Andra dan Trista terpaksa menikah karena dijodohkan. Padahal mereka sudah sama-sama memiliki kekasih. Pernikahan kontrak terjadi. Dimana Andra dan Trista sepakat kalau pernikahan mereka hanyalah status.
Suatu hari, Andra dan Trista mabuk bersama. Mereka melakukan cinta satu malam. Sejak saat itu, benih-benih cinta mulai tumbuh di hati mereka. Trista dan Andra terpaksa menyembunyikan kedekatan mereka dari kekasih masing-masing. Terutama Trista yang kekasihnya ternyata adalah seorang bos mafia berbahaya dan penuh obsesi.
"Punya istri kok rasanya kayak selingkuhan." - Andra.
"Pssst! Diam! Nanti ada yang dengar." - Trista.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 35 - Cemas
Andra berdiri di depan pintu villa dengan tangan mengepal, memandangi jalan gelap yang perlahan ditelan sunyi. Mobil Regan sudah hilang sejak lama, hanya menyisakan bayangan samar di benaknya, bayangan Trista duduk di kursi penumpang dengan wajah lelah.
Ia menunggu. Satu jam berlalu. Dua jam. Tiga.
Angin malam menyusup ke dalam kulitnya, tapi Andra tetap di tempat. Ia menolak masuk. Menolak duduk. Menolak istirahat. Namun semakin waktu berjalan, semakin besar ketidaktenangan mencengkeram dadanya.
Pukul 02.00 dini hari, Andra masih di depan villa, bersandar pada dinding, tangan melingkar di dada. Napasnya berat. Ia sudah menelpon Trista puluhan kali. Tidak aktif. Ingin menelpon Regan. Tapi tak ada nomornya.
“Brengsek… ada yang nggak beres,” gumamnya lirih. Ia melangkah bolak-balik sambil mengacak rambutnya, wajahnya menegang. Matanya merah, bukan karena marah saja, tapi ketakutan.
Trista bukan tipe yang kabur. Apalagi tanpa kabar. Dan tatapan terakhir Trista, yang memintanya percaya terus terbayang di kepala.
'Kalau dia baik-baik saja, dia pasti sudah hubungi.' Andra mulai merasa mual karena cemas.
Pukul 04.30, udara semakin dingin. Embun menempel di rambut Andra yang tidak bergerak dari tempatnya sejak tadi. Teleponnya terus di tangan, jari-jari terus menggulir kontak Trista meski tidak ada jawaban. Ia akhirnya masuk sebentar untuk mengambil jaket, tapi tidak bisa bertahan di dalam. Villa terasa kosong. Terlalu sunyi. Terutama tanpa Trista.
Andra kembali duduk di tangga teras, wajah tertunduk, napas tersengal oleh frustrasi. “Tris… dimana kamu…” Setiap detik berlalu membuatnya makin panik.
Pukul 06.00, matahari mulai naik, tapi tidak ada tanda Trista kembali. Andra akhirnya berdiri, wajahnya pucat, matanya gelap oleh kelelahan dan kecemasan. Ia meraih kunci mobilnya.
“Aku cari dia. Sekarang.”
Ia mulai dari jalan villa, berharap bisa menemukan tanda-tanda. Tidak ada. Ia melajukan mobil ke arah kota, menelpon semua orang yang mungkin tahu keberadaan Regan.
“Kau lihat Regan semalam?” tanya Andra pada salah satu penjaga resort.
Penjaga itu menggeleng. “Nggak, Pak. Mobilnya cuma lewat sebentar.”
Andra melanjutkan perjalanan, menelpon koleganya, teman lama, siapa pun yang punya hubungan dengan Regan. Tidak ada satupun yang tahu.
Regan seperti hilang dari radar. Andra memukul setir dengan keras. “Sial!”
Pukul 09.00, sudah tiga jam ia mencari. Tidak ada petunjuk. Tidak ada arah. Tidak ada yang bisa ia percaya, karena Regan bukan orang biasa. Dia berpengaruh, berbahaya, dan punya koneksi yang luas.
Andra berhenti di pinggir jalan, memejamkan mata sambil memegang ponselnya erat. Ia menelpon Trista lagi. Nada tunggu.
Satu kali. Dua kali. Tiga. Andra menelan ludah. Sambungan masuk ke voicemail. Andra merosot ke kursi, menunduk sampai dahinya menyentuh setir. Suaranya pecah.
“Tris… kamu dimana…”
Ia tak pernah selemah ini. Tidak pernah secemas ini. Tapi Trista, perempuan itu sudah menjadi sesuatu yang ia takut kehilangan. Ia bangkit lagi dengan sisa tenaga.
“Aku cari Regan. Aku harus temuin dia.”
Andra tak tahu harus kemana mencari. Namun dia yakin Regan sengaja membawa Trista diam-diam karena mengetahui ada keanehan di antara Andra dan Trista. Sekarang Andra hanya berharap Regan tidak menyakiti Trista. Mengingat Regan juga mencintai Trista seperti dirinya.
Namun Andra salah, karena sekarang Regan mengurung Trista di sebuah kamar markas rahasianya di Bali. Kedua tangan Trista di ikat ke dipan dan Regan bersiap untuk menidurinya.
Ini adalah konsep cinta tanpa syarat yang fokus pada kebahagiaan mereka yang dicintai, bukan pada keuntungan diri sendiri.
Cinta yang tulus dan ikhlas tanpa menuntut kepemilikan atau balasan, mengutamakan kebahagiaan orang yang dicintai bahkan jika harus merelakannya pergi...👍🤧😭
aku salut
Salah satu bentuk cinta sejati adalah ketika kita bersedia merelakan dan menerima kenyataan bahwa orang yang kita cintai mungkin lebih bahagia dengan orang lain, dan kita harus turut berbahagia untuknya.
Cinta yang tulus bukan hanya soal kebersamaan fisik.
Kadang melepaskan adalah bentuk kasih sayang terbesar, bukti bahwa kamu memegang tangan seseorang, walau pada akhirnya membiarkannya pergi.
Karena cinta sejati adalah memberi kebahagiaan, bahkan dari kejauhan...🤧