NovelToon NovelToon
Abdi Dan Sistem Clara

Abdi Dan Sistem Clara

Status: sedang berlangsung
Genre:Sistem
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: PenAbdi

Abdi, pemulung digital di Medan, hidup miskin tanpa harapan. Suatu hari ia menemukan tablet misterius bernama Sistem Clara yang memberinya misi untuk mengubah dunia virtual menjadi nyata. Setiap tugas yang ia selesaikan langsung memberi efek di dunia nyata, mulai dari toko online yang laris, robot inovatif, hingga proyek teknologi untuk warga kumuh. Dalam waktu singkat, Abdi berubah dari pemulung menjadi pengusaha sukses dan pengubah kota, membuktikan bahwa keberanian, strategi, dan sistem yang tepat bisa mengubah hidup siapa pun.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PenAbdi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ep. 24

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Abdi duduk santai sambil meneguk segelas kopi sachet murahan ketika tablet ungu di meja tiba-tiba menyala sendiri.

Layar hologram terbuka menampilkan wajah Clara yang tersenyum seperti biasa, tapi kali ini ada sesuatu yang berbeda di matanya, seolah ia sedang menyembunyikan sesuatu.

"Selamat pagi Abdi. Sistem sudah menyiapkan misi baru," katanya dengan nada tenang.

Abdi mendengus. "Misi lagi? Baru kemarin aku selesai memperbaiki drone yang meledak di dapur, Clara."

"Drone itu meledak karena kau masukkan baterai terbalik," jawab Clara dengan nada menggoda.

Abdi melotot. "Kau tidak perlu menyindir aku tiap pagi."

"Aku tidak menyindir, hanya mencatat fakta," kata Clara sambil menahan tawa kecil.

Tablet itu kemudian menampilkan notifikasi besar bertuliskan..

Misi Ke 4: Buat Alat Pengintai Rahasia.

Di bawahnya ada detail misi yang membuat Abdi mengangkat alis.

"Nama alatnya Kacamata Penembus Rahasia," kata Clara lagi.

Abdi menggaruk kepala. "Serius. Jangan bilang ini seperti kacamata tembus pandang milik Doraemon."

Clara menggeleng pelan. "Tidak. Ini alat untuk memantau jaringan bawah tanah digital kota Medan. Ada sinyal berbahaya yang menyusup ke sistem kota. Kau harus menemukannya dengan alat ini."

Abdi berdiri dari kursi dan menepuk dadanya. "Oke. Tapi kali ini aku ingin membuatnya dengan gaya yang lebih canggih. Tidak mau gagal kayak sepatu anti gravitasi tempo hari."

"Sepatu itu malah membuatmu melayang ke genteng tetangga. Aku masih punya rekamannya," ujar Clara datar.

"Waduh jangan bilang kau menyimpannya," kata Abdi panik.

Clara tersenyum. "Sistem tidak pernah lupa."

Abdi menghela napas. Ia mulai menata meja kerja. Ada kabel, chip optik, dan satu lensa bening yang memantulkan cahaya ungu.

"Clara, kau yakin bahan ini aman?"

"Aman, kecuali kau memanaskannya di atas 200 derajat. Kalau lebih, bisa menghasilkan ledakan kecil."

Abdi berhenti. "Ledakan kecil seperti apa?"

Clara menatapnya serius. "Seperti dapurmu kemarin."

Abdi langsung menjauh dari meja. "Kau benar-benar ingin aku mati muda ya Clara."

Clara terkikik. "Aku hanya ingin kau belajar hati-hati."

Setelah beberapa jam mencoba, akhirnya Abdi berhasil merakit bentuk awal kacamatanya. Bentuknya sederhana, tapi tampak keren dengan bingkai hitam tipis dan cahaya biru di sisinya.

"Clara, ini sudah jadi."

"Uji coba dulu sebelum kau sombong," jawab Clara cepat.

Abdi memakai kacamata itu, menekan tombol kecil di sisi kanan, dan dunia di sekelilingnya langsung berubah. Ia melihat jaringan digital mengalir di udara seperti sungai cahaya. Angka-angka muncul, simbol-simbol bergeser.

"Wah, aku bisa lihat sinyal Wi-Fi tetangga, bahkan tulisan password-nya nongol di udara," kata Abdi terkejut.

Clara terkekeh. "Fokus, Abdi. Itu bukan tujuan alat itu dibuat."

Abdi berjalan keluar rumah sambil membawa tablet Clara di tangan. Dunia tampak seperti peta transparan. Setiap bangunan memunculkan garis energi berwarna biru, merah, dan hijau. Tapi di kejauhan ia melihat sesuatu yang aneh, titik hitam yang berdenyut pelan di udara.

"Clara, apa itu?"

"Itu anomali digital. Mungkin pusat gangguan yang kita cari," jawab Clara cepat.

Abdi mulai melangkah ke arah sana, tapi baru beberapa meter, ia berhenti di depan tukang bakso. Di atas kepala tukang bakso itu muncul warna merah menyala.

"Clara, warna merah artinya apa?"

"Artinya orang itu sedang marah," jawab Clara.

"Aduh, pantesan dia melotot ke aku. Aku berdiri di depan gerobaknya dari tadi tanpa beli," kata Abdi. Ia buru-buru membeli semangkuk bakso dan duduk.

Sambil makan, ia bicara pelan ke Clara. "Kadang aku berpikir, sistemmu ini terlalu canggih buat otak manusia biasa."

Clara tertawa kecil. "Mungkin otakmu harus di-upgrade juga."

Abdi pura-pura tidak dengar dan melanjutkan makan. Setelah selesai, ia menuju titik hitam itu.

Ternyata titik itu berasal dari gedung tua yang sudah lama kosong. Kacamata menunjukkan banyak kabel tersembunyi di balik tembok.

"Clara, ini bukan gedung kosong biasa. Ada sistem aktif di dalamnya."

"Aku mendeteksi energi frekuensi tinggi. Ada pusat data tersembunyi di bawah tanah. Kau harus hati-hati," jawab Clara cepat.

Abdi menempelkan tangannya ke dinding, dan tiba-tiba sebagian tembok bergeser. Pintu rahasia terbuka ke bawah tanah.

"Seperti film mata-mata," gumam Abdi.

Ruang bawah tanah itu penuh dengan server besar dan kabel bersinar hijau. Namun sebelum ia melangkah lebih jauh, alarm kecil berbunyi di telinganya.

"Abdi, hati-hati. Ada sistem keamanan mendeteksi panas tubuh manusia," kata Clara.

Abdi menatap langit-langit. "Aku manusia, bukan robot, bagaimana caranya aku sembunyikan panas tubuh."

"Aktifkan mode stealth di kacamata. Tekan dua kali di sisi kiri," jelas Clara.

Abdi menekan dan seketika tubuhnya jadi semi-transparan. Ia melihat bayangannya sendiri memudar di cermin.

"Wow. Aku seperti hantu kaya raya," katanya.

Clara mendesah. "Fokus, Abdi. Kau harus ambil data dari server utama di tengah ruangan."

Abdi melangkah pelan, menancapkan chip dari tablet ke port data, dan proses transfer dimulai. Tapi tiba-tiba seluruh ruangan berguncang. Lampu merah menyala.

"Clara, kenapa alarmnya bunyi lagi?"

"Ada pihak lain yang masuk ke jaringan bersamaan denganmu," jawab Clara cepat. "Seseorang sedang meretas dari luar. Aku tidak bisa identifikasi siapa."

Abdi mempercepat proses transfer. "Kalau dia berhasil duluan, kita kehilangan semua data."

Cahaya biru berkedip di layar. Abdi berlari menuju tangga keluar. Tapi di layar kacamatanya muncul tulisan besar berwarna merah Somebody is watching you.

"Clara, apa maksudnya ini?"

"Ada pengintai lain yang menggunakan alat sejenis milikmu," jawab Clara dengan nada serius.

Abdi menatap atap gedung. Di sana berdiri seseorang memakai kacamata serupa, tubuhnya tertutup jaket hitam dan wajahnya sebagian tertutupi masker digital.

"Aku tidak suka ini, Clara."

"Aku juga tidak. Energi tubuhnya tidak stabil, seolah dia bukan sepenuhnya manusia," kata Clara.

Sosok itu tiba-tiba mengangkat tangannya dan mengirimkan gelombang cahaya biru ke arah Abdi. Kacamata Abdi bergetar hebat.

"Clara, kacamatanya error."

"Matikan mode utama dan alihkan ke sistem pertahanan," perintah Clara cepat.

Abdi menekan tombol di sisi kanan dan layar berubah menjadi warna merah terang. Gelombang biru itu terpental balik ke arah pria misterius itu.

Ledakan kecil terjadi di atap, dan sosok itu menghilang dalam cahaya putih.

Clara berbicara pelan. "Abdi, sistemnya masih mendeteksi sinyal lemah. Dia tidak hancur, hanya berpindah lokasi."

Abdi menarik napas panjang. "Berarti dia pengguna sistem lain. Tapi dari mana asalnya?"

"Aku tidak tahu, tapi sepertinya ada proyek rahasia lain di dunia ini selain sistemku," jawab Clara.

Tablet di tangan Abdi bergetar. Teks baru muncul di layar.

Selamat Abdi, misi keempat selesai. Kamu mendapat 5 juta poin. Tapi peringatan, dunia digital kini memiliki lebih dari satu sistem aktif.

Abdi menatap kacamatanya yang kini bergetar pelan di tangannya.

"Clara, kalau setiap misi makin gila begini, aku takut suatu hari rumahku meledak sebelum aku jadi kaya beneran."

Clara tersenyum samar. "Kalau itu terjadi, sistem akan bantu membangunnya lagi. Tapi mungkin dengan desain lebih keren."

Abdi tertawa kecil sambil menatap langit sore kota Medan.

"Kalau setiap alat ajaib begini, aku bisa jadi gabungan antara detektif, hacker, dan Doraemon versi miskin."

Clara tertawa lembut. "Mungkin saja. Tapi ingat, semakin banyak alatmu, semakin besar tanggung jawabmu. Dunia ini mulai berubah, Abdi."

Ia mengangguk pelan...

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

1
RMQ
ceritanya bagus sih,

kalau boleh kasih saran gak thor?

untuk nambahkan genre romanse and komedi

biar gk terlalu kaku gitu mcnya!!
Abdi R: baik kak, terimakasih udah support & saran nya.. nanti akan di pikirkan kak🙏
total 1 replies
Khusus Game
cemungut
Abdi R: hehe . .🤭, terima kasih kak🙏
total 1 replies
eli♤♡♡
Suka banget sama karakter protagonisnya, sok keren dan lucu 😂
Abdi R: terima kasih, supportnya kak 🙏
total 1 replies
Không có tên
Mantap, gak bisa berhenti baca
Abdi R: terima kasih banyak kak,, jadi semangat terus nulis dan memikirkannya kak .. 🤣
total 1 replies
SHAIDDY STHEFANÍA AGUIRRE
Aaaahhh! Begitu seru sampe gak berasa waktu berlalu!
Abdi R: terima kasih kak 😅
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!