bagaimana jadinya jika putri seorang pengedar narkoba terpaksa harus bersembunyi dipesantren karna bandar narkoba terobsesi kepadanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aqilaarumi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 5
Ning Salwa berusaha menerima apa yang sudah terjadi,bila dia tidak berjodoh dengan sai itu sudah takdirnya dan ia harus bisa menerimanya.
Walaupun cinta dan harapan nya untuk Gus Zai masih besar tapi ia harus berusaha untuk mengihklaskan segalanya,dia cuma selalu percaya akan satu hal semua takdir yang Allah rencanakan kepada dirinya itulah yang terbaik.
"Ning Salwa kalau ngajar memang selalu disini ya"
"Ia soalnya aku mau suasana yang lebih terbuka agar para santri muda memahami apa yang saya jelaskan"
"OOO " hanya kata itu yang keluar dari mulut Risa lalu mengangguk paham.
Ada rasa kegugupan diantara mereka,rasa cangung diantara keduanya begitu terlihat.
"Ini adalah ruang aula setiap tahun para santri mengadakan lomba disini"
Risa memandang kagum ruangan yang cukup luas tersebut.lalu kembali mereka melangkah,kebeberapa ruangan Yang ada dipondok pesantren tersebut.
" Assalamualaikum"
" Waalaikum salam"
Ustadzah halimah tertegun melihat kedatangan Ning Salwa dan Risa secara bersamaan.
Bagaimana bisa mantan calon istri dan istri Gus sai bisa seakrab ini batin ustadzah halimah.
" Eh ada Ning Salwa dan Pengan...." Ustadzah halimah merasa kecoplosan dan mengantung kata-kata nya seketika ia sadar dalam kondisi seperti ini ia harus menjaga perasaan Ning Salwa.
Masih menjadi tanda tanya besar dibenak mereka mengapa Gus zai tiba tiba memilih menikah dengan Risa sebentara tanggal pernikahan nya dengan Ning Salwa sudah ditentukan.
"Ini ustadzah Risa mau lihat lihat pesantren jadi saya temenin,Risa kenalin ini ustadzah halima
"ucapnya dengan tulus.
"Kenalkan aku Risa"
Ustadzah halima menyambut Risa dengan senyuman.
Risa melihat beberapa mesin jahit didalam ruangan beberapa lembar baju sar,i terpajang dipatung.
"Ustadzah yang menjahit semua baju ini"
"Ia aku yang menjahit semua baju baju yang ada disini,dan kalau ada perlombaan biasanya aku yang menjahitkan baju untuk para santri yang ada disini"
"Dan selain ustadzah ini menjahit baju untuk para santri untuk ikut lomba dia juga sebagai pengajar dipesantren Al mukmin"timpal Ning salwa
Risa mangut mangut mengerti.
" Ustadzah halima boleh ngak, kalau aku bantu bantu ustadzah menjahit disini kebetulan aku suka menjahit cita citaku jadi seorang desainer dan aku bosan tinggal sendirian dirumah"
" Oh iya,Kebetulan aku lagi butuh banget karyawan tapi tentunya kamu harus izin dulu sama Gus sai kalau kamu diizinin kamu bisa kesini besok"
"Memang harus banget ya minta izin kegus zai"
"Yailah dia kan suami kamu seorang istri harus selalu meminta ridho suaminya dulu agar apa yang dilakukan istrinya itu penuh dengan keberkahan"
Sorot mata Ning Salwa berubah menjadi sedih dan Risa bisa melihat kesdihan dari mata indah itu.
"Ya Tuhan aku merasa sangat berdosa memisahkan dua orang yang begitu saling mencintai" batin Risa
"Yaudah aku pamit dulu ustadzah besok aku kesini"
"Jangan lupa izin ya"
"Ia ustadzah,Assalamualaikum" kata salam yang hampir tidak pernah ia ucapkan, dipesantren ini ia harus membiasakan mengucapkan kalimat itu.
Karna sekarang ia adalah istri dari putra dari pemilik pesantren ini.
"Kamu mau muter muter lagi ngak"
"Udah aku capekk"
"Ya udah kita duduk disitu aja dulu"
Mereka pun duduk disebuah kursi yang mengarah kesebuah kolam ikan dengan beberapa macam ikan hias didalamnya.
"Kenapa Ning kenapa kamu begitu baik sama aku tanpa melihat kalau aku adalah orang yang sudah menghancurkan cita cita cinta kamu"
Ning Salwa tertegun mendengar kan pertanyaan Risa yang terasa begitu mendadak hingga membuatnya merasa gugup dan cangung.
"Aku sudah mengikhlaskan semuanya,mau marah juga akan percuma nyatanya Gus Sai lebih memilih kamu dari pada aku terus aku harus berbuat apa lebih baik memilih berdamai dengan kenyataan dari pada terus menyakiti hati itu tidak baik"
Kata kata bijak itu keluar dari mulut Ning Salwa.
Pantas saja Gus zai begitu mencintai perempuan yang nyaris sempurna seperti ini.
"Andai saja kamu tau Ning kalau Gus zai terpaksa menikahi aku,dan dimalam pertama pengantin kami dia malah berdoa dengan khusyuk dan menyebut namamu disholat malamnya, haruskah aku jujur jika aku jujur kalau aku memfitnah dan mengatakan yang tidak tidak dimalam itu agar Gus sai menikah dengan ku aku takut aku akan diusir dari pesantren ini dan sejauh ini pesantren ini cukup aman untuk aku terhindar dari berneto"
Risa semakin merasa bersalah terhadap Ning salwa dan Gus sai karna dia mereka harus membatalkan pernikahan mereka.
"Apa Ning Salwa mencintai Gus zai"
Dorrrr
Pertanyaan macam apa ini?
Salwa tidak menyangka Risa akan mempertanyakan pertanyaan yang sangat protal.
Satu menit
Dua ment
Tiga menit
Tidak ada jawaban dari Ning Salwa ia mengigit bibir bawanya lidahnya terasa keluh ia tidak tau harus menjawab apa apa.
Dengan tidak adanya Jawaban dari Ning Salwa semakin membuat ia yakin bahwa perempuan yang tengah duduk disebelahnya ini begitu mencintai suaminya.
"Baiklah aku mengerti"
"Dari kecil aku dan Gus zai selalu bersama selama empat tahun terakhir ini Gus sai selalu mengirimkan ku sesuatu entah itu bunga,makanan,boneka dan saat Gus sai datang mengkhitbahku aku baru tersadar ternyata barang barang yang dikirim kan Gus sai untuk ku adalah bentuk rasa cintanya padaku"
Akhirnya Ning Salwa bersuara juga Setelah bungkam untuk beberapa saat.
"Hingga aku merasa sangat senang karna ternyata perasaan yang selama ini tumbuh didalam hatiku bukanlah perasaan yang bertepuk sebelah tangan,cita citaku akan cinta dan harapan ku terhadap Gus sai semakin besar,sampai akhirnya semuanya hancur saat malam itu aku dengar kiai Jaffar datang meminta maaf kepada Abi karna terpaksa harus membatalkan pernikahan kami karna satu dan lain hal . yang aku sendiri tidak tahu alasannya apa hanya Abi dan kiai Jaffar yang tau,tapi aku cukup tau kalau ternyata Gus sai tidak pernah menginginkanku" air mata begitu ia tahan agar tidak jatuh betapa malunya dia jika sampai menangisi suami orang dan itu didepan istrinya.
" Aku siap dipoligami"
Ning Salwa sampai melongo dengan penuturan perempuan yang ada disampingnya bagaimana mungkin dia sudah mau dipoligami padahal pernikahan nya baru kemarin.
" Aku tau kekecewaan mu sangat mendalam tapi Gus zai bukan penghianat dia tidak pernah menghianati kamu"
Ning Salwa mengerutkan dahi.sedangkan Risa menghelai nafasnya.
" Ada sesuatu yang menyebabkan kami terpaksa harus menikah tapi satu hal yang harus kamu tau sampai sekarang Gus sai Sangat mencintaimu kamu harus percaya padanya kita hanya butuh waktu untuk menyelesaikan semuanya"
Ning Salwa semakin tidak mengerti.
Gus sai dan Ning Salwa harus bersatu begitulah yang ada dibenak Risa,Gus sai mencintai Risa begitu pun sebaliknya dan dia hanya menjadi orang ketiga diantara keduanya.
Toh juga jika dia sudah bertemu dengan mama nya dia akan pergi sejauh mungkin dari kota ini,dan dia tidak memiliki perasaan apapun dengan Gus zai Walaupun dia selalu merasakan gejala aneh saat berdekatan dengan Gus zai tapi dia belum meyakini apakah itu sebuah cinta.
Risa bangkit dari duduknya sedangkan Ning salwa masih menatap nya dengan tatapan yang tidak bisa dibaca.
" Baiklah,terimakasih untuk hari ini Ning saya pamit dulu"
" Assalamualaikum"
" Waalaikum salam"
Risa meninggalkan Ning Salwa dengan wajah yang penuh dengan keceriaan.
" Anehh"
Satu kata yang terbit dari mulut Ning Salwa saat melihat Risa menjauh darinya.
semoga si salwa tul maut ke buka kebusuk an nya
udh gak sabar nih
baca dari episode 1-23 dan pas baca episode 4-23 banjir air mata karena sedih jadi risa
ning salwa masih ngarep suami orang aja kasian risa