Amezza adalah seorang pelukis muda yang terkenal. Karakternya yang pendiam, membuatnya ia menjadi sosok gadis yang sangat sulit ditaklukan oleh pria manapun. Sampai datanglah seorang pria tampan, yang Dnegan caranya membuat Amezza jatuh cinta padanya. Amezza tak tahu, kalau pria itu penuh misteri, yang menyimpan dendam dan luka dari masa lalu yang tak selesai. Akankah Amezza terluka ataukah justru dia yang akan melukai pria itu? Inilah misteri cinta Amezza. Yang penuh intrik, air mata tapi juga sarat akan makna arti cinta dan pengampunan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Henny, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Be Mine
Selama 22 tahun tak pernah mengenal lelaki lain selain papa dan kedua adiknya. Amezza memang membatasi dirinya untuk dekat dengan lelaki lain karena tak ada satu pun yang bisa menggetarkan hatinya.
Dunia Amezza yang hanya ada anggur dan lukisan saja membuatnya tak ada pengalaman tentang sentuhan dan belaian seorang lelaki. Gadis itu terbuai dengan sentuhan Evradt. Gelora jiwa muda dalam dirinya yang selama ini terpendam, kini mulai merekah.
"Ev.......!" Amezza menahan tangan Evradt yang akan masuk di balik kaos yang dipakainya.
"Kenapa sayang?" tanya Evradt dengan suara yang parau menahan gejolak di dalam dirinya.
"Aku......" Kalimat Amezza terhenti karena Evradt kembali menciumnya.
Tangan besar yang kokoh itu berhasil masuk ke balik kaos Amezza. Menyentuh sesuatu yang kenyal di sana membuat Amezza tak bisa menahan suaranya.
"Selamat malam....!" suara ketukan di pintu membuat ciuman diantara mereka terlepas. Amezza segera menurunkan kaosnya yang sudah terangkat ke atas, ia langsung berlari ke kamar mandi sementara Evradt menuju ke luar rumah. salah satu anak buahnya membawa makan malam yang Evradt pesan. Setelah itu ia kembali masuk ke dalam. Amezza nampak baru keluar dari kamar mandi. Wajahnya masih merona dan ia nampak menghindar tatapan mata dengan Evradt.
"Sayang .....!" Evradt menahan tangan Amezza. "Ada apa?"
"Aku.....aku.....!" Amezza tertunduk.
"Ada apa, sayang?" Evradt memegang dagu Amezza dan mengangkat dagu gadis itu agar menatapnya.
"Tadi kita ...hampir saja....." Agak terbata-bata Amezza berbicara.
Evradt bersandar di meja makan lalu meraih kedua tangan Amezza. "Bicaralah sayang. Tak usah malu."
"Kita hampir saja kebablasan tadi. Aku, aku jujur belum pernah melakukan hubungan intim dengan seorang pria. Aku mungkin terdengar sebagai gadis yang kuno di tengah kehidupan dunia barat ini."
Evradt menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan. Ia memegang pipi Amezza. "Maafkan aku sayang. Aku tak bisa menahan diri saat berada di dekatmu. Seharusnya aku memang tak memaksakan diri saat bersamamu. Tapi sungguh, aku mencintaimu bukan karena napsu."
Amezza langsung memeluk Evradt. "Aku yang minta maaf. Hubungan seperti ini sangat baru bagiku."
Evradt melepaskan pelukannya. "Kita akan belajar bersama. Dan aku mencintaimu. Aku akan sabar denganmu." lalu lelaki itu mengecup dahi Amezza. "Ayo kita makan. Aku sudah lapar."
"Aku juga lapar."
"Ini makanan dari restoran milik keluargaku. Restoran ini sudah ada semenjak tahun 1960. Tak pernah bisa dikalahkan oleh perubahan zaman. Suatu kali aku akan mengajak kamu untuk pergi ke sana." kata Evradt saat keduanya mulai menikmati makanan itu.
"Ini stick terenak yang pernah aku makan. Rempahnya sangat khas. Aku suka." kata Amezza dengan jujur.
"Aku senang jika kamu memang menyukainya."
"Ev, aku selalu ingin menanyakan hal ini padamu. Mengapa bahasa Spanyol mu sangat fasih?"
"Mamaku orang Spanyol. Aku memang lahir dan besar di sini. Namun aku pernah beberapa kali ke Spanyol."
"Oh ya? Pantas saja kamu bisa berbahasa Spanyol dengan fasih."
"Aku menguasai beberapa bahasa. Selain bahasa Perancis dan Spanyol, aku juga bisa bahasa Inggris dan Mandarin."
"Wah, kamu hebat. Kalau aku bisa bahasa Spanyol, bahasa Inggris dan bahasa Indonesia."
"Indonesia?"
"Ya. Mamaku lahir dan dibesarkan di Indonesia walaupun sebenarnya papaku orang Spanyol."
"Pantas saja kamu begitu cantik. Perpaduan yang sempurna. Aku dengar kalau gadis-gadis Indonesia sangat cantik."
Amezza kembali tersipu.
"Ame, malam ini aku nggak pulang ya? Aku nggak mau meninggalkan kamu sendiri di sini."
Amezza menjadi bingung.
"Kamarnya kan ada dua. Nanti aku akan tidur di kamar yang lain."
Amezza pun bernapas lega.
Selesai makan, Amezza mencuci peralatan makan yang kotor sedangkan Evradt memilih untuk mandi.
Amezza kemudian duduk di tepi perapian. Ia mulai melukis kembali. Evradt yang sudah mandi pun duduk di ruang tamu tanpa menganggu Amezza yang sedang melukis. Evradt nampak sibuk dengan ponselnya. Saat ia menelepon, ia akan keluar ke teras rumah agar suaranya tak menganggu konsentrasi Amezza.
Pukul sebelas lewat sepuluh menit, Amezza pun menyelesaikan lukisan. Ia berdiri sambil menggerakkan tubuhnya.
Evradt tiba-tiba saja memeluk Amezza dari belakang. "Capek?" tanya Evradt lalu mengecup bahu Amezza.
"Sedikit."
Evradt membalikan tubuh Amezza. "Istirahatlah. Jangan sampai kamu sakit. Memangnya berapa lukisan lagi harus diselesaikan?"
"Satu."
"Kalau begitu, kapan kita punya waktu untuk menghabiskan waktu berdua?"
"Mungkin jika lukisannya sudah selesai."
Evradt mengangguk. Ia mencium bibir Amezza. "Jadilah milikku, sayang. Aku ingin menghabiskan sisa hidupku bersamamu. Aku ingin menua bersamamu."
"Tapikan kita baru kenal, Ev."
"Apakah cinta butuh waktu yang sangat lama untuk bisa bersatu? Aku tak pernah jatuh cinta seperti ini dengan gadis lain. Aku bahkan merasa kalau ini adalah cinta pertamaku yang sesungguhnya. Mungkin terdengar gila. Tapi aku sungguh-sungguh, sayang."
Amezza menjadi terharu. "Ev, aku takut nantinya akan terluka."
"Jangan takut terluka saat bersamaku."
Keduanya kembali berciuman dengan penuh kasih. Amezza menikmati ciuman itu. Tangan Evradt pun tak menyentuh bagian tubuh Amezza yang lain selain mengusap punggung gadis itu.
"Selamat malam, sayang." ujar Evradt setelah mengakhiri ciuman mereka.
Amezza tersenyum. Ia kemudian melangkah menuju ke kamarnya. Evradt menatap sampai gadis itu masuk ke kamarnya, sebelum akhirnya ia menuju ke kamar lain.
Pagi harinya saat Amezza bangun, Amezza melihat ada sarapan di atas meja dan sebuah kertas berisi pesan.
Sayang, aku tak membangunkan mu. Maaf aku harus pergi pagi-pagi sekali karena ada rapat mendadak. Kamu sarapan ya sayang. Aku sudah buatkan omlet dan roti panggang untukmu. semoga suka. Sampai jumpa nanti malam. Te amo
Hati Amezza bergetar membaca pesan itu. Ia langsung menikmati sarapannya.
Selesai itu ia pun duduk melukis. Ia ingin segera menyelesaikan lukisannya. Tadi pagi saat ia baru bangun, mamanya menelepon. Wanita itu sudah merindukan putrinya.
Amezza berjanji dua hari lagi ia akan pulang ke Spanyol.
Ketika lukisannya sudah selesai, Amezza pun segera makan karena hari sudah menjelang sore.
Saat ia sudah selesai makan lalu mandi, asisten Evradt yang bernama Antonio datang.
"Nona, tuan meminta saya untuk mengantarkan nona ke suatu tempat. Tuan sudah menunggu di sana. Nona diminta memakai sepatu dan gaun ini." kata Antonio sambil menyerahkan 2 buah paper bag.
Amezza masuk ke kamarnya dan terkejut melihat sebuah gaun berwarna putih. Panjangnya sampai di betis. Sebuah gaun yang bentuknya seperti gaun putri raja. Sepatunya juga merupakan high heels berwarna perak yang terlihat sangat mewah karena talinya dilapisi perhiasan yang menyala.
Selesai mengenakan gaun dan sepatunya, Amezza pun menyanggul rambutnya sehingga ia terlihat cantik. Setelah mengambil dompet dan ponselnya, Amezza keluar kamar.
Antonio membawa Amezza ke sebuah gereja kecil yang ada di pinggiran kota Paris. Gereja dengan halaman yang sangat luas yang dipenuhi dengan bunga-bunga yang indah. Antonio mempersilahkan Amezza masuk ke dalam pintu gereja yang memang sudah terbuka.
Amezza melangkah dengan ragu. Di depan pintu gereja, langkahnya terhenti. Ia melihat Evradt berdiri di sana dengan jas berwarna cream. Ia terlihat sangat tampan.
Evradt tersenyum saat melihat Amezza. Ia segera melangkah mendekati gadis itu, ia berlutut, lalu kepalanya mendongak dan menatap Amezza yang nampak bingung. Evradt mengeluarkan sesuatu dari dalam saku celananya.
Sebuah kitak cincin berwarna merah di buka. Ada sebuah cincin berlian di dalamnya. "Ame sayang, maukah kau menikah denganku?"
Amezza terkejut mendengar pertanyaan Evradt. Apa yang harus ia jawab ?