calon suamiku tidak datang di hari pernikahan kami,sementara keluarga pamanku mendesak agar aku mencari pengantin penganti agar mereka merasa tidak di permalukan.terpaksa,aku meminta supir truk yang ku anggap tengil untuk menikahiku,tapi di luar dugaanku, suami penganti ya aku sepelehkan banyak orang itu...... bukan orang sembarang bagaaiman bisa begitu dia berkuasa dan sangat menakutkan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sheena Sheeila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
17 digigit
"Uhmmm!"
Aku menahan nafasku dan menutup bibirku rapat-rapat,saat sesuatu memenuhi bagain tubuhku. Penuh dan sesak. Sedikit perih namun tidak ku akui karna tidak rela Rizal akan menghentikan kenikmatan yang baru kurasa kan ini begitu saja.
"Katakan klau kau tidak nyaman,sayang!" bisik Rizal lirih di telingaku.
"Tidak apa,Rizal.aku menyukainya," jawabku jujur.
Dalam kondisi sebegitu menyenangkan begini aku mana bisa berbohong. Kalaupun menahan malu mulutku mengatakan tidak, desahan dan liukan tubuhku tak bisa mengkhianati apa yang ku rasakan.
"Katakan saja apa yang kau inginkan,sayang. Aku suamimu.....jangan malu, jangan ditahan.."gumam mesra Rizal semakin mengobarkan gairahku.
" Arghhh..."
Hanya satu kata itu yang berkali-kali lolos dari bibirku. Tak bisa mengungkapkan apapun lagi. Biar Rizal bisa menerjemahkan nya sendiri. Bahwa aku sudah tengelam dalam permainannya. Yang aku rasakan ternyata begitu indah diperlakukan begini. Entahlah,apa pria ini sudah berpengalaman dalam hal ini?
Peluh di antara kami sudah bercucuran dan keintiman ini begitu tidak bisa di tahan kan lagi. Ada rasa dalam diriku seperti hendak ambrol saja namun Rizal seperti masih terus bermain.
Aku tidak tahu berapa lama kami memfosir tenaga untuk aktifitas malam ini. Yang kurasakan ketika frekuensi gerakannya memasuki ku semakin rapat tubuhku bahkan sampai limbung tak berdaya karna kelelahan.
Oh.begitulah rasanya syurga dunia?
Aku bahkan pernah melupakan menjadi orang begitu kasihan karna dicampakkan calon suamiku di hari pernikahan kami.
***
"Aku pergi dulu. Apa kau butuh sesuatu biar nanti aku belikan sekalian?" Rizal bersiap hendak pergi dan aku masih membuntutinya untuk mengantarnya sampai depan.
"Eh,kartumu masih ada padaku. Kau pasti membutuhkannya.'' aku baru ingat debit card yang masih ada di dompetku. Saat hendak mengambilnya di kamar,Rizal menahan lenganku.
"Itu untukmu. Kau bisa pake untuk keperluanmu saja."
"Terus,buat kamu bagaimana?" tentu aku berpikir pria ini tidak ada uang lagi klau kartunnya aku yang bawah.
"Gampang itu," tukasnya sembari mengulas senyum.
"Ada sepeda motor juga,barangkali kau ingin keluar sekitar sini tanpa aku,biar tidak suntuk di rumah terus." tunjuk Rizal pada motor yang sudah nongkrong di teras rumah.
Aku menyeritkan keningku. Baru tahu klau ada sepeda motor di teras. Perasaan kemarin-kemarin tidak ada.
"Kau membelikan ku motor,Rizal?" tanyaku setengah terkejut seraya menatapnya.
"Itu motorku,Risna. Bukan baru...." Rizal mengoreksi ucapan ku.
"Oh,heheh.hanya kemarin-kemarin tidak lihat benda itu di teras saja,makanya aku kira kau membeli kan ku motor," aku menyengir sembari menggelayut manja di lengan nya.
Melihatku semanja itu,Rizal menarik tubuhku lalu mencium bibirku. Aku tidak menolak. Rasanya keintiman semalam membayang-bayangi ku dan ingin segera mengulangi lagi. Mungkin seperti itu juga keinginan Rizal. Tapi sayangnya pria ini sedang terburu-buru karena bekerja.
"Kita sempatin sebentar,ya?" Rizal tiba-tiba mengajak untuk melakukannya.
"Sudah nanti terlambat." Aku mengingatkan meski sebenarnya juga menginginkannya.
Kulihat pria tampanku mencebik namun tidak
membantah.
"Baiklah.aku berangkat dulu cari uang banyak,buat beli kamu motor."
Rizal kembali membahas motor. Hanya karna aku mengiranya membelikan ku motor tadi, Rizal jadi merasa aku ingin di belikan motor.
"Jangan. Sudah ada motor buat apa lagi motor baru. Pemborosan!" tuturku.
Seandai nya tadi aku bilang mau. Rizal pasti akan membelikannya, pria ini sedikit berlebihan saja padaku. Jadi makin cinta saja padanya.
"Ya sudah, aku pergi dulu,istriku....." tukasnya mencium keningku dan berlalu. Dia memang sedikit terburu-buru. Karenanya aku tidak menahan nya lebih lama.
Ku lambaikan tangan ketika Rizal sudah melaju dengan mobilnya itu terlihat dari pandangan.
Hatiku terasa manis mengingat saat ini memiliki suami yang baik seperti Rizal. Kuselipkan doa dalam hati, " Ya Allah,lindungilah suamiku dan lancarkan Rezekinya."
Tidak berapa lama saat Rizal pergi, aku jadi ingin sekedar jalan-jalan di sekitar komplek perumahan. Lagi pula aku butuh sesuatu untuk di beli. Kebetulan ada mini market di sekitar sini. Ada mesin anjungan tunai juga disana,sekalian aku menarik beberapa uang untuk berjaga-jaga belanja di tukang sayur.
Tiba disana aku mengucek mataku karena ada banyak nol di saldo kartu debit yang dikasih Rizal
"Apa aku salah lihat?
Itu,ada 10 digit angkanya disana.....