NovelToon NovelToon
Celeste & Para Dewa

Celeste & Para Dewa

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Romansa Fantasi / Epik Petualangan / Perperangan / Romansa / Fantasi Wanita
Popularitas:906
Nilai: 5
Nama Author: kirlsahoshii

Di dunia yang diatur oleh kekuatan enam Dewa elemen: air, angin, api, tanah, es, dan petir, manusia terpilih tertentu yang dikenal sebagai Host dipercaya berfungsi sebagai wadah bagi para Dewa untuk menjaga keseimbangan antara kekuatan ilahi dan kesejahteraan Bumi. Dengan ajaran baru dan lebih tercerahkan telah muncul: para Dewa sekarang meminjamkan kekuatan mereka melalui kristal, artefak suci yang jatuh dari langit.

Caela, seorang perempuan muda yang tak pernah ingat akan asal-usulnya, memilih untuk menjadi Host setelah merasakan adanya panggilan ilahi. Namun semakin dalam ia menyelami peran sebagai Host, ia mulai mempertanyakan ajaran ‘tercerahkan’ ini. Terjebak antara keyakinan dan keraguan, Caela harus menghadapi kebenaran identitasnya dan beban kekuatan yang tidak pernah ia minta.

Ini cerita tentang petualangan, kekuatan ilahi, sihir, pengetahuan, kepercayaan, juga cinta.

**

Halo, ini karya pertamaku, mohon dukungannya ya!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kirlsahoshii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tujuan

Setelah melalui perjalanan selama delapan jam, kota Riverbend sudah ada di depan mata Caela. Kota yang jauh lebih modern dengan gedung artistik minimalis dan dikelilingi oleh air. Kotanya juga cukup sibuk sebagai tempat untuk wisata dan berlibur, penduduk kotanya pun terlihat lebih modern dengan pakaian yang mereka kenakan. Setibanya di pelabuhan, Caela dan Rieva turun dari kapal dan melihat sekitar betapa tampilan mereka sungguh berbeda dengan orang-orang yang ada di kota ini.

“Sepertinya kita berdua cukup terlihat seperti benar-benar orang desa,” Rieva tertawa kecil.

“Itu tidak terlalu penting, kan? Sekarang kita harus menuju kuil Dewa Air itu,” balas Caela sambil berjalan melihat sekitar dan mengira-ngira jalan menuju kuil tersebut.

Rieva tersenyum kecil dan berjalan mengikuti Caela, “Seperti biasa, selalu fokus pada tujuan, ya kamu.”

Caela dan Rieva berjalan menuju pusat kota dan bertanya kepada petugas keamanan kota untuk menuju Kuil Dewa Air yang letaknya ada di sebelah kastil kerajaan. Setelah menyeberangi jembatan, mereka perlu bepergian dengan perahu kecil mengarah ke arah kastil. Petugas perahu itu mendayung hingga ke arah kastil, dan mereka akhirnya tiba di depan kastil dan disambut oleh para penjaganya. Caela tak banyak bicara, karena dia tahu dia paling buruk soal sopan santun jadi Rieva yang selalu berbicara dan memohon izin untuk pergi ke kuil Dewa Air.

“Kami dari desa Tevira, saya Rieva Guardian yang akan menemani Caela, calon Host untuk bertemu Dewa Air, Varuna,” kata Rieva kepada kedua penjaga kastil tersebut.

Kedua penjaga kastil tersebut melihat satu sama lain dan membalas, “... Kalian hanya berdua?”

Rieva mengangguk dengan senyuman dan Caela hanya menatap dingin kedua penjaga itu seperti biasa. Setelah itu mereka digiring masuk ke dalam kastil dan diantar masuk ke dalam hall.

“Silakan tunggu, kami akan panggilkan Sang Raja,” katanya, dan salah satu dari mereka menjaga Caela dan Rieva di dalam hall, satu lagi keluar untuk memanggilkan raja.

Selang beberapa menit, Sang Raja Riverbend muncul dengan tongkatnya. Dia tidak terlalu tua, tapi wajahnya sudah mulai menunjukkan keriput, rambutnya di atas bahu sedikit, dan dia sudah tidak bisa melihat. Jalannya dibantu dengan tongkat, sepertinya keadaannya bukan karena usianya tapi lebih kepada kejadian berbahaya yang mungkin terjadi kepada dirinya.

Rieva memberikan gestur kehormatan pada Sang Raja, Caela yang melihat hal tersebut ikut melakukan hal yang sama kepada raja tersebut walau Caela bertanya-tanya untuk apa melakukan hal yang tak bisa dia lihat.

Raja itu tersenyum dan ikut merunduk seperti memberikan hormat kepada Caela dan Rieva, “Selamat datang di Riverbend, dua perempuan hebat dari Tevira, calon Host dan Guardian-nya.”

Rieva tersenyum dan menunduk sedikit lagi, Caela terdiam sejenak sambil mengamati raja yang duduk di ujung meja.

“Kalian bisa pergi ke kuil Dewa Varuna besok, hari ini silakan beristirahat dan menikmati jamuan dari istana di sini,” kataya.

Rieva hanya tersenyum sementara Caela terdiam lalu membalas, “Maaf, tapi kami di sini bukan untuk berlibur."

Sang Raja tertawa kecil, “Santai saja anak muda, nikmati dulu malam di sini. Lagipula, malam ini bisa jadi hari terakhirmu hidup.”

Mendengar hal itu Caela sebenarnya kesal, tapi Rieva, di balik meja menggenggam tangan Caela dan mengangguk tersenyum ke arahnya sebelum membalas perkataan Sang Raja.

“Terima kasih, Raja Riverbend, sungguh murah hati mengizinkan kami menikmati hari di sini sebelum kami menjalani ritual,” balas Rieva.

“Kau tidak percaya dengan kekuatan kami?” tanya Caela blak-blakan pada raja.

Sang raja tertawa lagi, “Oh, tidak. Aku bisa merasakan energi magis yang sangat kuat dari kalian berdua, sepertinya walau kalian hanya berdua, rasanya ada optimisme kalau kau bisa terpilih menjadi Host,” Sang raja berkata mengarahkan wajahnya ke arah Caela.

“.... Dari mana kau tau, aku bukan Guardian dan yang ingin menjadi Host? Bukan kah kau tidak bisa melihat?” tanya Caela penasaran.

Raja kembali tertawa dan tersenyum, “Tak perlu risau soal itu, lagipula hal penting yang sekarang harus aku tahu adalah, kenapa kau ingin menjadi Host?”

Sang Raja benar, Caela mulai merasa risau dengan kehadiran raja ini, dia seperti seorang peramal, atau jangan-jangan dia sebenarnya bisa melihat tanpa matanya? Caela pun menelan ludahnya sedikit sebelum menjawab.

“Sejujurnya, aku tidak yakin, tapi ini seperti sebuah panggilan hidupku,” kata Caela menjawab dengan nada yang lebih halus dari biasanya.

“Panggilan?” Raja menaikkan alisnya.

“Ya, aku… Tak pernah tahu siapa aku, dari mana aku berasal. Setiap malam aku pasti bermimpi dan mendengar tentang hal yang sama, kekacauan, kematian, dan jeritan manusia. Entah mengapa, aku ingin lebih dekat dengan Dewa, dan ini seperti sebuah panggilan.”

Raja mengangguk, “Hmm, mimpi dan panggilan, kah?” Raja tertawa kecil merasa jawaban Caela sungguh menarik. “Jadi… Apa kau sudah siap?”

Caela mengangguk.

“Maksudku, apa kau siap, untuk tidak menjadi serakah dalam kekuatan?”

Caela terdiam sejenak.

“Pernah dengar tentang mitos ajaran lama soal Hosts?”

Caela terdiam melihat ke arah Rieva sebentar lalu kembali mengarah ke Raja dan menggeleng kecil.

“Konon, mitos lama soal Hosts, mereka lenyap karena serakah akan kekuatan. Stargazer yang menjadi guardian mereka kesal akan hal ini, dianggap Host hanya lah orang yang tidak bijak terhadap kekuatan Dewa. Karena itu, Stargazer menciptakan kristal untuk menjaga kebijakan dan kebajikan kekuatan Dewa," kata Raja.

“Raja…” penjaga itu tiba-tiba menegur pelan cerita sang Raja.

Sang raja tertawa, “Oh, tidak! Aku bisa diprotes warga jika aku ketahuan bercerita soal ini. Tapi, mitos atau pun tidak, kekuatan Dewa itu tidak boleh disalahgunakan dan kau tahu itu bukan, anak muda?” tanya Sang Raja kembali ke arah Caela.

Caela mengangguk tegas.

“Bagus, karena Dewa akan mengutuk siapa pun manusia yang serakah. Dan percaya lah, kekuatan itu bisa membuat manusia jadi serakah.”

Caela mengangguk lagi, “Aku mengerti, Raja. Terima kasih.”

Raja tersenyum kepada Caela, sangat puas dengan responnya, walaupun lagi-lagi dia tidak bisa melihat, dia bisa merasakan ketegaran hati Caela. Caela pun kali ini lebih merasa menghargai dan menghormati kehadiran raja tersebut.

“Bagus, kalau mengerti. Kalian berdua berangkat besok pagi. Para penjaga kastil akan mengantar kalian ke kuil. Nikmatilah, hari ini.” kata Raja.

Sang Raja pun pergi dari hall, Rieva dan Caela menikmati hari ini untuk berkeliling ke istana. Kalau mereka berhasil melewati ritual, mereka berdua akan menjadi penghuni kastil ini dan jadi sosok yang dihormati. Caela dan Rieva diajak melihat halaman, perpustakaan, dan juga diakhiri dengan suguhan makanan kastil yang mewah. Rieva dengan santai menikmati hidangan yang ada, sementara Caela kadang masih suka terdiam dan memikirkan soal perkataan raja barusan.

**

Malam sudah mulai menyelimuti langit, Caela dan Rieva diberikan kamar untuk istirahat di dalam kastil. Caela yang berbaring di atas tempat tidur melihat ke arah langit ruangannya dan terdiam, seperti sedang grogi dengan ritual besok. Di ranjang samping, Rieva melihat Caela yang sedang termenung melihat langit.

“Apa kamu terpikir dengan ucapan sang Raja tadi siang?” tanya Rieva.

“Ah… Iya, sedikit…” Caela mengaku.

“Agak mengejutkan juga, ternyata masih banyak yang percaya dengan cerita itu…”

“Tapi, katamu ajaran lama itu justru kebenarannya?” tanya Caela.

Rieva tersenyum dan ikut melihat atas langit. “Ya, kalau kamu gimana Caela? Apakah kamu mulai percaya kalau itu kebenarannya?”

Caela terdiam sejenak sebelum menjawab, “Entah, aku pun sebetulnya agak gelisah dengan cerita Valia berhadapan dengan Dewa Agi dan memasukkannya ke dalam kristal… Rasanya seperti memasukkan hewan buas ke dalam kandang…”

Rieva tersenyum mendengar hal itu dan menoleh ke arah Caela. “Kalau begitu, saat ritual besok, jangan ajak Dewa itu masuk ke kristal. Coba lah ajak dia menyatu dengan dirimu.”

Caela mengangkat alisnya dan melihat ke arah Rieva yang tersenyum. Caela tidak tahu harus merespon apa, dia pun sebetulnya tidak tahu yang mana yang kebenaran. Namun saat ini, dia hanya akan mengikuti kata hatinya besok ketika dia bertemu langsung dengan Dewa Air, Varuna.

***

1
Firenia
bukannya harusnya yg rambut putih yg khawatir /Sweat/
menderita karena kmu
Aku jadi bisa melupakan masalah sehari-hari setelah baca cerita ini, terima kasih author!
kirlsahoshii: Makasih ya udah mampir 😊🤍
total 1 replies
0-Lui-0
Ngakak sampai sakit perut 😂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!