NovelToon NovelToon
My Boss, My Past, My Sin

My Boss, My Past, My Sin

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan di Kantor / Bad Boy / One Night Stand / CEO / Hamil di luar nikah / Cintapertama
Popularitas:10.3k
Nilai: 5
Nama Author: Yudi Chandra

Tujuh belas tahun lalu, Ethan Royce Adler, ketua geng motor DOMINION, menghabiskan satu malam penuh gairah dengan seorang gadis cantik yang bahkan tak ia ketahui namanya.

Kini, di usia 35 tahun, Ethan adalah CEO AdlerTech Industries—dingin, berkuasa, dan masih terikat pada wajah gadis yang dulu memabukkannya.
Sampai takdir mempertemukannya kembali...

Namun sayang... Wanita itu tak mengingatnya.

Keira Althea.

Cerewet, keras kepala, bar-bar.
Dan tanpa sadar, masih memiliki kekuatan yang sama untuk menghancurkan pertahanan Ethan.

“Jangan goda batas sabarku, Keira. Sekali aku ingin, tak ada yang bisa menyelamatkanmu dariku.”_ Ethan.
“Coba saja, Pak Ethan. Lihat siapa yang terbakar lebih dulu.”_ Keira.

Dua karakter keras kepala.
Satu rahasia yang mengikat masa lalu dan masa kini.
Dan cinta yang terlalu liar untuk jinak—bahkan ol

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yudi Chandra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

34

Pagi itu, matahari baru saja naik, menyinari rumah sederhana Keira dengan cahaya keemasan yang lembut. Udara hangat merayap masuk lewat jendela dapur yang terbuka sedikit, membawa aroma embun dan daun basah. Keira berdiri di depan kompor dengan celemek hijau pupus yang bahkan belum pernah ia pakai sebelumnya—karena seumur hidupnya, memasak adalah kegiatan yang selalu ia hindari.

Tapi pagi ini berbeda.

Keira menatap telur dadar di wajan dengan wajah penuh tekad, alis bertaut, rambut berantakan yang ia ikat asal-asalan. Telurnya… yah, sudah gosong di pinggir. Tapi ia tetap mencoba membaliknya, walau hasilnya malah membuat telur itu terlipat aneh seperti surat cinta yang gagal dilipat rapi.

“Demi anak tercinta, gue harus bisa…” gumam Keira sambil menggigit bibir.

Ia menambahkan sedikit garam.

Oke, mungkin bukan “sedikit”.

Satu kali kocokan tangan Keira sama dengan tiga kali lipat garam dari orang normal.

Keira menatap hasilnya yang… ya… cukup membuat wajan tampak menderita.

Tapi dia tersenyum bangga.

Ini demi Aiden.

Biasanya Aiden yang bangun pagi, masak sarapan, bahkan bikin kopi untuknya. Anak itu terlalu mandiri untuk usianya. Terlalu dewasa. Terlalu banyak mengambil peran. Jadi hari ini, Keira ingin membalik keadaan—walau dirinya tidak terlalu yakin bisa melakukannya.

Setelah menata telur gosong itu di piring, ia menatap meja makan kecil dengan bangga.

“Perfect!” katanya keras, padahal dari 10 orang yang melihat, 11 akan bilang itu bencana.

Dengan semangat yang hanya muncul ketika ia membela seseorang yang ia cintai, Keira melangkah menuju kamar Aiden.

Keira membuka pintu kamar Aiden dengan hati-hati. Remaja tampan itu masih terlelap, rambut acak-acakan, wajah tenang seperti tidak pernah marah sehari pun dalam hidupnya—padahal kenyataannya Aiden bisa sangat dingin kalau sedang tidak suka.

“Aiden… bangun, sayang.” panggil Keira lembut.

Tidak ada respons.

Keira menggoyang-goyang bahu Aiden. “Bangun, sayang. Mama masakin sarapan.”

Aiden mengerjap pelan, matanya masih berat. “Mama masak… apa?”

Nadanya tidak percaya. Bukan ketidaksopanan. Lebih ke pengalaman bertahun-tahun yang membuatnya tahu: Keira + dapur \= potensi kebakaran.

Keira tersenyum lebar. “Pokoknya… Mama masak! Bangun dulu!”

Itu membuat Aiden langsung duduk.

“Ha?”

Dia sampai terbangun total.

Keira menarik lengannya dengan semangat seperti anak kecil yang ingin memamerkan gambar barunya.

“Ayo, ayo! Mama bangga banget, loh!”

Aiden masih bingung setengah hidup.

Tapi ia mengikuti ibunya ke ruang makan.

Begitu sampai di meja makan, Aiden berhenti.

Lama.

Sangat lama.

Matanya menatap telur hitam kecokelatan yang entah kenapa terlihat lebih mengerikan dari sekadar telur gosong biasa. Garam terlihat seperti pasir pantai yang ditebar ceroboh. Asap tipis masih mengepul… entah dari mana.

Aiden kehilangan kata-kata.

Keira menepuk pinggang dengan bangga. “Nah! Gimana? Mama bikin special buat kamu!”

Aiden duduk pelan, seperti seseorang yang mendekati ranjau.

Ia mengambil garpu.

Mencoba memotong telur.

Telurnya bunyi krek seperti kerupuk keras.

Tapi ia tetap memasukkan ke mulut.

Wajah Aiden langsung kaku.

Matanya membesar sedikit.

Lidahnya seperti diserang badai asin + gosong + pahit.

Tapi dia tidak berkata apa pun.

Keira bersandar di meja, menatapnya penuh harap.

“Gimana? Enak nggak masakan mama?”

Aiden, dengan seluruh kekuatan mental yang ia punya, mengangguk. “…Enak.”

Keira berseri-seri. “Beneran?!”

Aiden mengangguk lagi, walau hampir tersedak salivanya sendiri.

“Kalau gitu…” Keira menyilangkan tangan di dada, bangga setengah mati. “Besok Mama masakin lagi!”

Aiden langsung UHUK! batuk keras sampai memukul dada sendiri.

Keira panik.

“Aiden! Minum! Astaga kamu ini!” Keira menyodorkan segelas air sambil ngomel cepat. “Baru makan dikit udah kayak orang kekurangan oksigen! Mama suruh makan malah mau mati?! Jangan bercanda kamu, Aiden! Hei!”

Aiden hanya menerima minuman itu sambil menahan wajah menderita.

Ia minum banyak—mungkin lebih banyak daripada air yang ia minum dalam seminggu terakhir.

Baru saja ia bernapas lega…

Ding-dong.

Bell pintu rumah berbunyi.

Keira melotot. “Siapa sih pagi-pagi gini…”

Ia berjalan ke pintu sambil mengelap tangan di celemek.

Begitu pintu terbuka…

Waktu seolah berhenti.

Ethan berdiri di depan pintu.

Kemeja putih sederhana. Rambut rapi. Aura dingin.

Dan wajah pria itu… tampak sangat santai seperti ia sudah menjadi bagian dari rumah ini.

“Pagi,” sapanya tenang. “Boleh aku masuk?.”

Keira mengedip cepat. “Ha?”

Ethan mencondongkan tubuh sedikit, melihat ke dalam. “Aku ingin sarapan bersama anakku.”

Lalu matanya turun, suaranya semakin rendah.

“Dan bersama wanita yang… aku cintai.”

Keira refleks memegang gagang pintu lebih erat.

“E—Ethan?! Pagi-pagi kok—”

“Aku lapar,” katanya tanpa ekspresi. “Dan aku ingin makan di sini.”

Dari ruang makan, Aiden terbatuk lagi. Entah karena telur atau karena mendengar suara ayahnya.

Ethan menatapnya sekilas dari jauh dan alisnya naik sedikit—ekspresi paling dramatis yang bisa muncul dari wajah dinginnya.

“Kamu tersedak?”

“Nggak,” Aiden cepat menjawab, walau wajahnya merah.

Ethan masuk tanpa menunggu undangan.

Ethan berjalan menuju meja makan.

Langkahnya mantap.

Tenang.

Dingin.

Lalu… ia melihat telur buatan Keira.

Ia berhenti.

Diam.

Sangat lama.

“Ini… apa?” Ethan bertanya pelan.

Keira defensif. “Telur!”

Aiden menahan batuk lagi.

Ethan menatap Aiden, lalu menatap Keira.

“…Kalian memakannya?”

Keira mendongakkan dagu. “Tentu saja! Aku masakin buat Aiden!”

Aiden hanya memandang ke arah lain, bingung harus ikut siapa.

Ethan mendekat ke meja, meraih garpu, menusuk sedikit bagian telur. Suara krek membuat matanya mengecil tipis.

Lalu—tanpa ragu—Ethan memasukkan potongan itu ke mulut.

Aiden panik. “Jangan—”

Terlambat.

Aiden yang sudah trauma hanya bisa menatap dengan rasa iba.

Keira berdiri penuh percaya diri dengan celemek hijau, menunggu pujian seperti koki kelas dunia.

Tiga detik berlalu.

Ethan akhirnya membuka mulut.

“Keira,” suaranya datar, tapi tajam seperti pisau.

“Kamu mau meracuni anak kita?”

Keira langsung melotot besar-besar. “Hei! Nggak mungkin! Telur itu aku masak dengan penuh cinta!”

Aiden hanya menunduk, menahan tawa dan rasa trauma bersamaan.

Keira cepat-cepat mengambil garpu dan mencicipi telur yang sama. Baru dua detik masuk mulut—

“PUIH!”

Ia langsung memuntahkannya ke tisu.

“Gila! Kenapa asin banget?! Siapa yang naruh garam segini banyak?!”

Aiden menunjuk pelan. “Mama.”

“Diam kamu! Mama cuma tuang—sedikit…”

Lalu Keira melihat sisa garam yang berhamburan di piring.

“…oke mungkin agak banyak. Tapi salah wajan ini! Licik!”

Ethan hanya menatapnya lama.

Tidak marah.

Tidak heran.

Lebih ke aku sudah menduga ini.

Tanpa sepatah kata pun, ia berdiri dari kursinya.

Aiden memiringkan kepala melihat Ethan berdiri dari kursinya secara tiba-tiba.

“Papa mau ke mana?”

Pertanyaan itu keluar begitu saja, spontan, tanpa filter.

Keira langsung membeku.

Aiden sendiri baru sadar setelah kata itu lolos dari bibirnya.

Ethan berhenti di tempat.

Tubuhnya kaku.

Bahunya menegang.

Seolah seluruh dunia berhenti selama dua detik.

Perlahan, Ethan menoleh.

Tatapannya bukan dingin.

Bukan kaget biasa.

Tapi… terharu dan tersentuh sekaligus.

“Kamu bilang apa?” suaranya rendah, berat, hampir seperti bisikan yang menahan gemetar.

Aiden langsung memalingkan wajah, telinganya memerah.

“Itu… tadi cuma— maksudku—”

Ethan melangkah mendekat sedikit, menunduk sehingga wajahnya sejajar dengan Aiden.

“Teruskan seperti itu.”

Tatapan itu menancap lembut tapi tegas.

“Papa suka mendengarnya.”

Aiden langsung salah tingkah, pura-pura merapikan sendok yang tidak perlu dirapikan.

Keira di samping mereka cuma bisa menatap bergantian, antara terharu dan ingin pingsan.

Ethan lalu berdiri tegak, kembali ke ekspresi dingin elegan khasnya, dan berbalik menuju dapur.

“Sekarang,” katanya datar, “Papa pastikan kalian tidak mati keracunan karena sarapan.” ucap Ethan tanpa menoleh.

Keira mendesis kesal.

Aiden menunduk menahan tawa.

Dan Ethan… masuk dapur dengan senyum kecil yang tidak bisa ia sembunyikan.

Keira memukul pelan dada Aiden. “Tuh lihat! Papa kamu makin nyolot sejak kamu akui dia papa kamu.”

Aiden mengangkat bahu. “Tapi benar sih.”

Keira mendesis. “Jangan membela dia!”

Ethan membuka kulkas dan, seperti seseorang yang punya kontrol penuh atas segala hal, mulai menata bahan di meja dapur.

Slicing.

Cracking eggs.

Pan sizzling.

Setiap gerakannya rapi, cepat, efisien.

Aiden yang biasanya memasak pun sampai bengong melihat pria itu bekerja dengan presisi yang mirip chef profesional.

Keira… beda lagi.

Ia mematung di tempat sambil menggigit bibir bawah.

Otot lengan Ethan terlihat jelas saat ia mengangkat wajan.

Lengannya padat.

Kekar.

Bergerak mantap.

Ditambah apron hitam milik Aiden yang dipakainya entah kenapa membuatnya tampak dua kali lebih mematikan.

Keira menelan ludah.

Astaga… kok seksi banget sih orang ini kalau lagi masak?

Lengan itu… gila…

Selama ini gue cuma fokus ke wajahnya… kok gue nggak sadar ototnya sefantastis ini?!

Keira buru-buru memalingkan wajah, tetapi matanya tetap curi-curi lihat otot lengan Ethan yang menegang halus setiap kali ia mengaduk.

Aiden mencuri pandang ibunya, lalu melihat Ethan.

Dalam hati Aiden hanya bisa berpikir:

Pantesan aku pinter masak. Ternyata turunan Papa…

Keira juga memikirkan hal yang sama, bahkan dengan level kebanggaan yang lebih tinggi dan sedikit… lebih mesum.

Mata mereka berdua bertemu sejenak.

Keira membelalakkan mata.

Aiden menatap balik dengan wajah datar seperti berkata “Kita mikir hal yang sama kan?”

Keira langsung pura-pura mengalihkan pandangan ke meja makan.

“Jangan banyak mikir,” gumamnya ke Aiden.

Aiden mengangkat alis. “Mama duluan.”

Keira menghadangnya dengan tatapan “diam kalau nggak mau hidupmu berakhir”, dan Aiden otomatis tutup mulut.

Dalam 10 menit, aroma sedap memenuhi ruangan.

Ethan membawa dua piring: scrambled egg lembut, roti panggang dengan mentega pas, dan potongan buah.

Sederhana, tapi tampilannya sangat menggugah.

Ethan meletakkannya di meja dengan elegan.

“Ini sarapan,” katanya singkat.

Lalu menatap telur buatan Keira.

“…Buang.”

Keira langsung malu sendiri. “Iya… iya…”

Aiden menelan ludah.

“Papa… jago masak?”

Ethan hanya menjawab datar, “Tidak juga. Tapi kalau tidak belajar, papa bisa mati karena makanan tertentu.”

Keira menepuk meja. “Hei! Maksud kamu apa?!”

Ethan menatapnya tenang. “Kamu.”

Keira terdiam.

Aiden juga.

Ruangan hening selama dua detik.

Lalu Keira pura-pura batuk. “Tsk. Sombong.”

Ethan duduk di antara mereka dan mulai makan, seolah tidak terjadi apa-apa.

Aiden mengambil suapan pertama.

Matanya membesar.

“…ini enak.”

Ethan hanya mengangguk sedikit. “Tentu.”

Keira ikut mencicipi dan langsung tanpa sadar menghela napas puas. “Gila… ini enak banget. Sekarang aku makin yakin kalau Aiden cuma numpang hidup di perutku dulu. Dia semuanya niru kamu.”

Ethan tersenyum kecil mendengarnya.

Sementara Aiden hanya fokus makan karena ia sudah lapar.

Untuk pertama kalinya, mereka makan bersama dalam keadaan:

– Aiden tidak trauma makanan

– Ethan tidak meracau dingin

– Keira tidak menimbulkan bencana dapur

Dan anehnya…

Hangat.

Berantakan.

Canggung.

Tapi manis.

...****************...

1
Bu Dewi
up lagi kak, kok sedikit amat 😄🤭
Yudi Chandra: Hahaha....iya iya🤭🤭🤭🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
Nur Halida
sweet banget sih mereka bertiga...🤭🤭🤭
Yudi Chandra: Hihihihi....🤭🤭🤭🤭
jadi pengen buat mereka cepet nikah🤭🤭🤭🤭
total 1 replies
Nur Halida
love you thor... 😍😍😍
Yudi Chandra: love you toooooooo😘😘😘😘😘😍😍😍
jangan lupa kasih bintang ya🤭🤭🤭🤭🤭
total 1 replies
Bu Dewi
😍😍😍😍
Yudi Chandra: 😍😍😍😍🙏🙏🙏🙏🙏
jangan lupa kasih bintang ya🤭🤭🤭🤭
total 1 replies
Nur Halida
dan itu juga salah ethan kenapa gak nyari keira dari awal ..
Yudi Chandra: yup...betul....🤭🤭🤭🤭🤭
total 1 replies
Nur Halida
semangat up thor... ceritanya keren .. aku suka banget😍
Yudi Chandra: huhuhu....makaciiiiiih🙏🙏🙏😘😘😘
total 1 replies
Bu Dewi
seru kak,,, 😍😍😍
Yudi Chandra: huhuhu....makaciiiiiih🙏🙏🙏😍😍😍
jangan lupa kasih bintang ya...biar makin semangat up nya🤭🤭🤭🤭🤭
total 1 replies
Nur Halida
tapi kenapa dulu ethan gak nyari keira juga setelah kejadian itu ?untuk memastikan kalo keira hamil apa enggak ? kenpa dulu ethan juga menghilang?
Yudi Chandra: Hihihihi....belum aku jelasin part itu ya... lupa... makasi uda ngingetin....🙏🙏🙏🤭🤭🤭🤭🤭
total 1 replies
Bu Dewi
lanjut kak
Yudi Chandra: siiipppp👍👍👍👍😍😍
total 1 replies
Pa Muhsid
sama sama terluka tapi ditutupi oleh sifat yang satu dingin dan yang satunya barbar
up nya kurang kk
Yudi Chandra: sabar yaa sayaaang🤭🤭🤭🤭
total 1 replies
Nur Halida
ku suka gayamu ethan...
Yudi Chandra: ku suka gayamu Nur Halida🤭🤭🤭🤭
total 1 replies
Pa Muhsid
duhh Ethan serem serem sweet
3 S😍
Yudi Chandra: heleh, heleh... apa pula itu🤣🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
Rohana Omar
lanjut
Yudi Chandra: siiiippp👍👍👍👍
total 1 replies
Nur Halida
untung ezra ngaku kalo bukan desain dia sendiri..
Yudi Chandra: kalo nggak ngaku bakal aku coret dia dari KK🤭🤭🤭🤭
total 1 replies
Nur Halida
kenapa ezra make nama dia sendiri ?aku kira bakal pake nama aiden??apa ezra akan ngaku kalo itu desain aiden?atau .... hmmmm ...penasara thor...🤔
Yudi Chandra: aku juga penasaran nih.🤭🤭🤭🤭🤭
total 1 replies
Nur Halida
cerita yg menurutku amazing...
Yudi Chandra: huhuhu...makaciiiiiih....🙏🙏🙏😍😍😍😍😍😍😍😍
love you sekebonnnn😘😘😘😘
total 1 replies
Nur Halida
semngat up nya kakak...
Yudi Chandra: oke. 👍 makaciiiiiih 🙏
jangan lupa kasih bintang ya, biar makin semangat upnya🤭🤭🤭🤭
total 1 replies
Rohana Omar
ada bab lg thorr utk ari ni
Yudi Chandra: ada donk. ditunggu ya.
kasih bintang doooonkkk....biar makin semangat nih nulisnya😁😁😁😅😅😅
total 1 replies
Bu Dewi
lnjut kk
Yudi Chandra: oke👍👍👍
total 1 replies
Nur Halida
amazing thor.. 😍
Yudi Chandra: huhuhu....makaciiiiiih🙏🙏🙏😍😍😍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!