🌶Boleh Skip Part Boncabe🌶
Niat hati bekerja menjadi guru bimbel untuk menambah pendapatannya, justru Rini berada di situasi rumit yang membuatnya terjebak pada duda dingin yang juga dosen di kampusnya.
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
"ingat, pernikahan ini hanya demi Adam. jangan harap ada cinta atau pun hubungan suami istri yang sebenarnya." Kalimat menusuk dari suami yang baru dinikahinya seketika membuatnya kecewa.
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
Meski tak dianggap bahkan kehadirannya seolah antara ada dan tiada dimata suaminya. Rini terus menjalankan tugasnya sebagai istri, kecuali hubungan ranjang.
Namun di suatu malam,
"Mas... tolong hentikan. Kamu sadar aku siapa?"
Pria itu terus menjamah seluruh tubuh Rini, bahkan semua pakain Rini telah disobek dan dibuang entah kemana.
"Aku tahu kamu istriku sekarang. Lakukan saja kewajibanmu untuk melayaniku" tak ada suara dengan kelembutan.
"Mash..." Rini merasakan sakit saat bagian intinya ditrobos.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ly_Nand, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
5. Tangisan Adam
Hari Minggu, hari dimana Adam telah memiliki janji dengan Rini. Sejak pagi kediaman keluarga Ardhana sudah heboh karena Adam yang ingin segera berangkat pergi.
"Oma, apa jam delapan itu apa masih lama?"
"Tidak, sayang. Tunggulah sambil bermain. Pasti tidak akan terasa."
"Tapi Adam ingin cepat berangkat, Oma."
"Sabarlah, kita akan berangkat kesana bersama Papa."
"Wah... Papa ikut"
"Ya tentu, karena ini hari minggu Papa bisa menemani Adam jalan-jalan."
"Adam senang, Oma. Dimana Papa sekarang?"
"Papa ada di depan rumah, mempersiapkan hadiah untuk teman-teman bermain kamu nanti."
"Kita membawa hadiah?"
"Iya, selain kita kesana agar kamu punya lebih banyak teman, kita akan berbagi kebahagiaan disana. Kita akan buat semua bahagia. Bagaimana menurut kamu?"
"Adam suka, Oma. Apalagi nanti ada Kak Rini, Papa, Oma dan banyak teman. Adam suka sekali Oma." Wajah berbinar nampak sekali di raut bocah kecil itu.
Tante Bella tak pernah melihat Adam yang seantusias ini untuk pergi bermain dengan teman baru. Kehadiran Rini memang banyak membawa perubahan pada Cucu semata wayangnya.
Andai menantunya dulu bisa seperti Rini. Pengandaian itu sering hadir di kepalanya. Namun, ia sadar itu semua sudah takdir, yang harus dilakukan sekarang adalah memperbaiki segalanya.
"PAPA..." teriakan Adam saat melihat Papanya masuk rumah.
"Hai putra Papa, Hm... Kenapa kamu sangat tampan dan wangi hari ini?" ucap papa Adam sambil mensejajarkan tinggi tubuhnya degan Adam.
"Kita akan pergi, Papa. Jadi Oma membantuku menjadi lebih tampan dan wangi."
"Wah... Si tampan ini semangat sekalai."
"Tentu Papa, kata Kak Rini nanti Adam bisa bermain dengan banyak teman-teman yang baik. Kata kak Rini mereka tidak punya Papa dan Mama. Tapi mereka hidup bahagian karena saling menyayangi. Adam tidak punya Mama, Adam juga mau bahagia seperti mereka."
Deg.
Perasaan Papa Adam dan Omanya seperti dicubit. Rasa sakit dan kecewa pada wanita yang melahirkan Adam sedikit muncul lagi. Meski berulang kali mencoba berdamai dengan masa lalu, namun luka itu nyatanya belum hilang 100%.
"Adam tidak bahagia karena ada Papa?" Tanya Papa Adam.
"Adam bahagia, tapi Papa sering pergi kerja. Kata Oma, Papa ke kantor, kadang juga ke kampus. Papa jarang bermain dengan Adam"
"Maaf sayang, Maafkan Papa"
Kalimat putranya memang benar, ia terlalu sering bekerja untuk mengalihkan pikirannya dari bayangan mantan istrinya. Sudah tiga tahun berpisah namun nyatanya trauma itu masih ada.
Padahal, dari perceraiannya bukan hanya dia saja yang terluka. Masih ada putranya yang harus kehilangan sosok ibu. Harusnya anak seusianya masih bisa bermanja dengan ibunya, namun nyatanya Ibunya lebih memilih pergi demi karir.
"Ini sudah jam delapan, sudah siap untuk pergi?" sang Oma menginterupsi karena melihat raut wajah putranya yang seolah diselimuti mendung.
"Yey... Kita berangkat, Oma" Adam melompat senang. "Ayo berangkat Papa" Adam menarik tangan papanya untuk segera pergi.
Perjalanan dilalui dalam waktu dua jam. Namun dua jam itu tidak terasa karena sepanjang jalan mereka terhibur oleh celotehan dari Adam yang lucu.
Setelah tiba, mereka dikejutkan dengan adanya anak-anak yang berkumpul dan dengan kompak menyambut kedatangan Adam dengan paduan suara mereka "Selamat datang Adam"
Adam berbinar ia merasa sangat diterima. Sementara diantara anak-anak itu ada Rini juga ikut menyambutnya dengan sangat riang.
"Bagaimana? Adam senang? mereka semua teman-teman Adam." ucap Rini pada bocah kecil itu.
"Benarkah? Apa mereka semua mau berteman dengan Adam."
"Tentu saja, kita mau jadi teman Adam. Ayo kita bermain bersama!" Ajak salah satu anak disana.
"Wahh Adam punya banyak teman, Papa Adam boleh bermain bersama mereka?"
"Tentu, bawalah semua mainan di mobil. Itu hadiah untuk mereka."
Suasana tawa gembir anak-anak meramaikan tempat itu. Papa Adam beberapa kali melihat interaksi Adam dengan Rini dan anak-anak panti membuatnya tersenyum.
Ia bahagia melihat putranya penuh kebahagiaan. Pemandangan yang jarang terjadi.
"Terimaksih Nyonya dan Tuan sudah singgah ke tempat kami. Terimakasih juga atas semua hadiah untuk anak-anak" Ucap Ibu Panti.
"Tidak perlu sungkan, bu. Disini kami juga bisa melihat bagaimana Adam tersenyum bahagia. Ini sudah lebih dari cukup bagi kami." Ucap Tante Bella.
"Syukurlah bila tempat ini bisa membawa kebahagiaan untuk anak lain."
"Sepertinya Rini sudah sangat akrab dengan orang-orang disini." ungkap Tante Bella.
"Rini biasanya kesini sebulan dua atau tiga kali untuk membantu anak-anak belajar. Dia terlalu sibuk kuliah dan bekerja. Tapi dia selalu ingin menyempatkan untuk bertemu anak-anak disini."
"Rini masih kuliah, ma?" tanya Papa Adam yang memang belum begitu tahu siapa Rini dan hari ini pun pertamakali bertemu.
"Iya, di kampus yang sama dengan tempat kamu mengajar. Tapi kalau dilihat saat dia melihatmu tadi, sepertinya dia tidak mengenalimu. Mungkin dia beda fakultas."
"Ayah Adam mengajar dikampus Rini?" tanya ibu panti.
"Iya, bu. Pekerjaan utamanya sebenarnya mengelola bisnis keluarga, kalau di kampus untuk selingan saja sekaligus mengamalkan ilmu. Sama seperti Papanya dulu."
Mereka mengobrol sambil mengenal terkait panti dan anak-anak yang ada disana.Sementara Rini bersama anak-anak asyik bermain bersama Adam. Hingga tak terasa jam makan siang tiba. Melihat putranya yang sangat bahagia, Papa Adam berinisiatif untuk mengajak Adam dan seluruh anak panti untuk makan diluar. Setelah berdiskusi menentukan tempat makan, akhirnya mereka meutuskan untuk makan di restoran ayam di sebuah mall yang ingin anak-anak panti kunjungi.
Papa Adam menelfon anak buahnya untuk membawa beberapa mobil ke panti. Mereka akan pergi dengan akomodasi yang juga disiapkan papa Adam.
Suasana makan siang penuh dengan keceriaan. Setelah selesai, Adam ingin mengajak teman-teman pantinya bermain di beberapa arena bermain. Hari itu Adam benar-benar menunjukkan sisi cerianya selayaknya anak kecil pada umumnya.
Sore tiba, saatnya mereka berpisah. Anak-anak panti sudah diantar oleh kendaraan yang disiapkan Papa Adam, semetara saat ini Rini bersiap ikut dengan mobil keluarga Adam karena bocah kecil itu belum mau lepas dari Rini.
Mereka sudah berada di Lobi Mall, Menunggu Papa Adam yang masih menerima telfon.
"Kakak, Adam mau ke toilet. Tangan Adam lengket."
"Apa tidak menunggu Papa?"
"Adam sudah tidak tahan, kak."
"Baiklah, ayo ke toilet."
Mereka pergi ke toilet setelah berpamitan pada Oma Adam.
Sampai di depan toilet ternyata Adam hanya minta ditunggu di depan Toilet.
Setelah beberapa orang keluar dari toilet akhirnya Adam juga keluar. Namun yang membuat Rini terkejut wajah ada memucat dan terlihat sedikit bulir di matanya.
"Adam, ada apa? Apa ada yang sakit?"
Adam diam, dia hanya berlari ke pelukan Rini dan tak mau melepasnya.
pelakor itu gampang sebern nya kalau lakinya tegas mah out kasih pelajaran jg
pelajaran nya jangan tanggung" di kasih sekalian sampai lulus , setengah" ya ga mempan
bukan partner ranjang ?
ok ok kalau ketemu face to face ga sengaja kamu berani to the point langsung ngmng ke dia jangan lagi lagi berbuat seperti itu
good job ra
jangan Kya rea di Pendem sendiri nangis sendiri Weh ,jangan myek2 jadi wanita be strong
lanjut /Good/
kelihatannya bagus