Jodoh itu rahasia Tuhan. Siapa sangka dua manusia yang terkesan saling cuek dan tidak punya ketertarikan satu sama lain itu disatukan dalam ikatan pernikahan. Akan seperti apa rumah tangga keduanya, saling menerima atau malah kalah sebelum mencoba? Ikuti kisah mereka karena mungkin kita akan menjadi saksi cinta mereka bertumbuh atau sebaliknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pipit fitriyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mulai bicara
Alma menerima telepon dari suaminya dengan malas-malasan, dia benar-benar sudah tidak tarik untuk berbicara dengan Irsan. Alma hanya diam tanpa sepatah kata pun, namun Irsan terus berbicara meminta ampun kepada istrinya atas kelalaiannya selama 5 hari ini, Irsan benar-benar dalam masalah.
"Al, kamu masih mendengarkan Abang kan ? abang mohon kali ini saja maafkan Abang, Abang benar-benar kerepotan beberapa hari lalu, jangankan untuk menelpon kamu, pola makan dan pola tidur abang pun tidak teratur. Di restoran sempat ada kejadian, salah satu pengunjung sempat dilarikan ke Rs karena alergi seafood, pelayan kita ceroboh dan mau tidak mau abang harus bertanggung jawab, kalau tidak urusannya bisa ke kantor polisi. Al, kamu harus percaya Al, abang tidak sengaja mengabaikan kamu."
meskipun terlihat cuek dan tidak peduli mendengar suara suaminya yang memelas, Alma pun tidak benar-benar Acuh, dia mendengarkan dengan jelas kata perkata yang diucapkan suaminya.
"Tolong Al kejadian kemarin itu yang terakhir kalinya, setelah ini aku akan berusaha menelpon kamu, jadi tolong angkat teleponnya, berikan Abang kesempatan kita sama-sama belajar Jadi Abang mohon kali ini ini saja."
Irsan masih berusaha membujuk Alma dan meminta maaf kepada istrinya Alma perempuan yang mudah luluh dan tidak terlalu suka memperpanjang masalah, apalagi irsan sudah meminta maaf dengan penuh penyesalan, dia tidak akan setega itu.
"Hmmhhh." Hanya suara itu yang ia keluarkan sebagai jawaban kalau dia memberikan kesempatan pada suaminya. Kalau dipikir-pikir ini terlalu berlebihan.
"Itu tandanya kamu sudah memaafkan Abang kan? kalau begitu sekarang pindah ya teleponnya ke HP kamu, tapi angkat ya, tidak enak nelpon Bang Alvin takut mengganggu. Abang matikan dulu teleponnya ya, lanjut bicara melalui hp kamu ."
"Hmmh."
Lagi-lagi hanya deheman yang menjadi jawaban, seperti mau tidak mau, atau gengsi entahlah.
Irsan memutus panggilan HP Alvin, Alma memberikannya kepada sang kakak dengan raut wajah yang tidak bisa ditebak sepertinya ada yang sudah luluh, Alvin hanya menggelengkan kepalanya saja .
"Nih HP Abang."
"Sudah kangen-kangenannya? tapi yang Abang dengar tidak ada pembicaraan apapun antara Kalian. Kamu hanya dua kali bersuara itupun hanya 'hhmh..Hhmh' saja semudah itu Irsan meluluhkan kamu hah? dasar Bocil beberapa hari uring-uringan Luluh hanya dengan beberapa kata, dipikir-pikir Irsan cukup handal juga menaklukkan Bocil seperti kamu luar biasa."
Sepertinya Alvin tidak akan pernah puas jika tidak meledek sang adik apalagi kalau keadaan sudah berbalik seperti saat ini sungguh menggelikan .
"Abang kok jadi cowok menyebalkan sekali sih! Abang tidak bisa diam, ada saja yang jadi bahan untuk mengolok-olok aku, abang Cepat cari istri deh biar ada kerjaan, jadi nggak cuman ngeselin aku doang tapi istrinya juga."
"Iya deh iya, yang udah berdamai sama suaminya sekarang nasihatin Abang yang jomblo ini. Awas ya kalau nanti abang dengar kamu merajuk lagi, pusing melihat wanita galau gara-gara permasalahan asmara."
"Jomblo Senior mana paham dunia percintaan, nanti juga kalau Abang sudah menemukan tambatan Hati aku doakan lebih dari ini dia merajuknya, lebih dari aku dia ngambekannya, lebih dari aku dia manjanya, pokoknya semuanya lebih dari aku. Anggap aja ini kutukan dadi ku untuk abang julidku."
Setelah berhasil membalikan kata-kata kepada Alvin, Alma langsung beranjak dan pergi ke kamarnya, tak lama dari itu suara dering hp-nya berbunyi kali ini dengan santainya dia mengangkat telepon dari Irsan tanpa drama menolak atau membalikkan hp-nya, meskipun belum banyak kata yang dibicarakan namun Irsan terus saja bicara menceritakan banyak hal dan pengalamannya membuka cabang restoran di Surabaya. Kini Alma hanya menjadi pendengar yang baik tanpa merespon ucapan Irsan, sesekali Irsan bertanya perihal Alama yang masih mendengarkannya atau tidak.
"Al kamu masih dengerin Abang ngomong ? nggak ninggalin Abang tidur kan ? jangan ya pokoknya Maafin Abang, anggap aja kita mulai dari awal lagi. Kamu kangen nggak sama Abang? kalau abang merasakan ada sesuatu yang hilang, saat perasaan itu muncul yang abang pikirkan cuma kamu."
"Abang sejak kapan bisa ngomong panjang kali lebar seperti itu? biasanya cuman beberapa kata saja, Abang berusaha sangat kuat untuk menebus kesalahan Abang, sebenarnya tidak apa-apa, lagi pula aku juga tidak menunggu Abang."
"Yakin kamu nggak nunggu telepon abang? kalau memang kamu tidak menunggu telepon dari Abang Kenapa kamu marah? sudah jujur saja kalau sebenarnya kamu juga nunggu telepon dari Abang, kangen sama abang kan ?"
"Jangan terlalu percaya diri, Kalau benar, kalau salah bagaimana? lagi pula aku hanya mengikuti apa yang Abang perintahkan stand by dengan HP katanya Abang akan menelpon aku setiap hari. Hari pertama saja langsung Ingkar, hari kedua ketiga dan selanjutnya Abang hanya mengirim pesan yah Wajar saja kalau aku sedikit kecewa namanya juga sedikit berharap."
"Maafin abang ya kalau selama ini terlalu cuek sama kamu."
Mendengar ucapan maaf tanpa melakukan bantahan atas ucapannya membuat Alma benar-benar tidak bisa berkata-kata, ibarat pertandingan langsung K.O.