NovelToon NovelToon
Dibayar Oleh CEO Kejam

Dibayar Oleh CEO Kejam

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO
Popularitas:335
Nilai: 5
Nama Author: Sansus

CERITA UNTUK ***++
Velove, perempuan muda yang memiliki kelainan pada tubuhnya yang dimana dia bisa mengeluarkan ASl. Awalnya dia tidak ingin memberitahu hal ini pada siapapun, tapi ternyata Dimas yang tidak lain adalah atasannya di kantor mengetahuinya.
Atasannya itu memberikan tawaran yang menarik untuk Velove asalkan perempuan itu mau menuruti keinginan Dimas. Velove yang sedang membutuhkan biaya untuk pengobatan sang Ibu di kampung akhirnya menerima penawaran dari sang atasan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sansus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 16

Begitu Dimas keluar dari dalam kamar mandi, dia mendapati sekretarisnya itu sedang berbaring di atas kasur seraya memainkan ponselnya dengan raut wajah yang kesal.

Dia tahu perempuan itu pasti kesal karena kejadian di kamar mandi tadi, tapi entah kenapa melihat Velove yang sedang kesal seperti ini malah menjadi hiburin sendiri untuknya.

“Jangan cemberut terus, ayo turun ke bawah.” Ucap Dimas seraya mengambil ponselnya yang ada di atas meja nakas.

Tanpa membalas ucapan dari lelaki itu, Velove beranjak dari kasur dan berjalan menuju pintu hotel mendahului Dimas di belakangnya yang diam-diam sedang terkekeh pelan tanpa perempuan itu ketahui.

Kini keduanya sudah berada di meja restoran hotel dengan beberapa makanan yang tadi keduanya ambil untuk makan malam, mereka makan dengan tenang malam ini sebelum kemudian ponsel Dimas yang ada di atas meja bergetar.

Velove yang merasakan getaran adanya panggilan masuk pada ponsel sang atasan, perempuan itu dapat melihat nama si pemanggil, di sana tertera atas nama “Bella”, Velove tidak mengetahui siapa orang yang memiliki nama itu. Sepertinya Dimas tidak menyadari jika ponselnya bergetar, lelaki itu masih sibuk dengan makanannya.

“Pak, ada telepon masuk.” Ucap Velove yang kembali melanjutkan kegiatan makannya.

Dimas lantas menghaentikan kegiatannya ketika mendengar ucapan sang sekretaris dan meraih ponsel miliknya yang ada di atas meja, lalu mengangkat panggilan itu.

“Halo, Dim!” Sapaan ceria terdengar oleh Dimas dari seberang sana.

“Hai, Bell. Ada apa telepon aku?”

Velove mendongakan kepalanya sebentar saat perempuan itu mendengar Dimas memanggil dirinya sendiri dengan sebutan ‘aku’, karena sebelumnya lelaki itu tidak berbicara semanis ini dengan lawan bicaranya. Sebenarnya siapa ‘Bella’ yang sedang menelpon atasannya itu saat ini? Apa perempuan yang sama dengan yang semalam di Mall?

“Nggak ada apa-apa sih, cuma pengen ngobrol aja. Kamu lagi sibuk ya?”

“Oh, nggak juga. Aku cuma lagi makan malem aja.”

Sedangkan Velove yang berada di depan lelaki itu kembali dengan kegiatannya seolah tidak peduli dengan apa yang Dimas dan orang di seberang sana obrolkan karena memang Velove sendiri tidak bisa mendengar apa yang ‘Bella’ itu katakan, tapi mendengar balasan yang diberikan oleh Dimas, sepertinya dua orang itu sedang mengobrol biasa.

“Kamu makan malem dimana? Aku juga belum makan malem, kalo deket sama hotel aku biar nanti aku nyusul.”

“Aku lagi ada kerjaan di Bandung, Bell.”

“Hah kamu kapan ke Bandungnya? Kenapa semalem nggak bilang kalo mau ke Bandung? Tadi siang aku free nggak ada kegiatan apapun, kalo tau kamu ke Bandung, aku mau ikut.”

Cerocos perempuan itu dari seberang sana, yang entah kenapa tidak membuat Dimas risih sama sekali, malah lelaki itu merasa senang karena bisa kembali mendengar rentetan kata yang keluar dari bibir perempuan itu setelah beberapa tahun ini tidak mendengarnya.

“Tadi pagi aku berangkat, bahkan semalem aku gak inget kalo besoknya harus pergi ke Bandung. Nanti kapan-kapan kita ke Bandung kalo kamunya masih di Indo.” Dimas menjawab satu-satu pertanyaan yang dilemparkan oleh sang mantan kekasih.

Velove di tempatnya seolah berubah menjadi kambing congek, perempuan itu memilih untuk segera menghabiskan makanannya agar bisa cepat-cepat pergi dari sana. Entah kenapa mendengar Dimas terang-terangan menghubungi perempuan lain di depannya seperti ini malah membuat perasaannya tidak senang.

“Kamu ke Bandungnya sama siapa? Sendirian aja?” 

“Sama sekretaris aku.”

Mendengar dirinya disebut, Velove mendongakan kepalanya sejenak menatap lelaki itu. Tapi kemudian dia kembali lagi melanjutkan kegiatan makan malamnya yang sebentar lagi akan selesai.

Melihat sang atasan yang masih mengobrol dengan orang di seberang sana membuat Velove jengah, lantas perempuan itu beranjak dari tempat duduknya untuk kembali naik ke atas setelah makanannya habis.

“Saya naik ke atas duluan, Pak.” Pamit Velove yang hanya dibalas dengan anggukan oleh Dimas, hal itu malah semakin membuat sang sekretaris kesal.

Dengan hentakan kakinya perempuan itu pergi dari sana, masuk ke dalam lift untuk naik ke lantai di mana kamar hotelnya berada, meninggalkan Dimas yang terlihat masih asik mengobrol dengan orang yang bernama ‘Bella’ di balik teleponnya.

Sesampainya di dalam kamar hotel, Velove membantingkan dirinya ke atas kasur. Entah kenapa perasaannya menjadi sangat kesal seperti ini hanya karena melihat atasannya itu berinteraksi dengan perempuan lain, sepertinya Velove sudah mulai tidak waras.

Karena merasa nyaman berbaring di atas kasur yang empuk, mata perempuan itu mulai terpejam dengan perlahan, mengabaikan Dimas yang entah kapan akan kembali masuk ke dalam kamar karena lelaki itu sedang asik mengobrol dengan perempuan di balik ponselnya itu.

Tapi tanpa Velove ketahui, jika Dimas sudah kembali masuk ke dalam kamar tidak lama sejak dia memejamkan matanya. Begitu lelaki itu masuk ke dalam kamar, Dimas langsung mendapati tubuh sang sekretaris yang sedang terbaring di atas kasur tanpa tertutupi selimut dan juga sandal hotel yang masih terpasang di kaki sang sekretaris.

Dimas bisa menebak jika Velove ketiduran di atas sana, lalu setelahnya lelaki itu mulai mendekat ke arah ranjang, meletakan ponselnya di atas meja nakas yang ada di samping ranjang itu dan mulai melepas satu persatu sandal yang ada di kaki Velove.

Lelaki itu juga membenarkan posisi tidur sang sekretaris, lalu kemudian menyelimuti tubuh ramping perempuan yang sudah terlelap itu dengan selimut yang ada di sana. Kemudian Dimas naik ke atas kasur itu, ikut tidur seperti apa yang dilakukan oleh sekretarisnya.

***

Keesokan harinya, seperti biasa pasti Velove yang terbangun terlebih dulu. Perempuan itu menoleh ke samping dan melihat sang atasan yang masih terlelap di sebelahnya, semalam entah jam berapa lelaki itu kembali masuk ke dalam kamar, Velove tidak menyadarinya karena sudah tidur.

Perempuan itu segera beranjak dari tempat tidur, duduk sebentar di tepi ranjang untuk mengembalikan kesadaran penuh sebelum kemudian Velove beranjak dari sana berniat masuk ke dalam kamar mandi. Tapi sebelum itu dia mengambil pemompa ASI bekas semalam dirinya pakai untuk sekalian dia cuci ketika mandi, Velove tidak ingin kejadian seperti kemarin terulang lagi.

Tidak butuh waktu lama untuk perempuan itu menghabiskan waktunya di dalam kamar mandi, setelah selesai dia langsung keluar dari dalam ruangan lembab itu dan berjalan ke arah kasur untuk membangunkan sang atasan seperti biasanya. Pompa ASI yang baru dia cuci tadi, Velove letakan di atas meja nakas di samping kasur.

“Pak, bangun. Kita harus check out dari hotel pagi ini.” Ucap Velove sambil mengguncang tubuh Dimas di depannya.

“Pak Dimas…” Perempuan itu kembali berusaha membangunkan sang atasan.

“Pak! Bangun, nanti kita kesiangan buat ketemu Pak Willy.” Ya, jam sembilan nanti mereka harus bertemu dengan satu investor lagi sebelum nanti siangnya mereka kembali ke Jakarta.

“Pak Dimas!! Bangun!” Karena kesal dengan Dimas yang tidak kunjung bangun, Velove memiliki ide untuk menahan napas lelaki itu dengan mengampit hidung Dimas menggunakan tanggannya.

Sebenarnya jam berapa sih lelaki itu kembali masuk ke kamar? Apa Dimas baru selesai teleponan dengan perempuan yang bernama Bella itu pada larut malam sampai-sampai paginya lelaki itu sangat sulit dibangunkan seperti ini.

Dan caranya itu terbukti berhasil saat Dimas mulai membuka matanya dengan napas yang memburu, begitu Velove melepaskan tangannya dari hidung lelaki itu, Dimas langsung menghirup napasnya banyak-banyak.

“Velove! Kamu apa-apaan? Kamu mau bikin saya sesek napas?”

“Lagian Pak Dimas susah dibangunin sama saya, pas saya giniin baru bangun.”

“Kamu kan bisa bangunin saya baik-baik.” Ucap Dimas seraya beranjak dari tidurnya.

“Saya tadi udah bangunin Pak Dimas pake cara yang baik-baik, tapi Bapaknya yang gak bangun-bangun.”

Selesai mengatakan kalimat itu, Velove menjauh dari kasur menuju koper milik lelaki itu untuk mengemas kembali barang-barang bawaan mereka karena pagi ini mereka harus keluar dari hotel dan nanti siang kembali lagi ke Jakarta karena pekerjaan di sini sudah selesai.

Sedangkan Dimas di tempatnya masih berusaha mengembalikan kesadaran sepenuhnya, sebelum kemudian lelaki itu beranjak dari sana berjalan ke arah kamar mandi dan masuk ke dalam sana.

Velove segera menyelesaikan kegiatannya yang sedang memasukan barang-barang ke dalam koper, untung saja mereka berdua tidak membawa begitu banyak barang sehingga tidak butuh waktu yang lama untuk perempuan itu menyelesaikannya.

Begitu selesai dengan urusan koper, perempuan itu duduk di tepi ranjang dan meraih pompa ASl yang tadi dia letakan di atas meja nakas. Velove membuka satu persatu kancing kemeja yang dia pakai, hanya sampai tiga kancing.

Lalu memijat pelan bongkahan kembarnya sebelum kemudian memompa kedua bongkahan kembarnya itu secara bergantian seraya menunggu Dimas selesai dengan aktivitasnya di dalam kamar mandi.

Tidak lama dari itu terdengar suara pintu yang dibuka, ternyata Dimas yang sudah selesai mandi dan keluar dari dalam sana. Lelaki itu membawa langkah kakinya mendekat ke arah sang sekretaris yang masih memompa ASl di tepi ranjang dan lelaki itu ikut duduk di sebelah Velove.

“Udah dua malem saya gak minum ASl kamu.”

Mendengar ucapan Dimas, Velove hanya diam saja tidak mempedulikan lelaki itu. Tapi kemudian kegiatannya terhenti saat tangan Dimas dengan tiba-tiba meraup sebelah dadanya yang belum dia pompa.

“Jangan macem-macem Pak, kita udah kesiangan.”

“Sebentar aja, ini juga biar cepet selesai. Kamu pompa yang sebelah kanan, saya hisap yang sebelah kiri.” Balas lelaki itu.

“Terserah Bapak.”

Velove malas jika harus beradu mulut dengan lelaki itu di pagi ini, maka dari itu Velove memilih untuk membiarkan Dimas bermain-main di bongkahan sebelah kirinya. Lelaki itu mulai membungkukan tubuhnya untuk menempelkan mulutnya pada ujung bongkahan sekretaris.

Dengan tangan yang lihai bergerak di sekitar dada kirinya, Dimas mulai menghisap cairain putih yang keluar dari ujung bongkahan perempuan itu. Sedangkan Velove sendiri kini sedang sibuk memompa ASl-nya dari ujung dada yang sebelah kanan, terkadang perempuan itu bergidik geli ketika merasakan rambut-rambut hal di sekitar wajah lelaki itu menyapu kulitnya.

“Pak Dimas belum cukuran ya?”

Mulut Dimas yang sedang sibuk di dada perempuan itu tidak bisa untuk menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Velove, maka dari itu Dimas hanya menganggukan kepalanya sebagai jawaban.

“Saya geli gara-gara kumis Bapak yang mulai tumbuh itu kena kulit saya, abis pulang dari Bandung langsung Pak Dimas cukur.”

Lagi-lagi hanya sebuah anggukan yang Dimas berikan untuk menanggapi ucapan Velove. Lelaki itu benar-benar sibuk bermain di bongkahan kembar sang sekretaris, bahkan saat Velove sudah selesai dengan bongkahan sebelah kanannya, Dimas belum juga selesai bermain di bongkahan sebelah kirinya.

“Udah Pak, udah nggak ada yang keluar juga.” Ucap Velove karena dirinya juga bisa merasakan kalau ASl-nya sudah tidak lagi keluar.

“Pak… nanti kita kesiangan, kita juga belum sarapan.” Ucap Velove sekali lagi dengan setengah merengek.

Mendengar rengekan dari sang sekretaris membuat lelaki itu menghentikan kegiatannya, Dimas kembali menegakan badannya seraya menyeka mulutnya yang terdapat sisa-sisa cairan putih di sana.

“Kamu mau sarapan di luar atau di hotel?” Tanya Dimas.

“Di hotel aja biar sekalian.” Jawab Velove yang mulai beranjak dari duduknya dan berjalan ke dalam kamar mandi untuk mencuci alat pemompa ASl yang tadi dia gunakan dan juga membuang ASl yang tadi keluar dari ujung bongkahannya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!