"Dear hati ...
Mengapa kau begitu buta? Padahal kau tahu dia sudah berkeluarga. Mengapa masih menaruh harapan besar kepadanya?"
Hati tak bisa memilih, pada siapa ia akan berlabuh.
Harapan untuk mencintai pria yang juga bisa membalas cintanya harus pupus begitu ia mengetahui pria itu telah berkeluarga.
Hatinya tak lagi bisa berpaling, tak bisa dialihkan. Cintanya telah bercokol terlalu dalam.
Haruskah ia merelakan cinta terlarang itu atau justru memperjuangkan, namun sebagai orang ketiga?
~Secretly Loving You~
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ErKa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch 11 - Membuat Masalah Lagi!!
Malam itu Pak Armand mengantarku sampai di depan kontrakan. Kami berjalan beriringan. Awalnya Pak Armand selalu berjalan di depanku. Langkah kakinya yang panjang tidak mampu kujangkau, hingga aku harus berlari-lari kecil untuk mengimbangi.
Entah hanya perasaanku atau memang benar terjadi. Secara perlahan langkah kaki itu memelan, hingga aku bisa mengimbangi dan kami berjalan bersisian.
Seperti biasa kami berjalan dalam diam. Sesekali kulirik wajahnya. Ingin membaca ekspresinya. Aku tidak bisa menebak isi dalam kepalanya.
Sebenarnya, aku sangat bingung dengan sikap beliau. Sebagai wanita yang jarang digoda pria, aku cukup ambigu menafsirkan semuanya.
Mengapa beliau sangat baik? Sikapnya memang kaku, keras dan tidak banyak bicara, tapi perlakuannya padaku sangat baik. Apa perlakuannya ini hanya ditujukan padaku? Apa dia juga memperlakukan bawahan yang lain seperti itu? Apa dia juga mencarikan kosan, membelikan makan, melindungi bawahan ketika melakukan kesalahan atau mengantar pulang?
Seingatku, selama ini Pak Armand selalu pulang sendiri. Mengapa aku merasa dispesialkan? Apa karena aku adalah bawahan yang ruangannya paling dekat dengan ruangannya? Apa karena aku bawahan langsungnya sehingga dia bertanggung jawab penuh padaku? Atau adakah hal lainnya?
A-atau Pak Armand ada perasaan padaku??!!
Yalord!! Pede banget aku punya pemikiran seperti itu?!! Bagaimana mungkin bos ganteng seperti dia suka padaku? Dilihat dari sisi manapun, dia sangat sempurna. Apa untungnya suka pada anak fresh graduate yang tidak memiliki kelebihan sepertiku ini?!! Sungguh pemikiran yang lucu!!
Nay, bangun dari mimpi segera!! Ambil kaca dan lihat wajahmu baik-baik. Tanyakan pada dirimu, pantaskah seorang bos seperti dia menyukaimu!!
"Masuk sana." Suara Pak Armand menyadarkanku dari pikiran yang berkelana.
"Eh, ya Pak?"
Pak Armand menunjuk rumah kontrakan. "Sana masuk." Tanpa sadar kami telah sampai di tempat tujuan.
"Eh, iya Pak .... Saya akan masuk, Bapak pulanglah ...."
"Kamu masuk dulu, baru aku akan pergi." Pak Armand berdiri di depanku dengan tegap dan kedua tangan dimasukkan ke dalam saku. Pandangan matanya tak mau dibantah.
Sebenarnya ini sangat tidak sopan. Membiarkan orang yang mengantarmu berdiri, sementara dirimu memasuki rumah. Haruskah aku berbasa-basi?
"Mau minum kopi dulu Pak?" Ah, lidahku benar-benar terpeleset. Beliau pasti akan menganggapku sedang menggodanya. Bagaimana menarik perkataan itu?!!
"Tidak. Sana masuk," tolaknya dengan tegas. Sungguh membuatku malu sendiri. Aku benar-benar tidak punya muka.
"Ka-kalau begitu saya masuk dulu Pak. Terima kasih sudah mengantar saya Pak ...."
"Hem."
Aku pun berbalik. Membuka pagar dan melewati halaman sempit hingga tiba tepat di depan pintu. Sebelum membuka pintu, terlebih dulu aku menoleh, untuk melihat keberadaan Pak Armand. Mata kami langsung bertemu. Ternyata beliau masih ada di sana! Beliau membuat gerakan dengan tangan, menyuruhku untuk masuk. Aku menganggukkan kepala dan segera masuk ke dalam rumah.
Karena penasaran, aku mengintip dari sela tirai. Secara perlahan, tubuh itu berbalik dan berjalan menjauh. Pak Armand benar-benar mengantarku sampai masuk ke dalam rumah.
***
Malam itu aku sulit sekali memejamkan mata. Perlakuan Pak Armand selalu berputar-putar di kepala. Mengingatnya membuat jantungku berdebar-debar.
"Hah, ada apa denganku?" Aku mengelus jantungku yang tak bisa dikondisikan.
"Ayolah Nay. Jangan sampai kamu suka sama dia. Ingat!! Hubungan sesama rekan kerja dilarang!! Apa kamu siap di resign-kan? Siap melihat wajah kecewa ayah dan ibu? Please, tahan perasaanmu. Anggap saja perlakuan Pak Armand hanyalah semata bentuk perhatian seorang atasan terhadap bawahan. Tidak lebih dari itu!!"
Meskipun mensugesti otakku untuk berpikir seperti itu, tapi tanganku sedari tadi gatal ingin mengirim pesan. Berkali-kali profil whats app-nya kubuka-tutup. Hanya ingin tahu, apakah beliau telah sampai di rumah dengan selamat?
"Tidurlah Nay. Besok masih harus kerja. Jangan mengkhawatirkannya. Beliau naik mobil. Pasti pulang dengan selamat."
***
Semalaman memikirkan Pak Armand, membuat hariku tak tenang. Kurang tidur membuat kepala pusing dan konsentrasi berkurang. Aku tidak sadar, bahwa hari itu akan melakukan kesalahan besar.
Pukul 10.00 WIB, seperti biasa aku pergi ke Bank Indonesia dengan membawa warkat beberapa bank. Di BI, pertukaran warkat akan dilakukan. Karena Jember berada di zona 2 sehingga proses penyerahan warkat berlangsung pada pukul 10.00 WIB - 12.00 WIB. Sedang proses pengembalian berlangsung pada pukul 13.00 WIB - 14.00 WIB.
Hari itu aku pulang dengan membawa beberapa puluh warkat yang terdiri dari nominal diatas satu juta hingga ratusan juta.
Jumlah warkat yang banyak, kepala pusing, membuatku kehilangan konsentrasi. Harusnya aku memeriksa saldo setiap rekening yang tertera di warkat. Namun karena ceroboh, aku melewatkan satu rekening. Aku pikir, semua rekening terisi saldo sehingga pada proses kliring pengembalian, tidak ada tolakan.
Siang hari, kondisi masih aman terkendali. Aku masih bekerja seperti biasa. Menginput berkas pencairan meskipun pikiran tetap pada Pak Armand. Menjelang pukul lima, telepon di mejaku berdering. Di monitor tertera angka 201. Itu artinya Pak Armand yang sedang meneleponku.
"Assalamu'alaikum, selamat sore. Bank J, dengan Arsha bagian back office ada yang bisa dibantu?"
"Arsha. Coba cek pos penampungan giro. Ada selisih 200 jutaan. Mungkin ada saldo nasabah yang belum terdebet."
"Ah iya Pak, akan saya cek." Telepon itu pun ditutup. Jantungku berdebar kencang. Perasaanku menjadi tidak enak. Bila ada saldo yang belum terdebet, aku tinggal membuat jurnal pendebetan dan didebet secara manual. Namun entah mengapa, aku merasa masalahnya akan lebih dari sekedar hal itu.
Aku cek penampungan giro. Benar saja, ada selisih kurang 245 juta di sana. Harusnya di sore hari, penampungan itu akan bernilai nol. Itu menandakan transaksi sudah balance.
Bila selisihnya ada di penampungan giro, itu artinya yang bermasalah ada pada warkat yang kubawa. Ada saldo nasabah yang tidak terdebet by sistem.
Satu per satu kucek rekening nasabah yang mendapat tagihan giro hari itu. Dan benar saja. Ada satu nasabah yang memiliki tagihan sebesar 245 juta dan lebih mengejutkannya lagi, tidak ada saldo di rekening nasabah tersebut!!
Seketika lututku menjadi lemas. Kepala pusing berkunang-kunang. Penglihatan mulai menggelap. Tubuh gemetar tak karuan. Keringat dingin bermunculan.
Mungkin istilah 'seperti tersambar petir' di siang bolong, sangat pas dengan keadaanku saat ini. Aku benar-benar ketakutan!!
Bagaimana mungkin aku menjalankan warkat seorang nasabah yang tidak ada saldo di rekeningnya?!! Sementara sistem sudah mendebet secara otomatis dan melempar saldo tersebut ke bank lawan!!
Sistem sudah minus sebesar 245 juta!! Bagaimana membuat sistem itu balance kalau bukan dengan cara mengganti kekurangan sebesar 245 juta?!!
Perasaanku sangat tidak karuan. Ba-bagaimana aku memperoleh uang 245 juta?!! Bahkan menjual barang-barang milik orangtua tidak akan mampu untuk menutupinya!! Bagaimana ini?!! Aku harus bagaimana?!!
Aku hanya bisa menelungkupkan kepala di atas meja. Airmata sudah berhamburan, tak lagi bisa dicegah. Rasanya ingin berlari dadi kenyataan dan menceburkan diri ke sumur. Mungkin masalah ini akan hilang.
Ketika sedang kalut, telepon di mejaku kembali berbunyi.
"Arsha, sudah kamu temukan selisihnya dimana?" Aku memejamkan mata rapat-rapat. Tetesan bening sudah mengalir bagaikan anak sungai. Bahkan dengan meresignkan diri, tidak akan membuatku terbebas dari tanggungan. Aku pasti akan tetap disuruh untuk mengganti!!
"Arsha?"
"I-iya Pak?"
"Kamu belum jawab pertanyaanku."
"Eh, em, i-iya Pak .... S-s-saya akan ke ruangan Bapak," lirihku dengan perasaan kalah. Aku siap dipecat, tapi tidak dengan ganti ruginya 😢
***
Happy Reading 😁
NB : Yang bingung dengan part ini dan mungkin aku kurang detail menjelaskan, acungkan jari 😅🙈
Maafkan ya, pokoknya ceritanya begitulah 🤣🤣 Ambil intinya aja, pokoknya Arsha disuruh ganti duit 200jutaan. Kira-kira begitulah 🤣🤣
Yang tanya apakah hal ini benar-benar terjadi?? Yess, terjadi!! Dan terjadi padaku genk, hahaha. Aku seceroboh itu kalau kerja. Jangan ditiru ya 🤣🤣🙏🙏