Seorang gadis melihat sang kekasih bertukar peluh dengan sang sahabat. seketika membuat dia hancur. karena merasa di tusuk dari belakang oleh pengkhianatan sang kekasih dan sang sahabat.
maka misi balas dendam pun di mulai, sang gadis ingin mendekati ayah sang kekasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tulisan pena R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 05
Aku tersenyum tipis, mengangguk. Seraya kembali ku tegakkan tubuh ku.
"Boleh saya bantu??? Saya antar kamu sampai ke sofa depan." tawarnya.
Aku mengangguk.
Papa Aldo terlihat ragu membuat tangan ku bergelayut di pundaknya.
"Pelan pelan. Saya masih bisa menahan nya." Ujarnya.
Eh,
Dia dan aku sama sama saling membuang muka. Kalimat nya terdengar sangat ambigu.
Papa Aldo membantu ku hingga mencapai kursi dapur. Aku yang meminta nya membawa ku kesini.
Lalu dia masuk ke kamar mandi. Pasti dia shock melihat kamar kami. Meskipun cukup bersih, tapi ukurannya pasti sangat kecil dibandingkan kamar mandi di hotel bintang lima tempatnya menginap.
Belum lagi tak ada bath tub dan shower. Kloset nya juga cuma kloset jongkok. Dia pasti tak nyaman disana.
Tak terlalu lama, Papa Aldo keluar dari kamar mandi. Wajah nya terlihat biasa, tak terlihat terkejut atau pun tertekan. Tingkat toleransi nya patut aku acungi jempol.
"Kamu juga mau ke kamar mandi???" Tanyanya.
Aku mengangguk. Ya dari pada nunggu kebelet, dengan kondisi ku yang seperti ini. Nanti malah susah.
Lagi lagi papa Aldo menawarkan bantuan memapah ku hingga sampai di depan pintu kamar mandi.
Lalu dia berjalan ke arah kursi dapur. Menunggu ku disana. Dia benar menunggu ku disana. Melihat aku membuka pintu kamar mandi, dia dengan sigap menghampiri ku.
"Seperti nya, kamu kelelahan. Saya gendong saja, bagaimana???" tanyanya menawarkan bantuan begitu mendengar desisan ku.
Aku mengangguk. Kaki memang terasa lebih sakit dari sebelumnya.
Papa Aldo sigap meletakkan satu tangan nya di bawah lutut ku dan tangan yang lainnya di punggung ku.
Dia kembali menggendong ku ala bridal style, membawa ku kembali ke kamar dan meletakkan ku dengan hati hati. Tubuh ku duduk di pinggir ranjang.
"Boleh saya pijat sebentar, mungkin akan lebih baik." Ujarnya.
Aku terkesiap. Sekali lagi aku mengangguk. Papa Aldo mengambil minyak tawon dari atas nakas, lalu mulai membalurkan di tumit ku. Pijatan tidak terlalu kuat, tapi sangat menyakitkan. Maklum lah, kaki ku memang terkilir.
"Besok, saya ada janji dengan seseorang. Apa Om bisa membantu saya keluar dari rumah ini tanpa menyakiti hati Papa???" tanya ku sebelum dia kembali membaringkan tubuhnya di atas lantai yang beralaskan selimut setelah memijat kaki ku.
"Ya," sahut nya.
Aku mengangguk penuh terima kasih, kembali ku baringkan tubuh ku menghadap ke arah tembok, membelakangi nya.
Srttt
Sebuah kartu nama di letakkan Papa Aldo di depan meja papa setelah acara sarapan pagi ini selesai.
"Ini kartu nama saya, Pak. Apa ada hal yang ingin bapak sampaikan kepada saya, silahkan menghubungi nomor saya." Ujar Papa Aldo.
Papa menarik nafas panjang sebelum mengambil kartu itu dan membacanya sekilas.
"Jadi, setelah ini rencana anda bagaimana???" tanya papa.
Papa Aldo menoleh ke arah ku sekilas lalu kembali fokus dengan Papa.
"Terus terang saya baru kembali dari Swiss dan ini saya menginap di hotel. Ada rumah, tapi sedang di tempati mantan istri saya. Saya sebentar datang ke sini karena ada janji dengan putra saya, tidak lama, rencana awal saya, satu minggu lagi saya akan kembali...."
"Ke Swiss???" sela mama terkejut.
Papa Aldo mengangguk.
"La- lu Aurel..... Maksud saya ...." Mama melengos, menyembunyikan air matanya yang tiba tiba jatuh.
"Rencana awal saya seperti itu, Bu. Tapi insya Allah saya akan menetap...."
Mama terperangah.
"Kebetulan, saya punya pekerjaan yang bisa saya urus di sini. Tapi lumayan jauh kalau dari sini.."
"Silahkan jika Anda mau membawa Aurel. Dia sudah hak Anda. Selayaknya dia patuh. Kamu tidak keberatan kan. Kak???" tanya Papa.
Aku terkesiap, mengangguk kaku. "I-ya, Pa." desis ku.
Papa mengusap wajah nya dengan kasar.
"Saya tidak tahu, apa keputusan saya kemarin adalah keputusan tepat atau tidak. Mungkin saya terlalu gegabah. Tapi, mungkin ini juga takdir yang sudah di gariskan Allah sebagai nasib putri ku. Saya tidak banyak minta, tapi seandainya pernikahan kalian memang tidak berhasil, saya harap Anda mengembalikan Aurel sebagai putri saya kembali dengan cara yang baik." Ujar Papa yang sedikit bergetar.
DEGH.
Jantung ku tercekat. Tanpa bisa ku cegah, air mata ku meluruh.
"Seperti yang saya katakan kemarin, Pak. Pernikahan kami, Aurel lah yang memiliki hak penuh. Saya tidak akan menceraikan putri Bapak. Tapi seandainya putri Bapak yang ingin berpisah, saya tidak akan menghalangi nya." tegas Papa Aldo.
"Maka izinkanlah Papa mengajukan permohonan padamu Kak. Anggap saja permintaan terakhir papa seraya menatap ku dalam.
"Pa, " desis ku bergetar. Lalu, aku mengangguk. Rasanya sungguh sakit melihat Papa menatap penuh permohonan seperti itu.
"Bertahan lah sampai akhir."
DEGH.
\*\*\*\*
Namaku Arif Dzikri, saya sudah cerai hidup. Anggap saja perbedaan prinsip. Duda anak satu. Seorang putra, mungkin usia nya seusia kamu." Ujar Om Arif memperkenalkan diri nya. Dia meminta waktu berdua setelah pembicaraan nya dengan papa mama selepas sarapan tadi.
Om Arif mengusap tengkuknya berkali kali, dia terlihat frustasi dengan kenyataan bahwa aku seusia putra nya.
Dia hanya tidak tahu, aku sudah tau fakta itu bahkan putra nya adalah kekasih ku.
"Saya sudah lama menetap di Swiss, jadi disini saya tidak punya rumah. Maksud saya, ada rumah, tapi sekarang di tempati mantan istri saya. Putra saya juga tidak tinggal di rumah itu. Dia tinggal di apartemen nya." Om Arif kembali menarik nafas panjang.
"Saat ini sa- ya tinggal di ho-tel. Jika... Jika kamu tidak keberatan....."
"Saya Aurel Naura Farzana, panggil saya Aurel." Ujar ku menyela cepat kalimat Om Arif.
Om Arif terperangah, lalu mengangguk.
"Saya mahasiswi tingkat akhir di salah satu universitas swasta di Bandung. Sedang dalam tahap revisi skripsi. Insya Allah, saya bisa mengikuti gelombang pertama akhir September nanti.\_ Imbuh ku.
"Aamiin, " desis nya.
"Saya tidak ingin menyakiti hati Papa lebih dalam, Om. Tapi.... Saya belum siap...."
"Sudah saya katakan, saya membebaskan kamu. Saya tahu bersama saya akan berat. Saya lebih pantas sebagai papa kamu dibanding suami." Tandas nya.
"Membebaskan saya?? seperti apa??? Apa artinya saya bebas melakukan semua apa yang biasa saya lakukan seperti sebelum pernikahan ini terjadi??? Kembali ke Bandung dan melanjutkan kuliah saya??? Lalu bekerja seperti impian saya sebelumnya???"
"Ya."
Aku terkesiap. Ya??
"Jika kamu mau tinggal bersama saya, silahkan. Saya akan mencari rumah yang layak untuk menetap. Tapi, jika kamu ingin meneruskan semua mimpi kamu, silahkan, saya tidak akan menghalangi."
"Lalu bagaimana tentang papa??? Jika saya ke Bandung dan....'
ak nantika eps berikutnya
kasian om Arif 😔
Aurel Aurel kamu menyebalkan
Brravo Om Jo. semangat Aurel untuk mendapatkan hati Om Arif.