Hidden

Frac kecil kembali mendengar suara halus dari pemilik manik mata amber. Wanita itu sedang menyenandungkan sebuah lagu. Lagu itu sering dinyanyikan oleh para pelayan di dalam mansion Rosario.

Keadaan berubah menjadi mencekam karena wanita itu tiba-tiba saja disekap oleh beberapa orang. Kepalanya ditutupi oleh kain hitam dan orang-orang itu menyeretnya pergi dari taman mansion Rosario.

Wanita itu dibawa ke sebuah ruangan yang gelap, tidak ada cahaya sama sekali. Namun, yang paling mengerikan adalah ada sosok yang mengintai di dalam kegelapan. Sosok itu seakan menunggu pemilik manik mata amber lengah.

Belum sempat mimpi itu berlanjut, Frac kecil sudah terbangun dari tidurnya.

🌧️ ☁️ 🌧️ ☁️ 🌧️ ☁️ 🌧️ ☁️ 🌧️ ☁️

"Tentu saja kamu bisa melakukannya sendiri," Raya memvalidasi ucapan sosok lain Frac. "Tapi, kenapa selama ini kamu berdiam diri hingga saat ini? Bukankah kamu ingin dia sendiri yang menentukan apa yang harus dilakukannya? Aku tahu sesuatu yang tidak dia ketahui. Itu adalah rahasiamu. Aku akan menjaganya."

Sosok lain Frac sedikit tertegun. Dia mengira bahwa dia sudah menyimpan segala hal dengan baik, tapi ternyata ada orang yang cukup cerdas untuk menemukan kebenaran di baliknya. "Kau orang yang pintar, Nona."

"Terima kasih atas pujiannya. Tapi, bisakah kita bergerak sekarang? Sepertinya mereka sudah menemukan shelter yang kita tempati tadi. Tidak ada waktu untuk mengobrol," ucap Raya.

Frac tiba-tiba tersedot kembali ke dunia nyata. Tubuhnya terhuyung dan jatuh berlutut di atas tanah. Dia kini kembali menjadi dirinya sendiri. Sepertinya, sosok lain di dalam dirinya mengalah.

"Apa yang kau tahu soal dia?" tanya Frac sambil menatap tajam ke arah Raya. Dia berdiri dan mengibas rambutnya yang basah. Manik amber indah itu bersinar, menembus jauh ke dalam relung jiwa Raya.

Raya tersenyum. "Itu rahasia. Jika saatnya sudah tiba, kamu akan mengetahuinya sendiri. Dia tidak memiliki niat jahat, begitu pula denganku. Tapi, sebaliknya, dirimu sendiri terlalu banyak menanggung beban. Ada beberapa hal yang sebaiknya pelan-pelan kamu lepaskan."

Raya menabur Serbuk Star Elf ke tubuh Frac. Kemudian, dia berjalan dengan santai menyusuri hutan tua.

Frac menatap ke arah punggung Raya yang semakin menjauh. Dia juga ikut berjalan menyusuri hutan tua yang pertama kali dipijaknya seumur hidupnya. Sunyi menggantung di antara mereka berdua.

Frac sibuk memikirkan percakapan antara sisi lain dirinya. Sementara itu, Raya membawa mereka pergi ke sebuah gua kecil yang membentuk sebuah lorong panjang.

Mereka berdua melangkah masuk ke dalam gua. Raya memulai sebuah percakapan, "Gua ini dulunya ditinggali oleh seorang Iblis keturunan murni Imperial. Dan, aku bisa melihat darah Imperial mengalir di dalam tubuhmu. Setiap lorong di sini punya sumbu obor yang dapat membuka pintu. Jika tebakanku tidak salah, maka kamu dapat membuka semua pintu yang ada di dalam gua ini."

Frac lagi-lagi mendengar kata Imperial. Sepertinya, dia memang keturunan darah murni Iblis Imperial. Namun, dia tidak ingin mengakui hal itu. Dia rasa dia tidak perlu mengakuinya. Dia merasa sangat muak. Karena satu kata itu, dia kehilangan segala hal yang berharga baginya.

"Mungkin di dalam sini akan ada jawaban yang kamu inginkan. Semua hal yang tidak kamu ketahui," kata Raya. Dia tidak berusaha menenangkan Frac, melainkan langsung mengatakan sesuatu yang membuat pemuda itu merasa sedikit tersinggung.

"Sebagai seorang betina, mulutmu frontal juga ya," cibir Frac.

"Apa maksudmu?!" Raya meninju bahu Frac, kesal. "Aku hanya mengatakan apa yang ingin kamu ketahui. Selain itu, hal lainnya bukanlah urusanku. Jika kamu ingin tahu, nyalakan semua obor di sini. Jika kamu tidak ingin tahu, kita bisa pergi sekarang. Tapi, kita tidak memiliki cukup waktu untuk lari dari kejaran para bawahan pamanmu yang tidak waras itu."

"Bagaimana kau bisa yakin kalau pamanku tidak waras?" Frac menaikkan sebelah alisnya. Dia tampak seperti seseorang yang sedang mengulur waktu. Sebenarnya, dia masih ragu apakah Raya bisa dipercaya atau tidak.

Raya memutar bola mata malas. Dia tahu kalau Frac sedang ragu-ragu. Jadi, dia membaca sebuah mantra, membuat celah pintu masuk gua tertutup oleh sulur-sulur tanaman. Kemudian, dia menyebarkan Serbuk Star Elf di sana. Para bawahan Bangsawan Rosario mungkin melihat gua itu sebagai batu besar.

"Karena memang dia tidak waras!" hardik Raya. "Bayangkan saja, si Gila Rosario itu memburu para imigran Elf dan menjadikan mereka sebagai energi batu sihir! Darah kaumku diperas hingga habis untuk memproduksi batu sihir. Dia adalah penyihir jahat yang berhati kejam. Dia lebih buruk rupa dari seekor Orc."

Frac baru tahu kalau pamannya menggunakan darah Elf untuk memproduksi batu sihir. Hal itu memang sangat mengerikan. Dia tak habis pikir bahwa ada orang segila itu: Mengorbankan adiknya sendiri untuk menundukkan Iblis Imperial, memburu Elf dan menjadikan darahnya sebagai batu sihir, mungkin banyak lagi kejahatan yang dilakukan oleh pamannya.

"Apa lagi yang kau ketahui?" tanya Frac. Dia berusaha mencari informasi sebanyak mungkin dari Raya. Dia harus menentukan arah mata pisaunya sekarang.

Raya menatap Frac dan menggelengkan kepalanya. "Sebenarnya, banyak sekali yang aku ketahui tentang kelakuan bejat si Tua Gila. Tapi, jika kamu ingin mengetahui tentang siapa sosok yang ada di dalam dirimu, kemungkinan besar sesuatu di dalam gua ini bisa memberitahumu. Ada kisah tentang tempat ini. Mungkin juga berhubungan dengan pecahan-pecahan mimpi yang sering kamu dapatkan." Dia meletakkan jari telunjuknya di depan mulut Frac. Dia tahu kalau Frac ingin bertanya. "Bukan aku yang harus menjawab. Jangan tanya aku tahu dari mana. Tapi, kamu yang harus mencari jawabannya sendiri."

Raya melangkah menuju satu dinding gua. Dia merogoh sesuatu dari dalam sakunya. Dia mengeluarkan sebuah botol kaca kecil yang di dalamnya terdapat sepercik api berwarna hijau. Dia mendekatkan botol kaca itu ke sumbu obor dan obor itu langsung menyala. Dia menatap ke arah Frac. "Obor ini peka terhadap sesuatu yang berbau Imperial. Jika kamu ingin tahu, cobalah sendiri. Bukankah ini adalah giliranmu?"

Seberapa banyak yang dia tahu? Seberapa banyak pula yang tidak aku ketahui? tanya Frac di dalam hati.

"Jika kamu tidak ingin mengakuinya, tak menjadi masalah. Tapi, pada kenyataannya, di dalam tubuhmu mengalir darah Imperial. Dan, selama orang tua gila itu masih hidup, dia tidak akan pernah berhenti mengejarmu. Menolak tidak akan membuatmu keluar dari situasi ini. Pikirkanlah, Fracture Luigi von Rosario Imperial," kata Raya dengan lantang.

"Kau benar," balas Frac. Dia menghembuskan napas panjang. "Kenapa pula aku bisa tidak menyadari kalau seseorang yang selama ini kupanggil ayah adalah orang sebejat itu?"