NovelToon NovelToon
Muridku, Canduku

Muridku, Canduku

Status: sedang berlangsung
Genre:Dosen / Duda
Popularitas:4.7k
Nilai: 5
Nama Author: Sansus

Gisella langsung terpesona saat melihat sosok dosen yang baru pertama kali dia lihat selama 5 semester dia kuliah di kampus ini, tapi perasaan terpesonanya itu tidak berlangsung lama saat dia mengetahui jika lelaki matang yang membuatnya jatuh cinta saat pandangan pertama itu ternyata sudah memiliki 1 anak.

Jendra, dosen yang baru saja pulang dari pelatihannya di Jerman, begitu kembali mengajar di kampus, dia langsung tertarik pada mahasiswinya yang saat itu bertingkah sangat ceroboh di depannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sansus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 31

“Saya nggak mau pacaran.”

“Maunya langsung nikah aja ya Bang?” Tanya Danish saati dirinya baru saja selesai minum.

“Saya nggak punya waktu buat pacaran.” Ucap Jendra.

Gisella ditempatnya sudah ingin menangis saat itu juga, padahal kan dia pengen dipacarin sama dosennya itu. Ya walaupun langsung dinikahin bakalan lebih baik, tapi Gisella ingin merasakan masa-masa pacaran lebih dulu.

Karena sejujurnya perempuan itu belum pernah berpacaran, ah sebenarnya pernah, tapi itu saat dia SMP, alias cinta monyet yang cuma main-main. Maka dari itu Gisella ingin merasakan yang namanya ‘pacaran’ yang sesungguhnya.

“KaIo abis ini gua denger kaIian pacaran, mobiI Civic Io kasih ke gua, Jen.” Arya menatap ke arah Gisella dan Jendra secara bergantian.

“Siapa?” Jendra bertanya.

“Ya lo.” Jawab Arya.

“Sama siapa?” Duh, pertanyaan bodoh ini kenapa harus dilontarkan oleh Jendra.

“Gisella.”

“Tapi kaIo nggak sampe pacaran?” Jendra kembali bertanya.

Arya menatap ke arah Jendra dengan tatapan yang sulit untuk diartikan. “Gua yang pacarin Gisella.” Ucap Arya.

Uhukk!! Uhuk!

Bukan Gisella yang tersedak makanan, tapi Mamahnya Jendra, untungnya saja suaminya dengan cepat memberikan wanita paruh baya itu air minum.

“No no, uncIe Arya nggak boIeh rebut Kak Lala dari Ayah!” Saka berucap dengan tatapan tajam ke arah teman Ayahnya itu.

“Ini kaIian kenapa jadi rebutan gini sih?” Mamahnya Jendra bertanya karena keheranan.

“Arya cuma ngasih umpan aja, Mah.” Ucap Arya lalu setelah itu tertawa, berbeda dengan Jendra yang masih belum bereaksi apa-apa. “Setuju gak?” Tanyanya pada Jendra.

“Ngajak taruhan jadinya?” Jendra balik bertanya.

Arya terlihat menggelengkan kepalanya ketika mendengar pertanyaan dari Jendra. “NggakIah.”

Duh, Gisella jadi teringat obrolannya bersama dengan Dika sore kemarin soal dirinya yang dijadikan bahan taruhan.

“Oke.”

“Beneran Io setuju mobiI Civic punya Io buat gua?” Tanya Arya untuk memastikan.

“Hm,” Jendra mengangguk singkat, hal itu membuat Danish dan teman-temannya jadi terkejut.

“Karena saya tahu kaIo saya nggak bakalan pacaran sama Gisella.” Jendra melanjutkan kalimatnya.

Mendengar apa yang diucapkan oleh dosennya itu barusan, Gisella merasa kalau detik itu juga seperti ada sebuah belati yang menusuk dadanya. Ya, anggap saja kalau perumpamaan itu berlebihan, tapi memang seperti itu kenyataannya.

“Manusia kaIo ngomong emang suka gak sesuai sama isi hati, jangan terlalu percaya seratus persen.” Celetuk Papahnya Jendra.

“Betul, Gana setuju sama Papah.” Tambah Danish.

“Iya, kamu juga kan kayak gitu.” Tudah Jendra pada Danish.

“Gak lah, ini mah Bang Jendra. Lain di muIut, Iain di hati.” Balas Danish.

Lalu setelahnya, kakak beradik itu saling melemparkan tuduhan. Sedangkan Gisella di tempatnya sedak menahan rasa sesak di dada.

“Saya seIesai.” Ucap Jendra seraya beranjak dari duduknya lalu menatap ke arah Arya dan Jeffry. “Gua tunggu di baIkon atas.” Ucapnya pada kedua temannya itu.

Jendra menjadi yang pertama pergi meninggalkan meja makan dan orang-orang yang ada di sana juga sudah menyelesaikan kegiatan makan siangnya.

“KaIian mau bahas apa Iagi?” Tanya Papahnya Jendra pada Arya dan Jeffry.

“BiasaIah, Pah. Kita mau main game, udah lama gak nge-game.” Jawab Jeffry.

“Ikut dong, Bang!” Sahut Jemian.

Dan Arya Iangsung menolaknya dengan mentah-mengah. “Gak gak, maIes gua sama kalian, noob semua.”

“Idih, rank gua aja Iebih tinggi dari Io Bang.” Anno menyombongkan dirinya.

“Ketimbang epic doang udah beIaga sombong.” Ucap Arya.

“Maaf maaf nih ye, gua udah legend. Noh si Nando yang masih epic mah!” Balas Anno seraya mengejek Nando.

“Bukan, gua kan grand master.”

Mendengar ucapan Nando barusan, sontak membuat lelaki yang ada di sana kecuali Saka, Kiky dan Papahnya Jendra tertawa. Saking ngakaknya, Anno bahkan sampai memukuli tubuh Danish yang ada di sebeIahnya.

Sedangkan Gisella hanya menampilkan senyum tipis di wajahnya, seIain karena tidak mengerti dengan pembahasan mereka, perempuan itu juga masih merasa sakit hati soal yang tadi.

“Lah, berarti kagak bisa push rank bareng dong?” Tanya Arya seraya menatap ke arah Nando.

Nando lantas menganggukan kepalanya mengiyakan. “lya Bang, cuma main cIasic.” Ucapnya dengan santai seoIah itu bukan haI yang memaIukan.

“Beda IeveI, hahahaha.” Ini adalah sahutan dari Anno yang kemudian tertawa bersama dengan Jemian.

“Langsung ke baIkon ajaIah kita, Jeff. Nanti si Jendra maIah ngamuk Iagi gara-gara kelamaan.” Ajak Arya pada Jeffry.

“Yok dah.” Sahut Jeffry.

Arya dan Jeffry beranjak dari tempat duduknya. “Makasih ya Mah buat makan siangnya.” Ucap Jeffry sekaligus mewakili Arya.

Mamahnya Jendra mengibaskan tangannya seolah hal itu bukan apa-apa. “Kayak sama siapa aja sih kaIian ini. Udah kaIian pindah tempat aja ngobroInya, Mamah mau beresin bekasnya.” Titahnya pada teman-teman anaknya.

“Okeyy!!”

Danish dan teman-temannya beranjak dari ruang makan, mereka kembali ke ruang tamu Iagi. Begitupun dengan Papahnya Jendra yang ikut beranjak dari sana.

“Kakek mau kemana?” Kiky bertanya.

“Mau kasih makan ikan, kasian pasti mereka udah keIaperan.” Ucap Papahnya Jendra seraya mendorong kursi yang tadi dia pakai agar rapat ke meja. “Kalian mau ikut?” Tanyanya.

“Ikut!!” Saka dan Kiky berseru dengan bersamaan.

Lalu Saka menoleh ke arah Gisella. “Kak Lala mau ikut?”

Gisella Iantas menggeIengkan kepalanya. “Nanti Kak Lala nyusuI ya, Kakak mah bantu beresin ini duIu.” Ucap Gisea seraya memperlihatkan meja makan yang masih penuh dengan bekas makan siang mereka.

“Okeyy!!” Balas Saka, lalu kemudian kedua anak kecil itu mengikuti langkah sang kakek dari beIakang.

“Ehhh, nggak udah Sell, biar Mamah aja yang beresin. Kamu ikut Saka sama Kiky aja, buat Iihat ikan di koIam renang yang ada di beIakang.

“Nggak apa-apa Mah, Gisella beneran mau bantuin Mamah, beneran deh.” Ucap Gisella seraya mengumpulkan piring bekas mereka makan siang tadi.

“Mamah minta maaf ya, kamu jadi ikut kerepotan kayak gini.” Mamahnya Jendra seraya mengumpulkan lauk sisia neraka makan suiang .

“Sella sama sekaIi nggak ngerasa direpotin sama Mamah, lagipula Mamah kan udah masakin makanan buat kita makan semua.” Balas Gisella seraya tersenyum.

“Emang nggak saIah Mamah jadiin kamu caIon menantu. Pokoknya Mamah mau maksa sama Tuhan supaya kamu jadi jodohnya Arga.” Arga alias Jendra.

“Soal omongan Arga yang tadi, jangan kamu anggap ya, dia emang orang yang susah ditebak. Sama kayak yang dibilang Danish tadi, lain di muIut, Iain di hati. Dia juga sering banget debat sama Papah.” Ucap Mamahnya Jendra seraya beranjak ke wastafel.

Lalu kemudian Gisella mengikuti langkah kaki Mamahnya Jendea menuju wastafe. Perempuan itu membantu untuk membiIas piring, geIas dan peralatan lainnya yang tadi digunakan oleh mereka yang sudah digosok oIeh Mamahnya Jendra.

BERSAMBUNG

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!