NovelToon NovelToon
Yogyakarta Di Tahun Yang Menyenangkan

Yogyakarta Di Tahun Yang Menyenangkan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Santika Rahayu

Ketika cinta datang dari arah yang salah, tiga hati harus memilih siapa yang harus bahagia dan siapa yang harus terluka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santika Rahayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 23

...For You Information...

...Novel ini author up seminggu 6 kali. Untuk hari libur random, jadi kalau ada satu hari dalam satu Minggu(7 hari) itu ga ada up bab baru, berarti itu hari liburnya....

...Semoga pahan ya:)...

“Oke semuanya, hari ini pak Denis gak bisa hadir, jadi kita semua jamkos..” ujar Nayla di depan kelas, yang disambut riuh oleh seluruh siswa.

“Yesss....” Gazi sampai berdiri dari kursi saking bersemangatnya.

“Tapi...” Nayla kembali melanjutkan ucapannya, “Kita dikasih tugas, jadi tolong dikerjain dulu, habis itu terserah. Kalian bebas.”

Keluh kecil terdengar dari beberapa sudut ruangan. Tetapi Nayla tetap melanjutkan tugasnya, membagikan kertas latihan soal ke tiap siswa.

Kelas mulai tenang. Nayla berjalan pelan, meletakkan kertas latihan di setiap meja. Namun ketika sampai di meja Sagara, langkahnya berhenti.

“Nih, nanti kalau ada yang susah boleh tanya gue kok.” ujarnya dengan senyum lembut.

Namun Sagara terlihat dingin, dia mengangguk singkat lalu mulai mengerjakan soal.

Nayla melanjutkan langkahnya ke bangku berikutnya, tetapi ada satu bangku yang justru langsung dilewati olehnya.

Alleta menoleh ke belakang, “Nay, gue belum dapet soal.” ujarnya memanggil Nayla yang malah melewatinya.

“Oh.” Nayla terlihat acuh, dia memberikan satu kertas berisi soal pada Alleta, namun gesturnya sedikit kasar.

Alleta menatap kertas soal di depannya beberapa detik.

Keningnya masih sedikit berkerut, bukan karena soalnya—melainkan karena sikap Nayla barusan.

Tak ingin ambil pusing, Alleta menghela napas kecil kemudian mulai membaca soal satu persatu.

Suasana kelas kembali hening, semua siswa terlihat fokus mengerjakan soal, meskipun bisik-bisik masih terdengar dari beberapa siswa yang mencari jawaban.

“Bar.., nomor tiga gimana?” ujar Nula memanggil teman di sebelahnya.

Bara menoleh, dia kemudian menuliskan rumus di sebuah catatan kecil, “Pake rumus ini, ganti variabelnya dulu.” balasnya pelan.

“Thanks.” Nula langsung menanggapi kertas tersebut dan kembali fokus mengerjakan.

Sementara di kursi paling depan, Nayla terlihat mengerjakan dengan tenang, namun beberapa kali matanya menoleh ke arah Sagara.

Sagara sendiri terlihat fokus menulis, tangannya lancar mengerjakan soal, seolah tidak ada soal yang terlalu sulit untuk membuatnya berhenti menulis.

Beberapa menit berlalu, hingga akhirnya semua siswa telah selesai mengerjakan soal. Satu persatu siswa mulai bangkit mengumpulkan hasil pekerjaan mereka di meja guru. Nayla kembali menoleh ke arah Sagara, disaat bersamaan pemuda itu bangkit dan melangkah ke meja guru.

Nayla sedikit tertegun, tatapannya tak lepas dari Sagara. Saat pemuda bermata elang itu hendak berbalik, Alleta yang juga sudah selesai mengerjakan soal melangkah ke meja guru.

“Ehh.., sory.” ujar Alleta pelan, ketika langkahnya hampir saja bertabrakan dengan Sagara.

“Gakpapa.” jawab Sagara santai, lalu kembali duduk ke bangkunya.

Kejadian itu kebetulan terjadi tepat dihadapan Nayla, “beneran?, Sagara barusan senyum?” batinnya bertanya-tanya. Padahal sangat jarang ia melihat pemuda itu tersenyum, tapi dengan Alleta??

Kenapa semudah itu??

Tanpa sadar genggaman tangannya semakin erat menggenggam pulpen, gadis itu menatap lurus ke arah Alleta. “Kenapa selalu Lo sih??” bisiknya dalam hati.

Ketika akhirnya semua siswa selesai mengerjakan soal. Beberapa siswa mulai meninggalkan kelas, ada beberapa juga yang memilih tetap diam di bangkunya bermain ponsel atau sekedar mengobrol.

“Ru, kantin yuk.” Alleta menoleh ke arah Aru yang duduk di belakangnya.

“Ayok.” ucap Aru, antusias.

Kedua gadis itu bangkit dari kursinya, “Nay, ikut gak?” tanya Alleta ketika hendak melewati Nayla.

“Gak.” Nayla membalas singkat, tidak seperti biasanya.

Alleta terdiam sesaat mendengar jawaban Nayla yang singkat dan dingin itu. Ia menatap sahabatnya beberapa detik, lalu mengangguk kecil.“Oh… yaudah.”

Tanpa memaksa, Alleta berbalik dan melangkah pergi bersama Aru menuju pintu kelas.

“Aneh banget, gak biasanya tuh anak kayak gitu.” gumam Aru yang menyadari perubahan sikap Nayla.

“Iya, gue juga bingung. Apalagi tadi pas pembagian soal, kaget banget gue tiba-tiba dilempar kertas.” ujar Alleta setuju.

Aru terlihat mulai merenung. Suasana lorong saat mereka melangkah masih sepi karena memang masih jam pelajaran, hampir tidak ada siswa yang diluar kelas.

“Tau ah. Biarin aja, emang rada-rada setres kayaknya.” celetuk Aru tiba-tiba membuat tawa Alleta hampir tersembur.

“Gak boleh gitu ih.” Alleta tertawa kecil.

Mereka terus berjalan hingga sampai di kantin. Suasana kantin masih sangat sepi, hanya ada beberapa siswa yang berbelanja.

Aru manghirup udara lega. “Akhirnya..., gak perlu ngantri.”

Alleta dan Aru segera memesan minuman lalu duduk di salah satu bangku panjang dekat jendela kantin.

Sementara di dalam kelas, Sagara terlihat sibuk membaca sebuah buku novel dengan cover hitam. Sepasang handset terpasang di telinganya.

Hawa tercipta di dunia

Untuk menemani sang Adam

Begitu juga dirimu

Tercipta tuk temani aku

Renungkan sejenak

Arti hadirku di sini

Jangan pernah ingkari

Dirimu adalah wanita

^^^Dua Sejoli^^^

^^^Dewa 19^^^

Sagara langsung menoleh, saat salah satu handset di telinganya ditarik hingga terlepas.

Nayla berdiri dihadapan Sagara dengan senyum manisnya, “Sory ganggu, soalnya gue panggil lo gak denger.”

Sagara langsung mengalihkan pandangannya dari buku, “Ada apa?” tanyanya singkat.

“Ini, gue bikin bekal lebih.” kata Nayla sembari menyodorkan kotak bekalnya pada Sagara.

Sagara tidak langsung menerimanya, dia hanya melirik kotak bekal itu singkat, “Gak, makasih.” tolaknya.

Nayla sedikit terdiam saat Sagara menolak. Namun senyum di wajahnya tak langsung pudar.

“Oh… yaudah.” Tangannya tetap menggenggam kotak bekal itu beberapa detik sebelum akhirnya ia menariknya kembali.

Sagara kembali menunduk dan fokus ke bukunya, salah satu handset yang terlepas juga ia pasang kembali.

Nayla melangkah pelan ke bangkunya, ada rasa kesal di benaknya karena Sagara selalu menolak pemberiannya.

Di belakang, Gazi dan Vero yang kebetulan sedang bermain game, memperhatikan hal tersebut. “Ehh, lo nyadar gak si?” bisik Vero pelan.

“Nyadar lah, yakali gue pingsan.” jawab Gazi sarkas.

“Bukan itu, kayaknya Nayla suka deh sama Sagara.” kata Vero lagi, dia memelankan suaranya agar hanya Gazi yang mendengarnya.

Gazi melirik sekilas ke arah Nayla yang kini duduk membelakangi mereka, pundaknya sedikit tegang.

Lalu matanya berpindah ke Sagara yang kembali tenggelam dalam buku.

“Kelihatan banget,” gumam Gazi.

“Kann.., kasihan sih. Cewek secantik itu cintanya bertepuk sebelah tangan.” ucap Vero pelan.

“Iya ya, lagian ngapain suka sama kulkas dua pintu, gantengan juga gue.” kata Gazi percaya diri.

...****************...

“Bunda..., ada kakak Alleta...” Naren berlari girang ke arah dapur memanggil bundanya saat Alleta datang.

Di dapur, bunda Rani yang sedang memasak nasi menoleh, wajahnya langsung tersenyum.

“Alleta dateng?” tanyanya lembut.

“Iyaa...” Naren mengangguk cepat lalu kembali ke depan.

Alleta yang baru saja memasuki teras warung, berjongkok ketika Naren berlari ke arahnya.

“Hai Naren...” sapanya sembari mengacak rambut anak laki-laki tersebut.

“Kak Alleta lama gak kesini.” protes Naren dengan wajah cemberut.

“Hehe, maaf… Kakak lagi banyak tugas,” jawab Alleta lembut.

Tak lama kemudian, ibu Naren keluar dari dapur sambil mengelap tangan dengan celemek.

“Aletta,” ucapnya ramah, “udah lama gak mampir.”

“Hehe, iya bunda.” Alleta bangkit dan tersenyum sopan. “Oh ya, Luna mana?” tanyanya menanyakan adik perempuan Tristan yang tidak ia lihat keberadaannya.

“Luna masih les, bentar lagi dateng. Yaudah, duduk dulu.” Bunda Rani menarik salah satu kursi, mempersilahkan Alleta duduk. “Bunda siapin makan, lauknya mau apa?”

“Ehh, gak usah bunda, Alleta udah makan kok.” Alleta menolak pelan.

“Beneran?” Bunda Rani menatapnya sambil tersenyum.

“Iya, bener,” jawab Alleta cepat, sedikit tertawa kecil.

Disaat bersamaan, suara riuh motor berhenti tepat di depan warung makan. Beberapa orang pemuda turun, kemudian melangkah masuk ke warung.

Bunda Rani menoleh ke depan, “disini dulu ya, bunda mau layanin pelanggan.” ujar Bunda Rani kemudian melangkah meninggalkan Alleta.

Para pemuda itu terlihat mulai memenuhi kursi di teras depan, bunda Rani mengambil kertas dan mulai mencatat pesanan mereka.

Para pemuda itu berbicara cukup keras, membuat suasana warung yang semula tenang mendadak sedikit ramai. Bau asap motor dan suara tawa mereka bercampur dengan aroma nasi hangat dari dapur.

Melihat bunda Rani yang sibuk menyiapkan pesanan yang cukup banyak, Alleta inisiatif menghampirinya. “Alleta boleh bantu gak?” ujarnya menawarkan diri.

Bunda Rani tersenyum, “Boleh.”

Alleta segera menggulung lengan bajunya sedikit, lalu membantu Bunda Rani mengambilkan piring dan gelas dari rak.

“Minumnya apa aja Bun?” tanya Alleta sambil berdiri di sampingnya.

“Es teh empat, air putih dua,” jawab Bunda Rani cepat.

Alleta langsung bergerak cepat, menuang teh ke empat gelas dan menambahkan gula. Naren juga ikut membantu, bocah itu mengambil es batu dari freezer dan memberikannya pada Alleta.

Mereka bekerja sama menyiapkan pesanan dari enam orang pemuda itu. Beberapa pemuda di teras depan sempat melirik ke Alleta.

“Eh… itu cewek siapa?” bisik salah satu dari mereka.

“Anaknya mungkin,” sahut temannya sambil terkekeh.

“Cantik euii..” balas yang lainnya.

Ketika akhirnya pesanan mereka selesai, bunda Rani membawa empat piring nasi Padang pada nampan, Alleta juga mengikuti di belakangnya dengan nampan yang berisi dua piring lainnya.

Para pemuda itu terlihat tak henti memperhatikan Alleta saat gadis itu tengah menghidangkan pesanan mereka. Alleta terlihat kurang nyaman namun dia tetap tersenyum.

Setelah menghidangkan makanan, Alleta kembali ke belakang mengambil nampan yang berisi es teh dan air putih. Sementara bunda Rani, ia ke dapur untuk mengecek nasi yang dimasaknya.

“Neng cantik, nomor wa-nya berapa.” tanya salah satu pemuda dengan senyum yang mengambang.

Alleta hanya tersenyum menanggapi godaan itu.

“Sombong banget neng, kasih tau dong.” pemuda lainnya ikut menggoda.

Alleta sedikit menunduk, senyum tipisnya masih terpasang, namun langkahnya tak melambat saat ia meletakkan gelas-gelas minuman di atas meja mereka.

“Ini minumnya,” ucapnya sopan.

“Neng,… cantik gini, punya pacar gak?” salah satu pemuda kembali menggodanya.

Alleta menarik napas kecil.

“Maaf ya, saya lagi bantu bunda di belakang,” jawabnya halus tanpa menatap terlalu lama, lalu berbalik hendak pergi.

Namun salah satu dari mereka bersiul kecil.“Ehh, galak amat. Bercanda doang, neng.”

Belum sempat Alleta melangkah, tangan seorang pemuda tiba-tiba menariknya hingga Alleta berbalik.

Alleta terkejut.

Refleks tangannya menarik diri, namun genggaman itu masih sempat membuat langkahnya goyah.

“Neng…” suara pemuda itu terdengar rendah, terlalu dekat. “Jangan sok jual mahal gitu dong..”

“Lepasin.” Alleta menyentak kuat hingga genggamannya terlepas.

Pemuda itu tertawa kecil saat genggaman mereka terlepas.

“Wah, galak juga ya.”

Alleta mundur satu langkah, jantungnya berdegup kencang. Tangannya mengepal di sisi tubuh. “Tolong jaga sikap,” ucapnya lirih tapi tegas.

Suasana di teras warung mendadak hening beberapa detik.

Naren yang sejak tadi memperhatikan dari dalam, berlari ke arah Bunda Rani.“Bun… itu kak Alleta…”

Disaat yang sama, seseorang tiba-tiba menarik lengan pemuda yang melangkah mendekat ke arah Alleta.

“Ngapain kalian?”

Suaranya rendah, tenang. Namun cukup membuat seisi teras membeku.

Para pemuda itu menoleh, dihadapannya berdiri Sagara. “Siapa Lo, gak usah ikut campur.” ujarnya dengan nada mengejek.

Bunda Rani yang baru keluar dari dapur langsung menarik Alleta ke sampingnya. “Kamu gak apa-apa sayang?” Bunda Rani terlihat khawatir.

Alleta menggeleng pelan, kemudian menoleh ke arah Sagara.

“Gak perlu tau saya siapa.” kata Sagara rendah, dia hendak melangkah ke arah Alleta. Namun...

Bugg...

Bogeman mentah tiba-tiba mendarat di rahang pemuda bermata elang itu membuatnya sedikit terhuyung.

“Sagara...!!!” Alleta hendak berlari mendekati Sagara namun bunda Rani menahannya.

“Alleta, jangan!” ucap Bunda Rani panik.

Sagara mengusap sudut bibirnya dengan punggung tangan, darah tipis terlihat di sana.

Namun bukannya marah, sorot matanya justru semakin dingin.

Dia mendekati pemuda yang memukulnya dan langsung melayangkan tendangan keras ke perutnya. Pemuda yang terjatuh itu meringis sambil memegangi perutnya.

Wajah teman-temannya langsung berubah panik. Sagara berdiri tegak di depan mereka.Tatapannya dingin, napasnya stabil, seolah tendangan barusan bukan apa-apa.

“Pergi kalian semua..!!, atau saya panggil polisi!!” Bunda Rani berteriak panik.

Salah satu dari mereka membantu temannya berdiri.Tak ada lagi tawa, tak ada lagi ejekan.

“Y-yaudah… cabut… cabut.”

Mereka berjalan tergesa menuju motor. Mesin dinyalakan terburu-buru, ban mencicit tipis sebelum akhirnya ketiga motor itu menghilang di ujung jalan.

Teras warung kembali sunyi. Alleta langsung menghampiri Sagara, “Sa, Lo gak apa-apa?” tanyanya khawatir.

“Gak.” Pemuda itu menoleh ke arah Alleta, “Lo gak apa-apa?” ujarnya bertanya balik.

“Gue baik-baik aja, tapi lo berdarah Sa.” Wajah Alleta terlihat sangat khawatir saat darah menetes pelan di sudut bibir Sagara.

Bunda Rani menghampiri mereka, “Ayo duduk dulu, bunda ambilin obat.” ucapannya tak kalah khawatir.

Naren menarik sebuah kursi mempersilahkan Sagara duduk, “Duduk sini, Kak.”

Sagara menurut. Ia duduk perlahan di kursi kayu dekat dinding warung.

Alleta berdiri di hadapannya, tangannya gelisah, pandangannya tak lepas dari sudut bibir Sagara yang masih mengeluarkan darah tipis.

Tak lama berselang, bunda Rani kembali membawa kotak P3K kecil di tangannya dan memberikannya pada Alleta.

Alleta langsung duduk di samping Sagara, dia membuka kotak P3K itu. Alleta mengambil kapas dan cairan antiseptik, lalu dengan hati-hati membersihkan darah di sudut bibir Sagara. Sagara sedikit meringis, tapi tak berkata apa-apa.

“Maaf…” Alleta berbisik.

“Gara-gara gue, jadi ribet begini…”

Sagara menatap Alleta yang masih sibuk mengoleskan obat di sudut bibirnya, “Bukan salah Lo. Otak mereka aja yang bermasalah.” Nada suaranya rendah dan tenang.

“Iya Alleta, bukan salah kamu. Mereka itu emang sering bikin onar dimana-mana, bunda selalu was-was kalau mereka datang kesini.” jelas Bunda Rani.

Sagara merogoh saku, mengambil dompetnya. Dia mengeluarkan beberapa lembar uang, “Ini Bun, biar saya yang bayar makanan mereka. Mereka kabur kan karena saya.”

Bunda Rani langsung menggeleng cepat.“Gak usah, Nak. Gak usah dibayar, kamu juga udah tolong usir mereka. Bunda terimakasih banget.”

Sagara tetap menyodorkan uang itu.

“Ambil aja, Bun.”

Alleta menoleh ke arah Sagara.

“Sa… jangan. Biar gue aja yang ganti”

Sagara menatap Alleta singkat, sorot matanya tegas tapi lembut.

“Gak apa-apa. Biar gue aja”

Bunda Rani tertawa kecil, dia mendorong uang itu kembali ke Sagara. “Udah gak usah. Yang penting kita semua baik-baik aja. Udah simpen lagi uangnya. Makanan itu anggap aja sedekah.” kata bunda Rani benar-benar menolak.

Sagara akhirnya menarik kembali dompetnya dan menyimpannya.

Alleta menutup kotak P3K lalu berdiri perlahan. Matanya masih meneliti wajah Sagara, seakan takut ada luka lain yang terlewat.

“Makasih ya, Sa,” ucapnya lirih.

...Bersambung......

...-Jangan menilai perempuan dari pakaiannya. Mau setertutup apapun perempuan menutupi dirinya, jika laki-laki melihatnya dengan pikiran yang kotor tetap saja akan terpancing nafsunya.–...

1
Siti Nina
Klw bisa dua" nya kenapa harus pilih satu 😄
Siti Nina
Klw bisa dua" nya kenapa harus pilih satu 😄
butterfly
lanjut thor 💪💪💪💪💪
Lilis N Andini
sagara alleta 😍
Fathur Rosi
asik akhirnya up lagi
butterfly
lanjuttttt💪💪💪💪
Fathur Rosi
up Thor......... gasssss
Fathur Rosi
up Thor......... gasssss
Fathur Rosi
mantap
Lilis N Andini
lanjut /Rose//Rose//Rose//Rose//Rose/
Sant.ikaa
Kalian tim Tristan Alleta OR Sagara Alleta
Sant.ikaa
Yang mau lanjut absen dongg
butterfly
lanjut thor 💪💪
Sant.ikaa: sudah nihh
total 1 replies
Fathur Rosi
asik ceritanya...... gassssss
Siti Nina
Oke ceritanya Thor 👍👍👍
Lilis N Andini
ceritanya bagus,dengan latar sekolah yang menggemaskan seakan bernostalgia ketika masa putih abu
Sant.ikaa: terimakasih dukungannya😊
total 1 replies
Lilis N Andini
ditunggu upnya kak/Heart/🙏
Lilis N Andini
Aku mampir kak....semangat/Rose//Rose/
kalea rizuky
lanjut banyak thor nanti q ksih hadiah
kalea rizuky
aduh km knp Tristan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!