga membuat Monika tak bisa menahan emosinya.

"Sialan!kau pikir sahabat ku wanita seperti mu,ini hanya apartemen murah buatnya!"

Monika sudah akan maju memberikan pukulannya pada Laura,tapi Liliana segera menahannya."Lily dia harus diberi pelajaran..."

Liliana menggeleng,"Aku sama sekali tidak terganggu dengan ucapannya jadi jangan khawatir"ucapnya dengan nada bicaranya yang memang selalu terdengar tenang dan santai.

"Cih...memang seharusnya kau tidak masalah dengan ucapan ku karena aku mengatakan apa adanya, dengar ya meskipun kau sekarang sudah menjadi istri Bara tapi sampai kapan pun dia tidak akan pernah mencintaimu! kedudukan ku selalu akan lebih tinggi di hatinya jadi jangan berfikir berebut Bara dengan ku lagi, karena sampai kapan pun aku akan selalu menjadi pemenangnya dan selamanya Bara hanya akan menjadi milik ku camkan itu!"

"Kau tenang saja,aku sudah tidak segila dulu lagi jadi berbahagialah,aku tidak akan menganggu kalian lagi"

Liliana membalas dengan tenang tanpa emosi.

"Aku juga sudah mengurus surat cerai kami"

Laura tampak terkejut tapi kemudian tersenyum lebar,Ia menatap Liliana dengan tatapan tak percaya."Benarkah?kau sedang tidak menipu ku kan?"

Monika berdecih dan memalingkan wajahnya, benci sekali rasanya melihat wajah berbinar wanita yang selalu berusaha menyakiti sahabatnya itu.

"Keluarlah dan tunggu saja kabarnya"

Setenang mungkin Liliana mengisyaratkan Laura keluar dengan tangannya.

Meski tidak senang di usir seperti itu,Laura tidak lagi memberikan protes namun dengan mendengus Ia akhirnya memilih keluar dan tak memaksa Liliana untuk menjawab pertanyaannya."Baik ku tunggu kabar baiknya,kalau kau berani berbohong dengan ku lihat saja akibatnya", ucapnya sebelum benar-benar keluar dan meninggalkan tempat itu dengan perasaan senang.

Setelah kepergian Laura Liliana langsung berbalik ingin pergi,namun Monika segera menahannya."Lily aku tau kau tidak mungkin semudah itu aman melupakan Bara,aku juga yakin tidak semudah itu melepaskan orang yang sangat kau cintai tapi yakinlah pada sahabat mu ini kalau wanita yang baik akan mendapatkan cinta yang baik dari pria baik-baik"

Liliana tersenyum lebar mendengarnya kemudian merentangkan kedua tangannya untuk menerima pelukan dari sahabatnya itu.

Monika terkekeh kemudian langsung memeluknya.

"Kau memang sahabat terbaik ku"

"Tentu saja"

"Kalau kau mau aku punya seorang kenalan,dia seorang CEO tampan dan masih muda meskipun seorang duda anak satu"

Mendengar itu Liliana jadi kesal,"Belum kepikiran tau Mon"

"Usianya masih 32 Mon, anaknya masih berusia 3 tahun lah,dia mapan tampan dan kaya tidak beda jauhlah dengan Bara",goda Monika tak menyerah.

***