NovelToon NovelToon
Blow Me

Blow Me

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:365
Nilai: 5
Nama Author: nadhi-faa

Cinta yang di nanti selama delapan tahun ternyata berakhir begitu saja. Harsa percaya akan ucapan yang dijanjikan Gus abid kepadanya, namun tak kala gadis itu mendengar pernikahan pria yang dia cintai dengan putri pemilik pesantren besar.

Disitulah dia merasa hancur, kecewa, sekaligus tak berdaya.

Menyaksikan pernikahan yang diimpikan itu ternyata, mempelai wanitanya bukan dirinya.

menanggung rasa cemburu yang tak semestinya, membuat harsya ingin segera keluar dari pesantren.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nadhi-faa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 5

Axel baru saja menyelesaikan rapat bersama jajaran direksi perusahaan.

Dibelakangnya, lidya sekertaris cantik itu mengekori bosnya sampai depan pintu ruangan direktur utama.

"apa perlu saya bawakan kopi tuan."

Lidya cukup cekatan dalam menangkap situasi dan kondisi axel. wanita dewasa berusia tiga puluh tahun itu cukup lama bekerja dengan atasannya.

"tidak perlu."

Tolak Axel dingin, dia masuk ke ruangnya tanpa pamit, lalu menutup pintu dengan kasar. angin menghempas, menerpa wajah cantik yang tengah berdiri kokoh diatas lantai marmer dingin.

"Kapan dia bersikap sedikit lunak pada bawahannya."

Axel sangat populer dengan julukan pria tampan berhati dingin. sejak pernikahannya yang gagal, dia semakin tidak manusiawi.Namun masih banyak wanita yang mengilai-nya.

Tidak ramah, dan cenderung dingin pada setiap wanita. lidya sendiri sebenarnya sudah tidak betah jika tida mengingat gaji sekertaris di perusahaan ini cukup fantastis dari pada perusahaan lainnya.

Axel yang baru saja masuk dikejutkan dengan kehadiran sebastian yang tengah duduk di kursi kerjanya. namun wajah dinginnya mampu menutupi ekspresi-nya.

"kakek sudang pulang dari rumah sakit?."

"menurutmu?."

Axel mendengus pelan, menatap tajam pria tua yang sudah menurunkan wajah tampan kepadanya.

"kakek bisa pulang dan istirahat dirumah."

Usir axel secara halus.

"ini perusahaan ku.."

"aku tau."

"jika kau tau, cepatlah menikah dan mewarisi perusahaan seutuhnya. berikan aku cicit, maka posisi akan aman."

Axel menatap tajam sebastian sesaat. pria tua menyebalkan yang tak henti memaksanya untuk menikah itu membuat sakit kepala.

"Axel, jika kamu tidak mengenalkan wanita, maka kakek yang Kan mencarikan."

"ck."

Axel berdecak. dia menatap sebastian dengan tajam, namun kakeknya tak kalah tajam menatapnya.

"Kakek, aku tidak akan menikah..."

"ck."

kini ganti sebastian yang berdecak kesal.

"tidak ada penolakan, kau harus menikah tahun ini."

pria tua itu bangkit dari kursi, dia melangkah dengan gagah kearah cucunya yang tengah duduk di sofa.

"pikirkan baik-baik. itu foto calon istrimu, jika dalam tiga hari tidak kamu putuskan. maka, kakek akan membagi harta warisan dan perusahaan kepada kerabat dekat kita. kau tau abidzar, putri sepupu ayahmu. dia akan menikah bulan minggu ini. "

Axel tak bergeming dari tempatnya, dia masih sibuk membolak-balikan kertas.

Setelah sebastian menghilang dari ruang kerjanya barulah dia membalikkan foto yang tergeletak itu.

Axel mengangkat alisnya, dahinya mengkerut, seolah berpikir keras, nyatanya dia sedang terheran dengan kakeknya.

"kakek, apa kau sedang menjadikan ku seorang pria pedofil. ck, "

Gumam Axel dia mendesis frustasi melihat foto gadis yang terlihat masih sangat belia.

pandangan Axel kini jatuh pada netra coklat terang yang sangat familiar.

Deg...

jantung berdetak dengan cepat, sekelebat bayangan masa lalunya terlintas, bola mata coklat terang indah yang mampu menghipnotis.

Axel memejamkan mata pelan, mencoba menghilangkan kenangan indah yang melekat dalam hidupnya, moment indah namun memporak porandakan hidupnya yang tenang.

"Elise.."

Nama itu, terucap begitu saja, pelan hampir terdengar berdesis seperti angin. bersama kenangan indah yang berbalut belati itu mencap pada dada Axel.

Rangan Axel tiba-tiba menegang, nafasnya memburu. dadanya sesak, seolah oksigen memenuhi seluruh paru-paru nya.

"permisi, tuan Axel apa anda didalam."

Suara lidya memecahkan ketegangan. Axel membuka mata, menghirup pelan udara. tak lupa dia melonggarkan dasinya.

"masuk."

Lidya segera masuk. wanita dewasa berparas cantik dengan tampilan baju kantor yang pas itu segera menghampiri bosnya.

"Ini laporan keuangan tahunan yang anda minta tadi di ruang rapat."

Lidya dengan hati-hati meletakkan dokumen dimeja.

foto yang tergeletak di samping dokumen yang baru saja dia letakkan itu mencuri perhatian lidya.

brukk..

lidya terkejut.

Axel tiba-tiba meletakkan dokumen ditangannya dengan keras, menutup seluruh permukaan foto yang membuat sekertaris-nya penasaran.

"jika tidak ada urusan. keluarlah!!." perintah berseta tatapan dingin yang tajam.

Lidya membeku, dia segera undur diri sebelum ruangan kerja bosnya jadi kutub Utara, atau sebelum dia kena semprotan kata-kata dingin yang menusuk.

Meski penasaran dengan foto diatas meja, dia tidak akan mencoba untuk bertanya.

"apakah itu foto masa muda nona elise, tapi sepertinya buka?"

monolog lidya dalam batin, mengingat manta istri bosnya itu terlahir dari keluarga Entertainment.

***

Harsa masih mampu bercanda ditengah luka dan kecewa. gadis itu mencoba tersenyum mendengar celoteh teman kamarnya yang membuat lelucon mengenai pernikahan gus abid.

"ah, aku penasaran dengan calon istri gus abid?, menurutmu siapa neng calon kakak iparmu itu?."

"aku juga penasaran."

jawab harsa singkat, seolah tak terjadi apa-apa, dan tak memiliki perasaan apa-apa.

Dikamar ini, sebenarnya talita yang lebih muak. pertama melihat santriwati bermuka dua, sok akrab terhadap sahabatnya, padahal kemarin sempat membicarakan hal buruk dibelakang. kedua, melihat sahabatnya pura baik-baik saja, namun sedang menyimpan lara.

ah kalian semua pintar sekali dalam berpura-pura.

"apa tidak ada pembahasan lain selain itu. aku muak mendengarnya."

Sarkas talita dengan dingin dan judes. namun menimbulkan spekulasi lain yang mendengar-nya.

"mbak talita kenapa?. jangan-jangan suka diam-diam sama gus abid ya. ah berharap jadi kakak ipar neng harsa kali."

talita semakin muak, apalagi dengan tuduhan yang gak masuk akal. dia memutar bola mata dengan ekspresi jengah.

"kalau iya kenapa?."

jawabnya judes.

Harsa menatap talita sekilas, dia tahu sahabatnya itu ingin melindungi-nya.

gue gak papa kok ta..

Sorot mata harsa seolah berbicara.

loe itu jangan diam aja sa..

"neng harsa, di panggil ke ndalem."

Marwa, ketua asrama yang baru dari luar, santriwati yang satu itu memang suka nongkrong di kamar pengurus.

apa lagi ini...

Batin talita yang melihat wajah marwa dengan tatapan tak bersahabat.

cekungan pada tulang selangka sahabatnya itu membuat talita tahu, betapa jiwa harsa dalam nestapa yang amat dalam. sahabat semakin kurus dan ringkih karena tak nafsu makan.

Harsa berdiri dari kursi belajarnya.

." gak usah ke ndalem napa? sesekali-sekali gak patuh dikit."

Penghuni kamar khadija menatap talita dengan pandangan heran.

"mbak talita kok mau ngajarin durhaka sich."

"terserah gue donk.."

"itu mah sahabat yang menyesatkan."

"dari pada teman sok suci tapi munafik."

ah, kepala harsa rasanya ingin pecah.

"udah ya, kalian semua kenapa akhir-akhir ini pada sensitif, lagi pms berjamaah apa gimana? ."

mereka diam. talita hanya mendengus, dia cukup kasian pada sahabatnya yang tekanan batin karna cinta.

Harsa sudah berada dalam ruang keluarga, disana hanya ada umma halimah. harsa bersyukur gus abid tidak ada. dia tidak ingin bertemu, jika hanya menjadikan hatinya sakit dna kecewa.

"sa, Acara nikah masal dipesantren sudah dekat. sungguh kamu tidak ingin ikut nak?."

harsa semakin menunduk, seolah ucapan ibu yang merawatnya itu mendorongnya untuk segera mencari pasangan.

"umma harsa belum ingin menikah."

jawaban yang masih sama, namun terdengar begitu bosan.

umma halimah menghela nafas, dia meletakkan lembaran kertas di pangkuan putri angkatnya.

"tahun ini kamu sudah lulus Alfiyah nak. terus umma menemukan lembaran ini ditumpukan cv ta'aruf para santri putra. umma hanya memilih beberapa yang menurut umma sudah pertimbangan. salah satunya ketiga pemuda dalam kertas itu. coba kamu melihat, kalau ada yang cocok."

Harsa melihat ketiga lembar kertas yang berisi biodata seseorang.

"semuanya ustadz ya umma?."

tanya harsa tak bersemangat. dia hanya membaca nama, dan tak tertarik pada lainnya.

"kamu tidak suka memeiliki suami seorang ustadz?."

tanya umma halimah, harsa hanya terdiam.

"bukan begitu umma. hanya saja nanti,.."

belum harsa menyelesaikan ucapannya, umma halimah memotong.

"bagaimana dengan pengusaha muda?."

pertanyaaan yang cukup antusias, membuat harsa melebarkan matanya.

"jika kamu tidak suka dengan para ustadz, umma juga bisa mencarikan kenalan abahmu yang lainnya harsa."

jelas umma halimah, meski dia sudah mengenalkan harsa pada putra sepupunya, namun sebastian belum memberikan informasi lanjutan.

"apa itu boleh, selain penghuni pesantren?" lanjut harsa dalam hati.

Dia tahu, setelah gus abid menikah, dia akan menjadi satu-satunya orang yang akan terluka. harsa tak ingin melihat pemandangan indah pasangan pengantin baru. Sedangkan dirinya sediri setiap hari masih mengharapkan impian -nya terwujud. jika harsa nanti lemah iman, dia akan menjadi satu-satunya menghancurkan rumah tangga orang, dia tidak ingin menjadi seperti itu.

"kenapa tidak boleh? jika kamu menginginkan kriteria tertentu, umma dan abah akan mencarikan. atau kamu sudah punya seseorang sebagai tambatan hati nak?."

itu putra mu umma..

"belum umma. hanya saja harsa ingin menikah dengan seseorang yang tidak berada di pesantren ini.."

itu akan meminimalisir harsa bertemu dengan mas abi....

Umma halimah tersenyum kecil mendengar jawaban putri angkatnya. seolah pilihannya adalah jawaban yang tepat untuk harsa

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!