Pesona Sang Devil

Happy reading..

Tubuh Lili tak sengaja menyenggol gelas minuman yang dipegang seorang pria tampan yang kebetulan melintas didekat Lili.

"Uppst.. Maaf." ucap Lili sambil melihat kearah Pria tampan itu.

"Nona Lili."

"Tuan tampan." pekik Lili keceplosan menyebut pria itu.

Mendengar Lili memanggil seseorang dengan sebutan Tuan tampan membuat jiwa kekepoan Lia keluar seketika.

"Siapa? Kenal?" Lia berbisik pelan di telinga Lili.

"Pasti kenal lah. Dia itu Tuan Jayden Prayoga, temannya Bos Giordan." balas Lili terdengar oleh sang empunya.

Jayden tersenyum memperlihatkan deretan giginya yang putih dan rapi, bak iklan pasta gigi yang terkenal.

"Senyumnya aja sudah buat aku termewek-mewek, apalagi pelukannya. Ohh, damai dan nyaman sekali. Jika buat bersandar, dada bidang itu." gumam Lia.

Pletak..

Lili menyentil kening Lia untuk menyadarkan dari lamunan yang mesum di otak sahabatnya itu.

"Mesum terus!" ejek Lili.

"Siapa.. Siapa..?" elak Lia.

"Kamu ketahuan lagi mikir mesum kan.. Minta direndam pakai citroen nih!" senggol Lili pada lengan Lia.

"Hussh.. Dikira lantai kamar mandi mau disikat pakai citroen." cemberut Lia.

"Eheem." Jayden berdehem memberikan kode kepada dua sahabat semprull itu. Bahwa dia masih bernafas, bukan boneka pajangan.

"Ehh, lupa. Kalau masih ada Tuan tampan." cengir Lia.

Dengan skenario yang sudah tertata rapi. Jayden memulai aksinya untuk menarik simpati Lili.

"Maafkan saya, Nona Lili. Tidak berhati-hati berjalan." Jayden membuka suara yang membuat Lili merasa bersalah sudah membuat tumpah minumannya.

"Bukan Tuan Jayden yang bersalah. Maafkan keteledoran saya." balas Lili meminta maaf pada Jayden.

Lili mendekat ke arah Jayden dan berdiri di hadapannya untuk membersihkan tumpahan kopi yang mengotori pakaian Jayden.

Tidak ada pikiran apapun dalam otak Lili, terkecuali hanya ingin membersihkan pakaian Jayden dari tumpahan kopi yang disenggol ringan oleh Lili. Namun tanpa disadari Lili, perbuatannya itu diabadikan seseorang dari jauh dengan membidikan kamera ponselnya ke arah dua insan yang berlawanan jenis itu, seperti pasangan romantis yang saling perhatian pada pasangannya.

Raut wajah Jayden saat ini terlihat senang diperlakukan Lili seperti layaknya seorang kekasih yang memberikan perhatiannya kepada sang pemilik hati.

Sedangkan laki-laki yang telah mendapatkan apa yang diperintahkan oleh Tuannya, segera menghilang dari area kejadian untuk menyelamatkan hasil bidikannya.

"Lumayan buat tambahan belanja bini di rumah." Laki-laki itu mencium ponselnya sambil berjalan menjauh dari area.

Kali ini kerja yang ringan tapi penghasilan lumayan besar yang didapatkan laki-laki itu untuk Bosnya.

Dalam dunia bisnis mempunyai mata-mata di setiap kompetitor bisnis itu sudah hal biasa. Saling menjatuhkan untuk meraih tujuan yang berbeda. Mencari informasi perusahaan demi kepentingan pribadi yang menghancurkan rivalnya. Dengan kecanggihan dunia digital semakin meringankan kerja para stalker untuk menemukan yang diharapkan para pemburu infomasi yang penting.

Rasa hangat mengalir di rongga dada Jayden. Ia begitu bahagia bisa berdekatan dengan orang yang telah lama diimpikannya. Ya benar, Lili adalah gadis yang menolongnya waktu itu. Perubahan yang tidak mencolok dalam diri Lili, membuat Jayden mudah mengingat wajah gadis itu. Hanya sekarang ini, dia lebih terlihat dewasa dan semakin anggun tingkah lakunya.

"Menggemaskan!" bathin Jayden.

Lia yang melihat gelagat Jayden beraroma negatif langsung menarik mundur tangan Lili.

"Kenalin juga dong aku." genit Lia.

"Apa-apaan sih, Lia!" gerutunya.

"Jangan dikekepin sendiri, napa!"

"Mau?" ledek Lili.

"Pasti mau, bening juga!" ujar Lia menyakinkan Lili.

Senyum Lia yang dilihatkan semanis mungkin di hadapan Jayden untuk mengalihkan perhatiannya pada sahabatnya itu.

"Lia" dengan narsisnya Lia mengulurkan tangannya ke arah Jayden.

Jayden membalas uluran tangan Lia dan mengangguk dengan raut wajah dibuat semaksimal mungkin. Jayden melirik ke arah gadisnya yang hanya terdiam mematung dan memandang ke arah lain. Bathin Jayden berteriak kegirangan melihat reaksi gadisnya.

"Yes, dia cemburu melihat temannya mendekatiku. Aku harus mencari cara untuk membuat gadis itu semakin cemburu." yakin Jayden.

Sedangkan bathin Lili. "Ini Lia ngapain sih, pakai acara genit-genit ke Tuan Jayden. Kan malu seperti itu."

Beda lagi yang ada dalam bathin Lia. "Aku harus menyelamatkan sahabatku dari perang dunia yang diciptakan oleh Pria ini. Tampan sih! Tapi kalau menghancurkan rumah tangga sahabat aku! Ya, maaf-maaf saja! Harus ditenggelamkan orang seperti dia sebelum rencananya berhasil! Yang paling penting itu, jangan sampai aku jadi santapan empuk para Singa jantan di kandang milik Tuan Giordan!"

"Jayden." ucap Pria itu menyebutkan namanya kepada Lia.

"Jayden.. Oh, nama yang keren yang pas berdampingan dengan Lia di surat nikah yang masih kosong."

Kalimat Lia yang disambut senyuman renyah oleh pria tampan yang sedang membuat cemburu gadis impiannya.

"Apa sih kiat-kiatnya biar tetap cute begitu? Gemesin banget." goda Lia.

"Bahagia! Kita harus selalu bahagia. Karena bahagia itu sederhana." jawab Jayden dengan tersenyum.

"Kalau bahagia itu sederhana versi Nona Lili, bagaimana?" tanya Jayden menatap ke arah Lili.

Ditodong pertanyaan seperti itu oleh pria tampan di depannya, Lili tersenyum lalu menjawabnya. "Bahagia itu sederhana, ketika melihat readers memencet tombol 👍 like dan mengisi kolom komentar dengan komen yang positif dalam kisah cinta GILI."

"Wow.. Se-simple itu kah, bahagia Nona Lili?" Jayden terkesiap dengan kata-kata Lili yang sangat sederhana sekali.

"Murah dan mudah, versi saya. Karena membahagiakan dan membuka jalan rezeki bagi orang lain adalah ladang pahala buat tabungan kita kelak." sambung Lili.

Jayden semakin jatuh cinta mengenal Lili lebih dekat. Ternyata Gadis yang jadi impiannya itu sangat rendah hati dan mandiri.

Melihat binar cinta yang terus bersinar di mata Jayden. Lia segera berpamitan untuk membawa Lili pergi dari hadapan Jayden.

"Tuan Jayden. Kita pamit undur diri dulu ya. Maafkan pertemuan kita hanya sekejap saja. Tapi aku berharap hubungan kita tetap berlanjut seperti novel ongoing." ujar Lia.

"Iya gak apa-apa. Terimakasih sudah bersedia ngobrol dengan saya. Walaupun hanya singkat waktunya." balas Jayden.

"Sama-sama, Tuan Jayden. Walaupun singkat tetap menjadi kenangan yang manis buat saya. Biarkan kopi saja yang terasa pahit." balas Lia.

Lili hanya bisa menggelengkan kepalanya dan menutup bibirnya menahan ketawa melihat kelakuan genit sahabatnya itu.

"Iki ati duk parkiran. Maju mundur rah karuan. Iki ati duk layangan. Tarik ulur sembarangan. Nanging tresno Iki uduk es teh plastikan sing mbok cantolne. Pikir keri. Pikir mburi." Lili bernyanyi mengalihkan pandangannya ke sembarang arah.

"Cinta tegarkan hatiku tak mau sesuatu merenggut engkau. Naluriku berkata tak ingin terulang lagi. Kehilangan cinta, hati bagai raga tak bernyawa." sahut Lia.

🌟🌟🌟🌟🌟

Bersambung...

Duo Semprull yang selalu terkekeh jika menjadi satu.. 😂😂