NovelToon NovelToon
SERIAL SILAT PENDEKAR

SERIAL SILAT PENDEKAR

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Misteri / Ilmu Kanuragan
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Ikko Suwais

PENDEKAR Mabuk memiliki nama asli Suto Wijaya Kusuma dan dia adalah seorang pendekar pembela kebenaran dan menumpas kejahatan. Perjalanan nya dalam petualangannya itu banyak menghadapi tantangan dan rintangan yang sering kali membuat nyawa nya terancam. Namun pendekar gagah dan tampan itu selalu punya solusi dalam menghadapi permasalahan tersebut.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ikko Suwais, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PART 21

Tapi sampai saat itu Suto belum tahu siapa yang dimaksud titisan Eyang Tapak Lintang itu.

"Mengapa Jahanam Tua memaksa kakeknya Dianti dalam perkara titisan Eyang Tapak Lintang? Berarti kakeknya Dianti tahu siapa sang titisan tersebut?!" gumam Suto Sinting dalam hatinya.

"Suto, Kita pergi saja dari sini! Jahanam Tua pasti akan menggangguku jika ia tahu aku ada disini!"

"Tunggu sebentar, Dian..."

"Ayolah, Suto..." rengek Dianti dengan manja. Pendekar Mabuk kibaskan lengan Dianti yang dipegangi tangannya, karena pada saat itu ia melihat Jahanam Tua hendak membunuh Santana dengan tongkatnya yang sudah menyala merah seperti besi membara. Dengan cepat Pendekar Mabuk sentakkan tangannya dan lepaskan sinar hijau dari tangan itu. Jurus 'Pecah Raga' yang bersinar hijau itu segera menghantam tongkat si Jahanam Tua.

Claap...! Blegaarrr...!

"Aaauuu...!" Jerit Dianti sambil lari ke ballk pohon dengan ketakutan, karena pada saat sinar hijau kenai tongkat ke atas kepala si Jahanam Tua, Bumi menjadi guncang kembali seperti akan dilanda kiamat kecil-kecilan. Dianti takut tubuhnya tertimpa langit. Karena langit pun bagai memancarkan sinar Merah ketika ledakan itu menyebarkan sinar merah di angkasa.

Jahanam Tua terlempar berjungkir balik di udara akibat daya ledak yang juga memancarkan hawa panas cukup tinggi itu. Sedangkan Santana tersungkur kembali dengan tubuh menimpa Karina. Keadaan Karina sendiri hanya bisa mendelik dan tak bisa bergerak maupun bersuara. Tapi ia masih sadar akan segala yang terjadi di sekitarnya.

Zlaap, zlaaap...! Suto Sinting berkelebat hampiri si Jahanam Tua dengan menggunakan jurus 'Gerak Siluman'. Tak heran jika dalam dua kejap Suto Sinting sudah berada di depan si Jahanam Tua dalam jarak enam langkah. Jahanam Tua baru mau bangkit, Ia dongakkan kepala memandang ke depan dan segera terkejut melihat sosok muda berdiri tegak dengan gagah dan tampak perkasa.

"Edan! Dia sudah ada di sini?!" gumam si Jahanam Tua dalam hatinya sambil menahan rasa sakit, Karena kini wajahnya menjadi biru memar, Bahkan kedua lengan dan dari dada sampai leher juga tampak biru memar agak kemerah-merahan seperti kepiting rebus. Rupanya hawa panas tadi menyiram tubuhnya dan tak mampu ditahan dengan hawa saktinya.

Dengan bantuan tongkat ia masih bisa bangkit dan pandangi Suto dengan sorot pandangan mata penuh kebencian. Yang dipandang tetap berdiri tenang dengan senyum tipis berkesan sinis.

"Mengapa kau lari dari tempat pengintaianmu tadi, Jahanam Tua?! Bukankah kau mencari orang yang telah membunuh Hantu Urat lblis?! Bukankah kau juga tahu bahwa akulah orang yang kalahkan si Hantu Urat lblis?! Kurasa kau juga tahu bahwa akulah orang yang akan menjadi pelindung titisan Eyang Tapak Lintang?!"

"Bangsat busuk kau!" makinya dalam geram.

"Kau selalu lkut campur dalam urusanku, Tikus lumbung! Kali ini kau sudah kelewat batas dan harus kuhancurkan, Karena kutahu kau yang bernama Pendekar Mabuk dan Raja Gundalana telah memberiku penjelasan, Memang kaulah yang kalahkan si Hantu Urat lblis! Aku memang tahu kau yang akan menjadi pelindung sang titisan itu menurut wangsit yang kuterima dari dewata dalam mimpiku!"

"Lakukanlah! Kau tak perlu mengganggu kedua sahabatku; Santana dan Karina itu. Langsung saja hadapi aku!"

"Sutooo.." seru Dianti sambil berlari menuruni lereng perbuklitan itu.

"Sutooo... tunggu aku...."

Bruuss..!

"Dianti?! pekik Suto kaget melihat Dianti Jatuh dan terguling-guling. la pun segera berkelebat hampiri Dianti yang masih berguling-guling.

"Aaadoow..." jerit Dianti dengan suara manja nya. Pendekar Mabuk berhasil menyambar tubuh yang terguling-guling itu dan segera membawa nya ke tempat aman.

"Dian, seharusnya kau tetap di atas sana jangan Ikut turun!"

"Ouuh.. tanganku... tanganku perih, Suto! Aduuh... tulang kakiku bengkak. Bagaimana ini! Suto...?!" rengek Dianti manja sekali. la menangis sambil memegangi bagian yang sakit.

"Minumlah tuakku biar rasa sakitmu hilang!" ujar Suto Sinting, lalu segera menyodorkan bumbung tuaknya.

"Aku... aku tidak boleh minum tuak. Nanti aku mabukl" ucap si gadis dengan kemanjaan yang menjengkelkan sekali.

"Ini bukan tuak biasa yang mudah memabukkan. Ini tuak obat, bisa untuk sembuhkan luka."

"Tapi kalau aku nanti mabuk, bagaimana?"

"Masa bodohlah!" ujar Suto Sinting akhirnya tak bisa sembunyikan kekesalan hatinya. la segera memandang ke arah Jahanam Tua. Matanya segera terbelalak kaget karena si Jahanam Tua sudah tak ada. Mata lebar itu memandang sekeliling, ternyata Jahanam Tua sudah sampal ke puncak bukit, jauh dari tempat itu.

Rupanya saat Suto Sinting menolong Dianti, Ia Memperoleh kesempatan emas untuk melarikan diri secepat mungkin. Dalam waktu beberapa kejap. Ia sudah sampai di tempat jauh tanpa pedulikan Suto Sinting dan Santana serta Karina. Mungkin juga karena ia terluka bakar cukup parah, Sehingga ia perlu menyingkir lebih dulu agar kelak dapat hadapi Pendekar Mabuk dalam keadaan segar dan siap betul.

"Sial! Dia melarikan diri sejauh itu!" Gerutu Pendekar Mabuk sambil bertolak pinggang.

"Syukurlah dia telah lari, ujar Dianti dengan suara manjanya yang membuat Suto menggeram dongkol itu.

"Sutooo...! Tolong si Karina ini!" teriak Santana dari tempatnya.

Dianti memandang ke arah Santana dan menatap seraut wajah cantik milik Karina. la segera ajukan tanya dengan masih menyeringai kesakitan.

"Siapa gadis itu, Suto?!"

"Sahabatku! Suto Sinting bergegas hampiri Santana.

"Suto, kau ingin tinggalkan aku lagi di sini?!" Seru Dianti.

"Kalau kau mau kenal sahabat-sahabatku, Ikutlah aku!" kata Suto Sinting dengan suara sedikit ketus karena menahan kejengkelan dalam hatinya.

"Bawa aku ke sana, Suto. Aku tak bisa Jalan. Pergelangan kaki ku terkilir...."

"Uuuhhh!" Geram hati Suto Sinting. Geregetan sekali dengan kemanjaan seperti itu.

Seandainya Dianti belum terlanjur bicara menyinggung tentang titisan Eyang Tapak Lintang, mungkin Suto Sinting tak keberatan jika harus tinggalkan Dianti. Terus terang saja, Suto tak tahan dengan kemanjaan dan kecengengan Dianti Anggraini itu. Muak, tapi terpaksa harus ditelan terus kemuakannya itu, karena la butuh informasi dari gadis itu tentang siapa sang titisan yang berhak memegang pusaka Pedang Jagal Keramat itu.

Sekarang, pedang tersebut masih dititipkan di Lembah Seram, dalam penjagaan si Kusir Hantu, Yaitu seorang tokoh tua berilmu tinggi yang mempunyai dua cucu cantik; Pematang Hati dan Mahligai Sukma. Sedangkan di pondok itu juga tinggal si Tenda Biru dan Panji Klobot. Bahkan tempo hari, setelah Pedang Jagal Keramat berhasil direbut Pendekar Mabuk dari tangan

Dewi Ranjang, mereka segera pergi ke pondok si Kusir Hantu, ke cuali Pandawi yang memisahkan diri. Santana akhirnya Ikut tinggal di pondok Itu bersama Karina, sebab Karina merasa ikut bertanggung Jawab menjaga Pedang Jagal Keramat yang pernah di impikan oleh mendiang ibunya yang bernama Rukmina itu.

1
arumazam
lucu
arumazam
seru jg
arumazam
mantapppp
Mukmini Salasiyanti
kpn nih up nya, Thor???
☺🙏💪
Mukmini Salasiyanti
Salken, Mas Thor...
mampir yaaa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!