Theo mengkhianati sahabat serta anak dari keluarga yang sudah menjadikannya keluarga sejak ia usia 7 tahun. Ia berselingkuh dengan Zeva, istri dari Anthon, sahabat Theo. Terlalu sering menolong Zeva dari suaminya yang kasar dan penyiksa, membuat Theo memiliki perasaan pada wanita itu hingga terjadilah hubungan terlarang keduanya. "Aaaaaakh!!! Theooooo, aku mohon bawa aku kabur dan nikahi aku!" -Zeva Auliora "Maafkan aku, Zeva. Aku tidak bisa meninggalkan Anthon dan keluarganya, mereka sudah menjadikanku seperti ini" -Theo James "Zeva akan tetap menjadi istriku meskipun kamu sudah menikmati tubuhnya, aku tidak akan melepaskan wanita itu" -Anthon Stephen Bagaimana kelanjutan cinta segita dengan panasnya hubungan perselingkuhan antara Theo dan Zeva? Apakah Anthon akan menyerahkan istrinya untuk pria lain? Dukung novel ini untuk tetap berkarya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SariRani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PANGGILAN KERJA
Setelah makan siang, keluarga lengkap Galio pun berkumpul di ruang keluarga sambil merencanakan natal serta tahun baru.
Sejak bertahun tahun yang lalu, Bora menjadikan momen ini sebagai momen dimana dia akan berkunjung ke beberapa panti asuhan untuk memberi sesuatu kepada anak anak disana.
"Tahun ini, ibu dan ayah mau berkunjung ke 10 panti asuhan di Paris. Sudah ada listnya. Apakah kalian mau ikut?" tanyanya kepasa anak dan menantu.
"Bo..." belum saja Theo dan Zeva mengatakan iya sudah disela dulu oleh Anthon.
"Selalu...selalu saja anak anak panti asuhan yang ibu dan ayah perhatikan. Hahahahaa terlalu baik memang kalian menjadi orang tua hingga aku sangat malas melihat kebaikan itu" sela Anthon.
"Yang sopan, kalau ngomong. Ayah lama lama tidak bisa menolerir ketidaksopanan dan kekasaranmu ini, Thon" sahut Herjunot.
"Hahahaa..ayah ayaaah oh ayahku tercinta...aku seperti ini ya karena kalian...sudah lah aku tidak bisa dirubah lagi" ujar Anthon lalu ia berdiri.
"Ayo kita ke kamar, istriku. Aku sudah bosan disini" lanjutnya sambil mengulurkan tangan dihadapan Zeva.
Wanita itu pun meraihnya daripada kena omel dan amukannya lagi.
"Ayah..Ibu..The..Theo, aku pamit ke kamar dulu ya" ucap Zeva sopan.
Dan Anthon langsung menarik tangannya untuk mengikuti langkah kaki naik ke lantai 2.
Herjunot dan Bora hanya geleng geleng kepala sedangkan Theo menatap 2 orang yang sedang menaiki tangga dengan datar.
"Kamu sih Yah, terlalu keras dengannya sejak kecil. Dia jadi keras kepala juga seperti ini" kesal Bora menyalahkan suaminya yang memang terkesan terlalu keras mendidik Anthon dengan kurang tepat.
Anthon sangat kurang diapresiasi sejak kecil karena orang tuanya sibuk bekerja, hingga usia 7 tahun akhirnya Herjunot dan Bora memutuskan memberikan teman bermain sekaligus saudara yaitu Theo.
"Kok ayah yang salah? Ibu juga terlalu sibuk bekerja dan memanjakannya sampai Anthon menjadi seperti ini" balas Herjunot.
Theo pun menjadi penengah.
"Bukan salah ayah atau ibu. Anthon sudah tumbuh menjadi pria hebat seperti saat ini karena kalian, aku pun sama. Jadi kalian tidak boleh menyalahkan diri kalian sendiri. Kita sudah dewasa dan sikap kita saat ini menjadi tanggung jawab kita" jelasnya.
"Kamu memang anak ayah, Theo. Ayah bangga punya kamu" puji Herjunot.
"Kamu adalah permata hati kita. Segera menikah dan beri kami cucu yang seperti dirimu, Theo. Ibu juga berharap Anthon bisa berubah saat memiliki anak dengan Zeva nantinya" tambah Bora.
Theo hanya bisa memberikan senyuman tipis mendengar harapan dari ibu angkatnya itu.
Tak lama kemudian, Herjunot dan Bora pamit menuju kamar untuk tidur siang. Sedangkan Theo, ijin keluar rumah menuju kebun untuk bertanam.
Salah satu hobi Theo adalah bertanam dan menggunakan kemampuan kemampuan IT nya untuk mengatur waktu siram kebun secara otomatis melalui sebuah mesin yang dia buat.
Jadi meskipun dia tidak tinggal dirumah itu, kebun yang ia bangun tetap terawat meskipun juga perlu dibersihkan oleh tukang kebun dirumah tersebut.
Didalam kamar, Anthon benar benar tidur siang dan mengabaikan Zeva.
Wanita itu memilih untuk menatap ke luar jendela kearah kebun dimana ia bisa melihat aktivitas Theo.
"Dia sangat terampil. Terlihat tampan dengan lengan kemeja yang ia gulung keatas" batin Zeva sambil tersenyum senang.
"Aku harus segera membuat Anthon menceraikanku" lanjutnya.
Lalu ketika melihat Theo melepas kemejanya karena mungkin di kebun sudah membuat bajunya kotor, Zeva terbesit ide konyol yang sangat bodoh tapi mungkin ini satu satunya cara untuk membuat Anthon jijik padanya lalu menceraikannya.
"Apa aku perlu menggunakan Theo untuk membuat Anthon menceraikanku? Apa aku membiarkan dia tau bahwa aku selingkuh dengan saudara angkat sekaligus sahabatnya ini? Tapi bagaimana dengan Theo? Apa perasaanku kepadanya hanya sebatas untuk ini? Apakah dia bisa mengerti rencanaku ini?" pikiran Zeva tiba tiba berisik dengan ide dan perasaan yang campur aduk.
Beberapa saat kemudian, ia pun menggelengkan kepala.
"Tidak. Aku tidak bisa memanfaatkan Theo. Dia pasti akan membenciku jika tau aku menggunakannya untuk bercerai dengan Anthon. Lagipula, dia pasti lebih memilih saudaranya itu daripada aku" lanjutnya dalam hati.
Dengan pikiran yang entah kemana saja, pandangan Zeva tetap tertuju pada Theo dan tidak sengaja pria itu juga menatap kearahnya saat sadar ada sepasang mata cantik memata matai nya dari lantai 2.
"Apakah aku harus merelakan keluarga yang telah membesarkanku demi wanita ini?" batinnya.
"Jika aku mau, aku bisa saja membawanya kabur atau menyembunyikan Zeva untuk diriku sendiri. Tapi ayah dan ibu pasti akan mencarinya, membuat mereka kepikiran. Anthon pasti sangat murka dan melakukan berbagai cara untuk menemukan istrinya" lanjutnya dalam hati.
Setelah Zeva puas memandang Theo, ia pun memilih untuk tidur siang disofa.
Theo melanjutkan berkebun hingga ada panggilan masuk dari asistennya di Locronan.
"Halo, Ren. Ada apa?" tanyanya saat menerima telepon dari sahabat sekaligus ia jadikan asisten pribadinya yaitu Reno yang berusia lebih mudah 3 tahun darinya.
"Halo, sorry ganggu. Kamu belum cek email ya? Ada tender besar untuk membuat mesin olahan minyak di London. Mereka ingin bekerjasama dengan kita" jawab Reno.
"Iya. Aku belum cek. Kamu udah baca belum? Coba jelasin singkat" minta Theo.
Reno pun menjelaskan secara jelas dan rinci terkait point point kerjasamanya. Ia sudah mengerti kriteria hal penting bagi bosnya.
"Baiklah. Aku sudah menangkap garis besarnya. Besok aku akan ke kantor. Kita harus dapatkan tender ini sebelum libur panjang natal dan tahun baru" ucap Theo.
"Ok, bos" sahut Reno lalu panggilan selesai.
"Cukup menarik tender ini. Jika bisa aku dapatkan, maka jalan untuk mendapatkan proyek besar antar negara pun semakin terbuka" gumam Theo senang.
Ia pun memutuskan untuk menyelesaikan acara berkebunnya dan segera membersihkan diri agar bisa mengecek email kemudian.
Saat jam makan malam, Anthon tidak ikut karena keburu kabur bersama teman temannya menuju club mencari kesenangan.
Ya meskipun dibilang pekerjaannya di perusahaan cukup baik, tapi perilaku buruknya membuat image sebagai calon pewaris keluarga Galio tercemar.
Namun meskipun sudah tercemar tapi Anthon masih tetap menjadi orang kaya, mangkanya dia suka foya foya.
Jadi di meja makan kini hanya berempat, ada Herjunot, Bora, Theo dan Zeva.
"Memang anak itu sulit diatur. Maafkan sikap Anthon yang kekanak kanakkan ya, Zeva" celetuk Bora.
"Tidak apa apa, bu. Selamat Anthon tidak lupa jalan pulang, aku tidak masalah" sahut Zeva.
"Malah aku berharap dia lupa jalan pulang" batinnya.
Mulut dan hati berbanding terbalik.
Setelah berbicara mengenai Anthon sebentar, mereka berempat memutuskan untuk segera makan.
Di sela sela makan, Theo izin untuk besok kembali ke Locronan demi pekerjaannya.
"Ayah..ibu.. aku besok izin untuk kembali Locronan karena ada pekerjaan yang aku urus. Tapi aku akan segera kembali" ucapnya.
"Apakah urgent pekerjaannya sampai tidak bisa diwakilkan oleh asistenmu itu?" tanya Herjunot.
"Iya, Ayah. Tender besar dari London. Aku harus mendapatkannya" jawab Theo.
"Bagus sekali jika kamu berhasil mendapatkannya. Ayah mengizinkanmu" ujar Herjunot.
"Ibu juga. Ibu selalu mendukung apapun yang kamu usahakan, Theo" sahut Bora.
"Terima kasih ayah ibu. Kalian memang terbaik" ucap Theo dengan senyuman tampan.
Zeva menatap kearah Theo dengan senyuman yang sulit diartikan sebagai saudara ipar.