NovelToon NovelToon
Sweet Blood : Takdir Dua Dunia

Sweet Blood : Takdir Dua Dunia

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / Vampir / Manusia Serigala / Transmigrasi ke Dalam Novel / Fantasi Wanita / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: ryuuka20

Arunika terjebak di dalam dunia novel yang seharusnya berakhir tragis.

Ia harus menikahi seorang Dewa yang tinggal di antara vampir, memperbaiki alur cerita, dan mencari jalan pulang ke dunia nyata.

Tapi... ketika perasaan mulai tumbuh, mana yang harus ia pilih—dunia nyata atau kisah yang berubah menjadi nyata?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ryuuka20, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

5. Pesta Rakyat

...****************...

"Arunika, bangun. Kita harus bersiap untuk pesta rakyat,"

Suara Pangeran Pertama terdengar lembut, dan membangunkan Arunika dari tidur yang hanya dua jam lamanya. Selimut di tubuhnya perlahan ditarik hingga membuat Arunika terlonjak, menyadari bahwa dirinya tak mengenakan sehelai benang pun.

"Pangeran! Jangan lakukan itu!" serunya buru-buru menarik kembali selimut dan menyelubungi tubuhnya dengan cepat.

Pangeran Pertama hanya tertawa tapi tawa itu persis seperti Mark. Cara ia menyeringai, cara bahunya berguncang saat tertawa, semuanya membangkitkan ingatan akan sahabatnya dari dunia lain. Arunika menatapnya tajam, setengah kesal, setengah bingung.

"Enggak mungkin aku aku diperawanin? Tapi aku enggak ingat apa-apa?" bisiknya pada diri sendiri, pipinya memanas.

Tubuhnya memang ingat, tapi pikirannya kosong—malam itu seperti kabur oleh kabut misterius. Ia tahu itu bukan sekadar tidur biasa. Itu adalah malam ketika Sang Putri dalam dirinya mengambil alih. Dan kini, ia hanya bisa menebak-nebak apa yang sebenarnya terjadi.

Pangeran Pertama berbalik, memperlihatkan punggungnya yang kokoh, kulitnya halus dan pucat seperti batu bulan. Arunika menunduk, menatap selimut yang membungkus tubuhnya, mencoba menenangkan pikirannya yang berkecamuk.

"Mirip banget sama Mark."

"Pangeran, ini masih terlalu pagi. Aku cuma tidur dua jam," keluhnya lemah. "Setelah acara itu boleh gak aku tidur lagi?"

"Tidak, Tuan Putri. Kita harus hadir dalam pengumuman nama pengantin pagi ini."

Suara Pangeran Pertama terdengar tegas tetapi lembut. Ia masih setia duduk di pinggir ranjang, memandangi Arunika dengan sabar.

"Tradisinya pagi banget, ya?" gumam Arunika sambil bersandar di bahunya.

"Kesempatan nih, mumpung dia pangeran."

Pangeran pertama terkekeh pelan, tangannya mengelus pucuk kepala Arunika dengan penuh kasih sayang. Tatapannya dalam, tak seperti biasanya.

"Ayo mandilah bersamaku, kau akan tahu jawabannya." Bisikannya lirih, seperti sihir yang tak bisa ditolak. Ia memang merasakan ada magnet kuat dalam diri sang pangeran ini.

"Hah? sumpah aku aja gak tau wujudnya di kemarin..." Arunika merasakan hatinya gelisah, tetapi kan disini Mark adalah suaminya, jadi ya gitu bisa melihat dirinya mereka masing-masing.

Ia menggenggam tangan Arunika dan akan membimbingnya bangkit dari tempat tidur.

"Sebentar Pangeran..."

"Apa? Kau merasa tidak nyaman?"

"Aku merasa sakit."

Arunika merasa malu sekali ketika mengatakan itu dan menatapnya bingung, ragu, namun juga terpesona oleh kehangatan itu.

Pangeran Pertama menggendong sang istri dalam balutan selimutnya, Ada sesuatu yang berbeda kini Jiwa dalam tubuhnya mulai luluh.

"Kayaknya aku yang baper deh ya."

"Hari ini adalah hari yang besar, Arunika," ucap Pangeran Pertama melangkah ke kamar mandi.

Di kamar mandi kerajaan, pancuran kolam mulai mengalir. Kelopak-kelopak teratai putih terapung di permukaan air, seakan merestui mereka. Arunika dan Pangeran Pertama berendam bersama dalam keheningan sakral. Air hangat membelai kulit, namun getaran di antara mereka jauh lebih panas dari itu.

"Kamu masih penasaran tentang pernikahan kita?" tanya Pangeran Pertama sambil menatapnya dari samping, senyum tenang mengembang di wajahnya.

Arunika menatapnya dalam diam. Jiwanya yang berasal dari dunia lain, perlahan mulai merasa bahwa inilah tempatnya kini. Bahwa mungkin, takdirnya bukan hanya menjadi pengantin. Tapi juga menjadi pengikat bagi sesuatu yang jauh lebih besar dari cinta.

...****************...

Genta besar dibunyikan tiga kali, suaranya menggema hingga ke pelosok istana, menggetarkan hati semua yang hadir. Rakyat yang memenuhi alun-alun utama terdiam sejenak, menanti momen penting yang hanya terjadi satu kali dalam setiap generasi kerajaan.

Langkah Raja Sakha mantap saat ia berdiri di atas panggung megah, didampingi oleh Ratu dan para petinggi istana. Di hadapannya, berdiri Pangeran pertama dengan jubah kebesaran dan mahkota kerajaan, serta Arunika, sang Putri dari dunia lain, yang kini bersanding sebagai pendampingnya. Gaun ungu keemasannya memantulkan cahaya matahari pagi, membuatnya tampak seperti jelmaan dewi teratai dari legenda kuno.

Suara Raja mengalun dalam dan penuh wibawa, seolah membawa angin dari zaman-zaman terdahulu, "Dengarkan, wahai seluruh rakyat Swastamita dan Sandyakala... Hari ini, di bawah cahaya suci Sang Surya dan restu para leluhur, kami umumkan nama pengantin kerajaan yang akan tercatat dalam sejarah panjang dunia ini."

Semua menunduk, memberi penghormatan.

Raja Sakha mengangkat tangannya ke udara, lalu mengucapkan dengan lantang, "Pangeran Mark, Putra pertama kerajaan Sandyakala, dan Putri Arunika, titisan Cahaya Swastamita—mulai hari ini, resmi bersatu dalam ikatan sakral, dan nama mereka akan dikenang sebagai lambang harapan dan kesatuan dua dunia!”

Sorak sorai langsung pecah memenuhi udara. Genderang ditabuh, nyanyian rakyat mulai dilantunkan, dan bunga-bunga beterbangan di langit, seolah langit pun turut merayakan momen sakral ini.

"Selamat datang, Pangeran Mark dan Putri Arunika!" seru para bangsawan, diikuti oleh gemuruh suara rakyat yang menyambut pengantin baru mereka dengan penuh sukacita.

Pangeran Mark menggenggam tangan Arunika dengan erat, lalu membungkuk hormat kepada Raja Sakha sebelum membawa istrinya turun dari panggung. Hari itu, di hadapan dunia, mereka tak hanya menjadi suami istri mereka menjadi simbol dari penyatuan takdir, antara dunia nyata dan dunia yang lebih dalam.

...****************...

Arunika mencoba tersenyum, namun kegelisahan di matanya tak bisa disembunyikan dari Pangeran Mark. Di tengah riuh pesta rakyat yang penuh kegembiraan, pikirannya melayang—ia mencari-cari sosok ayahnya di antara kerumunan, namun tak kunjung menemukannya.

Pangeran Mark menggenggam tangan Arunika dengan lembut, seolah hendak memindahkan sebagian kekuatannya kepada istrinya itu. Tatapan mata pria itu hangat, penuh keteguhan dan kasih yang tulus.

"Ada apa, Tuan Putri? Apa yang membuatmu khawatir?" bisiknya, nyaris tak terdengar di tengah alunan musik dan sorak sorai rakyat.

Arunika menatap wajah Pangeran Mark. Wajah yang dulu terasa asing kini mulai ia kenali, bukan hanya karena fisiknya mirip dengan Mark, sahabatnya di dunia nyata—tetapi karena tatapan itu sekarang menyimpan rasa yang sama: perlindungan, penerimaan, dan cinta.

"Ayahku... aku belum menemukannya. Aku berharap bisa melihatnya hari ini," jawab Arunika pelan, nada suaranya nyaris tenggelam oleh suara alat musik tradisional yang terus bergema.

Pangeran Mark mengangguk pelan. "Aku akan mencarikan dia untukmu. Tapi untuk saat ini, lihatlah ke sekelilingmu," katanya, sembari mengajak Arunika memandang ke arah rakyat yang menari dan menyanyi, merayakan penyatuan cinta mereka.

"Mereka semua bersuka cita karena kehadiranmu. Kehadiran kita. Ini adalah langkah awal dari takdirmu di dunia ini, Arunika. Aku tahu kau datang dari tempat yang berbeda, dari dunia yang lain. Tapi mulai hari ini, kau adalah bagian dari kami... bagian dariku."

"Apa Pangeran Pertama tau yang sebenarnya?"

"Apa yang dia maksud dengan dari dunia lain?"

Arunika memejamkan mata sejenak. Ia masih tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi malam sebelumnya, bahkan tubuhnya pun menjadi saksi diam akan kedekatan yang tiba-tiba namun terasa dalam. Namun semua kegelisahan itu perlahan digantikan oleh perasaan damai saat mendengar suara Pangeran Mark—suara yang selama ini ia kira hanya milik sahabatnya, namun kini menjadi bagian dari kisah cinta barunya.

Di bawah langit pagi yang cerah, ditemani taburan kelopak bunga yang melayang di udara, Arunika menatap takhta di hadapan mereka. Bukan akhir dari perjalanan, tapi sebuah permulaan. Ia tahu, di balik pesta ini, masih ada misteri yang belum terungkap—tentang ayahnya, tentang jiwanya yang datang dari dunia lain, dan tentang siapa sebenarnya musuh yang tersembunyi di balik dinding istana.

Ia tidak lagi berjalan sendiri. Ia punya seseorang di sisinya—Pangeran Mark, yang kini bukan hanya seorang pemimpin, tapi pasangan hidupnya yang siap menjaganya hingga akhir cerita.

...****************...

Di tengah kemeriahan pesta rakyat yang bergema tiga hari tiga malam, Arunika berdiri di samping Pangeran Mark, tangannya yang mungil meremas lembut jemari sang suami. Senyumnya yang semestinya bersinar di hari agung itu tergurat oleh kecemasan. Matanya menyapu lautan manusia di pelataran istana.

"Aku belum melihat ayahku di antara para tamu." bisiknya pelan, nyaris tak terdengar oleh angin.

"Dia seharusnya sudah ada di sini."

Pangeran Mark menoleh, menangkap gelisah di wajah istrinya. Dengan lembut, ia menggenggam tangan Arunika dan berkata, "Tenanglah, istriku. Aku akan mengutus pengawal untuk mencarinya. Mungkin ada sesuatu yang menahannya sementara."

Ia memberi isyarat halus kepada seorang pengawal kepercayaannya, yang segera menghilang ke antara kerumunan.

Bagi Arunika, denting kecapi dan tarian yang memukau tak mampu menenangkan hatinya. Di tengah sorak sorai dan bunga-bunga yang dilemparkan rakyat, pikirannya terus tertuju pada ayahnya yang tak tampak.

Pangeran Mark, menyadari betul kerisauan itu, membisikkan janjinya, "Apa pun yang terjadi, aku akan selalu berada di sampingmu."

Beberapa saat kemudian, pengawal kembali dan membungkuk dengan sopan. "Paduka Putri, ayahanda Anda dalam perjalanan menuju istana. Kami telah memastikan keselamatannya."

Arunika menghela napas lega, lalu menatap Pangeran Mark dan menggenggam tangannya lebih erat.

Malam terus beranjak, dan bintang-bintang mulai menampakkan diri di langit istana. Masyarakat tetap berpesta, tapi Pangeran Mark sadar bahwa Arunika mulai kelelahan.

"Kemarilah, aku akan mengantarmu kembali ke kamar. Kau perlu istirahat."

Arunika mengangguk, dan mereka pun meninggalkan pelataran. Di tengah perjalanan menuju sayap timur istana, seorang prajurit tiba-tiba menghampiri mereka dengan tergesa.

"Paduka Pangeran Pertama, ada yang ingin bertemu dengan Anda. Katanya, ini mendesak."

Mark menoleh pada Arunika, lalu berkata lembut, "Aku akan mengantarmu dulu."

Prajurit itu menekankan kembali, "Paduka, ini tampaknya sangat penting. Anda harus segera datang."

Arunika menyentuh lengan Pangeran Mark dan berkata lirih, "Aku bisa pergi sendiri. Aku hafal jalan ke kamar."

Ragu sesaat, Pangeran Mark lalu menoleh pada adik laki-lakinya yang baru saja tiba. "Pangeran Kedua, awasi istriku. Pastikan ia sampai dengan selamat," titahnya.

Pangeran Kedua mengangguk hormat, lalu berjalan mendampingi Arunika. Lorong menuju kamar Pangeran pertama panjang dan terang, namun untuk mencapainya harus melewati jembatan batu di atas kolam air tenang.

Saat mereka berjalan, dari arah berlawanan semakin dekat muncul sosok wanita paruh baya. Rambutnya putih, jatuh panjang hingga pinggang, dan ia mengenakan jubah hitam pekat dengan gaun merah menyala yang menjuntai di lantai. Ia berjalan cepat, nyaris seperti berlari, membuat angin yang dibawanya menerpa tubuh Arunika dan membuat gaunnya berkibar.

Arunika terhenti.

Ada yang aneh.

Seketika hawa di lorong itu menjadi dingin. Aroma samar dupa terbakar tercium samar.

Wanita itu semakin berjalan mendekatinya dan kehadiran meninggalkan jejak kegelisahan.

Pangeran Kedua segera menyadari bahwa Arunika tidak melanjutkan langkahnya. "Apa kau baik-baik saja?" tanyanya, nada suaranya serius.

"Wanita itu Siapa dia?" gumam Arunika, masih memandangi ujung lorong tempat wanita itu menghilang. "Dia terasa… berbeda. Bukan seperti tamu biasa."

Pangeran Kedua mengerutkan kening. "Jubah hitam dan gaun merah? Aku tak mengenalnya. Dia bukan tamu undangan kerajaan."

Arunika menggigit bibirnya, lalu bergumam dalam hati, "Dalam kitab yang kubaca… pada pesta pertama, akan datang seseorang yang tak diundang. Ia pembawa pertanda.”

Pangeran Kedua langsung waspada. "Aku akan perintahkan pasukan untuk menyelidiki. Tapi sekarang, biarkan aku mengantarmu ke kamar dulu. Kakakku akan mengurus sisanya."

Mereka pun melanjutkan langkah. Namun dalam hati Arunika, kegelisahan belum juga sirna. Ia tahu—ini bukan sekadar tamu tak dikenal.

...****************...

Angin berhembus kencang saat sosok wanita bergaun merah dan berjubah hitam melintas di lorong istana dengan langkah cepat seperti badai. Arunika yang tengah berjalan terkejut dan terdorong sedikit oleh hempasan angin tersebut. "Astaga siapa dia? Larinya seperti angin beliung," gumamnya, berusaha menenangkan degup jantungnya yang mendadak berdebar.

Wanita itu tampak menyadari keberadaan Arunika, lalu menghampirinya. Mata mereka bertemu, dan seketika suasana di sekitar terasa berat. "Maaf, Tuan Putri. Aku menjatuhkan barangku," ucap wanita itu dingin namun sopan.

Arunika melihat sebuah buku tebal tergeletak di lantai. Ia segera membungkuk dan mengambilnya. Namun, ketika ia menyerahkan buku tersebut, jari-jarinya tanpa sengaja bersentuhan dengan tangan si wanita.

Sebuah luka kecil tergurat oleh kuku panjang wanita itu, dan setetes darah jatuh, menempel di kukunya. Arunika menahan napas—bukan karena sakit, tetapi karena aura wanita itu terasa begitu kuat dan gelap, hingga membuat kepalanya sedikit pusing.

Arunika belum sempat berkata apa-apa ketika terdengar suara dari ujung lorong, "Kakak ipar!?" Suara tegas Pangeran kedua memecah ketegangan. Ia segera menghampiri Arunika, meraih lengannya, dan membawanya menjauh. Saat Arunika menoleh ke belakang, wanita itu telah menghilang entah ke mana.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Pangeran kedua, matanya penuh kekhawatiran.

Arunika mengangguk pelan dan mencoba tersenyum. "Terima kasih, Pangeran kedua."

"Aku akan mengantarmu ke kamar. Lain kali, kakak ipar harus lebih waspada. Setiap langkah dan aroma tubuhmu bisa mengundang perhatian... entah dari mereka yang baik, maupun yang jahat."

Kata-katanya membuat Arunika terdiam. Ia mulai memahami sesuatu—bahwa dirinya bukan hanya sekadar seorang putri. Ada sesuatu dalam dirinya yang begitu dicari, begitu diincar.

Setibanya di kamar, Arunika duduk di tepi ranjang, memandangi jari yang tergores. Meskipun hanya setetes darah, tubuhnya mulai terasa aneh, seolah ada energi asing yang menyelinap ke dalam dirinya.

Kepalanya berdenyut, dan pikirannya melayang ke wanita itu siapa dia? Mengapa auranya terasa begitu gelap?

Dan buku itu... mengapa wanita itu membawanya? Apakah benar itu tak sengaja jatuh, atau sengaja dijatuhkan di hadapannya?

Arunika merebahkan tubuhnya perlahan. Namun matanya tetap terbuka, menatap langit-langit kamar. "Aku harus tahu siapa dia... dan apa maksud sebenarnya dari kedatangannya," bisiknya pada dirinya sendiri.

Di tengah pesta rakyat yang meriah, Arunika tahu, tirai sebuah rahasia besar mulai terbuka. Dan dirinya, kini berdiri di ambang cerita yang jauh lebih gelap dari yang ia bayangkan.

...****************...

"Tuan Putri Arunika, apa kau tidak apa-apa?" suara Pangeran pertama terdengar begitu cemas ketika ia menghampiri istrinya dan langsung memeluknya erat. Sorot matanya tajam penuh rasa khawatirnya saat menatap wajah sang Putri.

"Aku tidak apa-apa, Pangeran," jawab Arunika pelan, meski dalam hatinya masih bergemuruh oleh pertemuan misterius tadi.

"Aku tidak mau kehilangan kamu... kamu sangat penting, bukan hanya untukku, tapi untuk tujuan besar kita. Maafkan aku, aku telah lalai menjagamu," ucap Pangeran pertama sambil menciumi pipi istrinya dengan penuh kekhawatiran, hingga ke lehernya membuat Arunika memejamkan mata, terhanyut dalam ketulusan sang suami.

"CUKUP, KAKAK PERTAMA! ADA ANAK KECIL DI SINI!" suara nyaring dari Pangeran ketiga memecah suasana. Pangeran Mark dan Arunika tersadar, buru-buru menjauh satu sama lain saat menyadari adik-adik Pangeran sedang menonton mereka.

"Kenapa kalian menutup mataku?" tanya si bungsu polos, matanya ditutup oleh tangan kakaknya, Pangeran keenam. Arunika tertawa kecil, geli melihat tingkah adik-adik iparnya. Pangeran Mark hanya menggeleng pelan.

"Kakak Pertama, kita harus bicara." ujar Pangeran ketiga serius.

"Tuan Putri, aku akan segera kembali," kata Pangeran pertama hendak pergi, namun Arunika menahan lengan suaminya.

"Pangeran... aku takut sendirian. Aku ingin ikut." bisiknya, matanya menunjukkan ketakutan yang tak bisa ia sembunyikan lagi. Pangeran pertama menatap jari Arunika—ada goresan kecil di sana.

Alisnya mengerut tajam. "Siapa yang melukaimu?"

"Seorang wanita… dia menjatuhkan buku, dan saat aku membantu mengambilkannya, kukunya menggores jariku. Tapi itu hanya luka kecil," jelas Arunika, meski jelas ada kekhawatiran dalam nada suaranya.

Pangeran pertama menatapnya dalam, lalu memerintah dengan suara berat, "Pangeran ketiga, keenam—periksa seluruh istana. Temukan wanita itu. Jangan biarkan siapa pun yang mencurigakan berkeliaran."

Setelah mereka pergi, Pangeran pertama membawa Arunika duduk di sofa. Ia memetik kelopak bunga teratai dari vas di dekat mereka, lalu dengan lembut melilitkannya di jari Arunika. Dalam sekejap, luka itu sembuh.

"Teratai ini bukan bunga biasa," katanya, tersenyum tipis. "Ini bunga penyembuh yang diberkati para Dewa. Ibu Ratu sendiri yang mengajariku cara menggunakannya."

"Terima kasih, Pangeran. Aku merasa jauh lebih baik," ucap Arunika lembut. Pangeran Mark mengelus kepalanya.

"Aku akan selalu melindungimu. Katakan padaku jika kau merasa ada yang aneh, sekecil apa pun."

Arunika mengangguk, merasa sedikit lebih tenang. Namun hatinya masih dipenuhi tanda tanya. Siapa sebenarnya wanita itu?

"Sepertinya kakak ipar harus tahu tentang dia," ucap Pangeran ketiga tiba-tiba. Pangeran pertama mengangguk setuju.

"Silakan, adik ketiga."

"Kami punya seorang ibu asuh… dulu, setelah ibu kandung kami meninggal, Ayahanda membawa seorang wanita untuk merawat kami. Terutama si bungsu. Namanya Madam Mery. Tapi dia bukan ibu kami dan kami memanggilnya 'Madam' karena kami sepakat, dia tak pernah mengisi tempat Ibu."

Arunika menyimak dengan seksama.

"Lalu, kenapa dia baru muncul sekarang?"

"Karena dia ingin kesempatan kedua," jawab Pangeran pertama, nadanya dingin.

Pangeran ketiga melanjutkan, "Dulu dia berkhianat. Menghasut adik bungsu, membuatnya menjauh dari Ayahanda dan kami semua. Kami akhirnya menjauhkannya. Tapi dia pergi tiba-tiba, menghilang entah ke mana. Dan kini, dia kembali mengaku menyesal ingin kembali."

Diam sejenak mengisi ruangan. Arunika menghembuskan napas perlahan.

"Aku mengerti sekarang... semuanya akan dimulai." batinnya. Buku itu, luka kecil, dan aura aneh dari wanita itu bukan kebetulan. Ini adalah permulaan dari jalan takdir yang telah menantinya.

...****************...

1
Bayu Bayu
aku mampir author/Smile/semangat berkarya/Determined//Determined//Smile/janganlupa mampir juga yahh
Bayu Bayu
semangat kak
🌀Jïñğğä Ñõõř💞
bagus ... semangat ya dek
Lilly
transmigrasi ke novel kh?
j_ryuka: iyaa beb
total 1 replies
The first child
Aku hadir kembali kak..
via☆⁠▽⁠☆人⁠*⁠´⁠∀⁠`。⁠*゚⁠+
lanjut /Scream/
iqiww
keren kak
iqiww
tetap semangat kak
iqiww
sudah mampir kak
iqbal nasution
oke..lanjutkan
ꪻ꛰͜⃟ዛ༉❤️⃟Wᵃf•ʙͨᴜͥɴͨɴͥʏ⍣⃟❍¹⁸➢‮
ini ceritanya transmigrasi ke novel?
j_ryuka: iya bener kak😅
total 1 replies
The first child
lanjut thor, suka banget sama ceritanya
Bulanbintang
Nama tokohnya puitis, Kak.
Ceritanya juga keren, semangat terus ya. 😉
🔵❤️⃟Wᵃf§𝆺𝅥⃝©⧗⃟ᷢʷ₭Ⱡ₳Ɽ₳🍇
semoga arunika bisa menjalani takdirnya
Anyelir
Kak, aku suka gambarnya. Gambarnya bagus 👍
Dimas Saputra
lanjut thor saling suport trus
Nurhani ❤️
Lanjut tour /Kiss//Kiss//Kiss/
Nurhani ❤️
aru dapet pangeran, aku dapet apah /Sob//Sob//Sob//Sob/
Nurhani ❤️
aku mampir tour /Kiss//Kiss/ semangat terus yah, jangn lupa mampir juga yah /NosePick//NosePick//NosePick/
via☆⁠▽⁠☆人⁠*⁠´⁠∀⁠`。⁠*゚⁠+
Jangan lupa berkunjung di karya aku juga yaa/Hey/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!