Ayu Lestari namanya, dia cantik, menarik dan pandai tapi sayang semua asa dan impiannya harus kandas di tengah jalan. Dia dipilih dan dijadikan istri kedua untuk melahirkan penerus untuk sang pria. Ayu kalah karena memang tak memiliki pilihan, keadaan keluarga Ayu yang serba kekurangan dipakai senjata untuk menekannya. Sang penerus pun lahir dan keberadaan Ayu pun tak diperlukan lagi. Ayu memilih menyingkir dan pergi sejauh mungkin tapi jejaknya yang coba Ayu hapus ternyata masih meninggalkan bekas di sana yang menuntutnya untuk pulang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rens16, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34 : Rayuan maut
Pagi itu William bersiap, hari itu rencananya William akan datang dan menemui Oma Rika.
Dengan dandanan rapi William pergi ke rumah besar itu.
"Oma ada?" tanya William kepada salah satu ART yang dia temui.
"Ada, Tuan! Nyonya Rika sedang beristirahat di kamarnya!" jawab ART itu dengan sopan.
William berlalu dan masuk ke dalam kamar Rika. Di sana Rika sedang berbaring sambil menikmati susu yang dihidangkan oleh perawatnya.
"Oma!" William mendekat, tak lupa William mencium punggung tangan dan pipi Rika dengan lembut.
"Will!" Rika menyambut William dengan senyum mengembang, jelas sekali terlihat raut bahagia di wajah tua itu.
"Gimana kabar, Oma?" tanya William sok perhatian.
"Thank to God, Oma sehat dan baik sejak mendengar Fernando mau menikah, dan Oma akan semakin sehat kalau kamu juga menyusul Fernando menikah," ucap Rika sumringah.
William memasang wajah sedih. "Kamu nggak papa kan, Will?" tanya Rika dengan nada khawatir.
"William juga ingin sekali menikah, Oma! Tapi posisi William belum stabil di perusahaan, William nggak mau membawa penderitaan untuk istri William nanti!" jawab William sok dramatis.
"Perusahaan belum aman?" tanya Rika.
William hanya menggeleng pelan, merasa harus memainkan perannya sebaik mungkin.
"Apa yang bisa Oma bantu?" tanya Rika tercubit juga hatinya karena suaminya meninggalkan hanya secuil perusahaan untuk William dan orang tuanya yang selama ini sudah baik terhadap Rika.
"Nggak usah, Oma! William akan berusaha mengajukan pinjaman ke bank untuk menutup kekurangan dana itu!" William pura-pura menolak padahal di dalam hatinya sana dia bersorak karena telah berhasil menggaet hati Rika.
"Kalau kamu mengajukan pinjaman ke bank, apakah nggak malah memberatkan kamu nanti, Will?" Nada bicara Rika jelas menunjukkan rasa tak setujunya.
"Tapi William nggak mau merepotkan Oma!" William menggeleng pelan.
"Kamu butuh uang berapa, Nak?" tanya Rika sungguh-sungguh.
"William nggak tahu!" William menggeleng pelan.
"Oma akan suntikan dana ke perusahaan kamu dua puluh M, gimana?" Rika menawari William dengan sukarela.
"Uang segitu terlalu banyak, Oma!" Aksi William semakin apik hingga membuat Rika tak tega melihatnya.
"Nggak banyak!" Rika tersenyum lalu memanggil asisten pribadinya.
"Saya Nyonya!"
"Tolong sambungkan saya ke pihak bank!" perintah Rika membuat William bersorak dalam hatinya.
Rika berbicara dengan salah satu pihak bank yang sudah dikenalnya sangat lama. Rika memerintahkan pihak bank untuk mentransfer sebanyak yang tadi disebutkannya ke rekening William.
"Sudah masuk, Will!" Tangan Oma Rika menggenggam tangan William dengan lembut.
"Terima kasih, Oma!" William memeluk Rika dengan hangat dan senyum mengembang di bibir itu.
"Pergunakan uang itu sebaik-baiknya, jangan salah langkah karena hanya itu uang Oma yang tersisa!" Rika menepuk punggung William dengan lembut.
"Sekali lagi terima kasih, Oma!"
Sepanjang hari itu William berada di rumah besar itu untuk menemani Rika.
Saat malam tiba, William akhirnya memutuskan untuk pulang ke rumahnya.
***
"Tuan... " Albert datang mendekati Fernando yang sedang serius memeriksa sesuatu di laptop.
Fernando mengangkat mukanya hingga menatap Albert.
"Saya mendapat informasi dari orang kita di bank, hari ini nyonya Rika memindahkan dana sebesar dua puluh M ke rekening tuan William!" ucap Albert.
"Sudah kuduga, mereka akan melakukan segala cara untuk merayu Oma agar mau membantu mereka." Fernando menggenggam tangannya dengan erat.
"Apa yang harus kita lakukan, Tuan?" tanya Albert meminta petunjuk.
"Kita lihat perkembangannya dulu, dan aku rasa Oma udah nggak bisa bantu mereka sebanyak ini setelah sisa tabungannya digelontorkan ke William semua!"
"Baik!"
"Oma sudah memberikan sisa sahamnya di Himawan corp kepada Ayu dan akan berlaku setelah lima tahun pernikahan kami, semoga kedepannya keluarga William nggak mengusik Oma lagi!" ucap Fernando akhirnya.
"Untung Nyonya Rika tetap pada surat wasiat itu bahwa saham miliknya harus diwariskan kepada istri Tuan Fernando."
"Bagaimanapun aku cucu kandung, Al! Oma pasti bijaksana dalam memberi warisannya, dia nggak mungkin membiarkan aku dan William berebut posisi di Himawan corp nantinya!"
"Iya, untung saja rayuan maut Tuan William tak sampai mempengaruhi hibah saham perusahaan!" Albert mengangguk pelan.
"Karena lebih licik dari William kamprettt itu!" Fernando terkekeh pelan membayangkan William mati kutu dengan pernikahannya yang dadakan.
Albert tersenyum puas melihat Fernando sepuas itu dalam mempecundangi Williams yang ingin meminta bagian saham di perusahaan Himawan.
"Aku rasa kita harus balik ke Indonesia secepatnya, Al! Jangan sampai William bikin huru hara di perusahaan!"
"Baik, Tuan! Saya akan mempersiapkan semuanya!"
***
"Besok aku akan balik ke Indonesia!" ucap Fernando saat ia dan Ayu sedang menikmati makan siang bersama.
Ayu mengangkat wajahnya lalu menatap wajah tampan di depannya itu dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Kenapa? Nggak rela?" tanya Fernando pelan.
Ayu menggeleng pelan, menyembunyikan rasa yang tak ingin ditinggalkan. Ayu merasa terlindungi dan nyaman saat ada di dekat Fernando.
"Ada urusan penting di kantor, kalau di sana udah dapet aku handle, aku bakalan datang ke sini lagi!" ucap Fernando berjanji kepada Ayu karena Fernando juga merasa bahagia berdekatan dengan Ayu.
"Urusin dulu pekerjaan Mas Nando, aku bakalan tetap disini buat belajar dengan baik."
"Good, nanti kalau semua sudah siap dan aman kita bisa sama-sama terus!" ucap Fernando membuat Ayu menatapnya lagi dengan dada yang berdebar dengan cepat.
Hei hati, kenapa lo jumpalitan mendengar janji manis itu?! Dia hanya suami sementara lo, janji manisnya mungkin hanya terucap di bibir dan bukan dari hatinya yang paling dalam!
Ayu mengomel kepada hatinya yang terlalu tak tahu diri itu. Ayu sadar posisinya terlalu jauh berbeda dengan Fernando. Sudah diangkat setinggi itu saja Ayu sudah sangat bersyukur.
Gue rasa gue nggak boleh terlalu serakah, memimpikan seseorang yang bahkan nggak mungkin gue gapai. Tetap bersyukur dan menerima semua suratan takdir yang harus gue jalanin, yang penting gue bisa melanjutkan hidup dan berdiri kokoh dengan kaki gue sendiri.
Ayu mengulas senyum dan menatap Fernando dengan rasa ikhlas untuk tak berharap memilikinya.