Akibat kesuciannya telah diberikan pada mantan kekasihnya, pernikahan Luciana bersama Billy harus kandas karena Billy tidak bisa terima kalau istrinya sudah tidak perawan.
Apakah Luciana bisa melewati permasalahan demi permasalahan yang menghadangnya dikarenakan masa lalunya yang kelam....?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy Almira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
27. Nasib Buruk Luciana
Luciana tak bisa berkata- kata saat Noah membukakan pintu hanya menggunakan celana boxer yang begitu ketat. Luciana menatap Noah dari ujung kaki ke ujung kepala. Melihat dada Noah yang datar, perut six pack dan benda milik Noah yang menonjol di balik celana boxernya membuat Luciana menelan ludah. Iya, tak bisa dipungkiri ingatan Luciana pun kembali ke masa dulu. Semua bagian tubuh itu sudah pernah Luciana sentuh. Dan salah satunya pernah masuk ke dalam bagian tubuhnya.
Luciana dengan cepat menggelengkan kepalanya sambil memejamkan matanya untuk mengusir bayangan gila itu. Dan Noah yang berdiri di ambang pintu terus menatap lekat wajah Luciana.
"Luci..." ucap Noah membuyarkan lamunan Luciana.
"Oh..i..iya..." jawab Luciana tergagap.
"Ada apa kamu datang ke sini...?'' tanya Noah.
"A...ku..." jawab Luciana ingin mengatakan sesuatu pada Noah tapi sedikit ragu.
"Ada apa Luci...? Katakan..." ucap Noah.
Iya, tadi malam Luciana diberi uang oleh wanita pemulung yang memberinya makan untuk membeli makanan untuk sarapan. Dan ternyata setelah membeli sarapan, uangnya masih tersisa. Lalu Luciana memutuskan untuk pergi ke apartemen Noah menggunakan kendaraan umum.
Iya, Luciana sudah tidak berfikir lagi harus pergi ke mana. Dia tidak tahu harus minta tolong pada siapa lagi selain Noah. Luciana ingat saat dia terakhir bertemu dengan Noah, dia pernah mengatakan jika Luciana akan kembali padanya dia akan menerimanya.
Luciana pun bertekad untuk menemui Noah dan meminta bantuan padanya supaya bisa memberikan tempat tinggal untuknya. Karena bagi Luciana saat ini hanya Noah yang bisa dimintai tolong olehnya.
"Noah aku...hik..hik..." Luciana menangis dan langsung memeluk Noah.
"Hik..hik..."
Noah membalas pelukan Luciana. Lalu mengusap punggungnya.
"Ada apa...? Hem...?'' tanya Noah.
Luciana hanya diam sambil terisak.
"Ayo masuk..." ucap Noah.
Luciana melepaskan pelukannya lalu masuk ke dalam apartemen Noah dan duduk di sofa ruang tamu.
"Katakan ada apa...?'' tanya Noah yang duduk berhadapan dengan Luciana.
"A..aku... Aki i..ingin minta bantuanmu Noah. Se..sebenarnya a...ku ingin....
"Noah..."
Belum juga Luciana menyampaikan maksud kedatangannya, tiba- tiba terdengar suara perempuan dari dalam kamar Noah.
Tentu saja Luciana kaget dan langsung menoleh ke pintu kamar Noah yang terbuka. Noah terlihat menghela nafas dan mengusap wajahnya dengan kasar.
"Noah... Aku pinjam handuknya...? Aku mau mandi...badanku lengket banget ini...?'' ucap perempuan itu lagi.
Luciana mengerutkan keningnya karena tidak asing dengan suara itu. Luciana lalu beralih menatap Noah. Noah kembali menghela nafas dengan kasar. Iya, Noah merasa kesal pada Vina kenapa dia harus bangun di saat sedang ada Luciana.
"Oh ya ampun Noah... Aku baru ingat, tadi kamu tidak pakai pengaman ya, bagaimana kalau aku hamil...?'' tanya Vina tiba- tiba keluar dari kamar.
Vina kaget ternyata di ruang tamu Noah sedang duduk bersama Luciana.
"Lu..Luci..." ucap Vina yang hanya menggunakan pakaian dalam saja.
"Vina..." Luciana pun tak kalah kaget melihat sahabatnya ada di kamar Noah.
"Oh astaga..." ucap Vina lalu dia bergegas kembali masuk ke dalam kamar.
Sedangkan Luciana menatap nanar Noah. Noah hanya bisa diam dan menghela nafas dengan kasar.
"Ka..kamu be..berhubungan dengan Vina...?'' tanya Luciana.
"Luci... Maaf.... Ini semua tidak disengaja... Tadi malam...
"Luci...." tiba- tiba Vina kembali keluar sudah memakai pakaian lengkap.
Vina menghampiri Luciana dan duduk di sebelahnya.
"Luci... Ehm... Maafin aku ya... I..ini semua tidak seperti yang kamu bayangkan... Ini terjadi karena ketidaksengajaan...." Vina merasa tidak enak pada Luciana.
"Oh...ti... tidak Vina... Tidak apa- apa..." jawab Luciana menatap Vina lalu beralih menatap Noah.
"Ehm...ka..kamu tidak perlu minta maaf... " ucap Luciana sambil berusaha tetap tenang dan tersenyum supaya dia terlihat baik- baik saja di depan Vina dan Noah, walaupun jika Luciana mau jujur,dia begitu syok.
"Kamu tahu kan, aku dan Noah sudah tidak ada hubungan apa- apa lagi... Jadi jika kalian punya hubungan ya tidak apa- apa... Malah bagus kan. Kamu sekarang sedang sendiri, be..begitu juga dengan Noah..." ucap Luciana lalu kembali menoleh ke arah Noah.
"Ti..tidak Luci... Aku dan Noah tidak ada hubungan apa- apa. Ini semua terjadi benar- benar tidak disengaja. Itu karena kami mabuk...'' sahut Vina.
Vina lalu menceritakan apa yang terjadi tadi malam di diskotik hingga akhirnya mereka berakhir di atas tempat tidur kamar Noah. Luciana tersenyum mendengar cerita Vina. Dia tetap berusaha baik- baik saja.
"Mau disengaja ataupun tidak, itu tidak masalah Vina..." jawab Luciana sambil memegang pundak Vina.
"Kamu jangan merasa tidak enak padaku. Aku tidak akan mempermasalahkan soal itu Vina..." sambung Luciana.
"Kamu tidak marah padaku...?'' tanya Vina dengan wajah menyesal takut menyakiti hati sahabatnya.
"Kenapa harus marah...? Hem...?" Luciana mengusap pipi Vina.
Sementara itu Noah terus menatap wajah Luciana.
"Katakan Luci... Apa maksud kedatanganmu ke sini...?'' tanya Noah.
Luciana menoleh pada Noah.
"Oh..i..iya... Maaf... Aku sampai Lupa..." Luciana terlihat gugup.
"A..aku hanya..." sambung Luciana mencari jawaban yang pas untuk Noah.
Iya, tidak mungkin juga dalam keadaan seperti ini Luciana akan mengatakan jika dia ingin kembali pada Noah.
"Ehm..." Luciana mengatur nafasnya.
"Aku hanya ingin minta tolong sama kamu Noah. Jika suatu saat kamu bertemu dengan Billy, tolong katakan padanya jika, diantara aku sama kamu tidak pernah terjadi apa- apa..." ucap Luciana akhirnya bisa menemukan jawaban yang pas.
"Aku bicara seperti ini sama kamu, karena aku rasa kamu ikut bertanggung jawab atas apa yang terjadi. Karena pertemuanku dengan kamu beberapa kali membuat Billy salah paham dan marah. Maka dari itu aku mohon sama kamu, tolong katakan padanya, dan yakinkan dia agar percaya denganku kalau aku dan kamu tidak melakukan apa yang pernah dia tuduhkan padaku...." sambung Luciana.
"Iya itu saja Noah. To..tolong ya..." ucap Luciana kembali terlihat gugup.
Noah terus menatap Luciana dengan lekat. Dia tahu ada sesuatu yang disebunyikan olehnya yang dia tidak jadi untuk mengatakannya.
"Luci...jadi Billy masih marah padamu...?'' tanya Vina.
"Ehm... Di..dia... Ma..masih belum mempercayaiku. Iya... Di..dia salah paham..." jawab Luciana.
Iya, Luciana tidak mau mengatakan pada Vina kalau sebenarnya dia sudah dicerai oleh Billy dan diusir oleh mantan ibu mertua dan adik iparnya. Sebenarnya tadinya dia akan menceritakan itu semua pada Noah, tapi melihat kondisinya sekarang, Luciana mengurungkan niatnya.
"Ka...kalau begitu aku permisi...." Luciana langsung bangkit dari sofa dan hendak pergi dari apartemen Noah.
"Tunggu Luci..." Vina menarik tangan Luciana.
"Vin.. Tolong lepaskan tanganku. Aku harus segera pulang..." ucap Luciana.
Setelah Vina melepaskan tangannya,Luciana bergegas untuk keluar dari dalam apartemen Noah. Sementara itu Noah hanya bisa diam sambil menatap kepergian Luciana.
🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺
Dengan langkah cepat Luciana masuk ke lift menuju ke lantai bawah. Iya, Luciana begitu malu dengan dirinya sendiri. Tadi dia begitu pede sekali datang ke apartemen Noah dengan harapan Noah mau menerimanya kembali. Namun tak disangka ternyata Noah malah baru saja menghabiskan waktu bersama Vina di tempat tidurnya. Tempat tidur yang dulu dia gunakan untuk bercinta dengan Luciana.
"Oh Ya ampun ... Kenapa aku datang di saat yang tidak tepat...untung saja aku belum mengatakan apa maksud kedatanganku. Kalau aku sampai aku mengatakan maksud kedatanganku pada Noah, betapa malunya aku..." ucap Luciana lalu segera keluar dari dalam lift.
Luciana kembali berjalan menelusuri trotoar sambil berfikir keras dia harus pergi ke mana dan harus berbuat apa. Akhirnya sampailah Luciana di sebuah taman kota. Luciana berhenti dan duduk di bangku panjang di tengah taman. Dia duduk sambil memikirkan nasibnya yang begitu buruk.
Luciana tahu dia bernasib buruk sejak dia masih kecil, sejak papa dan mamanya memutuskan untuk bercerai. Tapi setidaknya dulu dia masih punya oma dan tempat tinggal di rumah oma. Tapi lihatlah sekarang, jangankan ada keluarga yang mau menerimanya, bahkan tempat tinggal pun tidak ada. Dia tidak tahu malam nanti dia akan tidur di mana. Apakah dia harus tidur di depan toko lagi seperti tadi malam.
Iya, sudah dua hari ini dia menjadi gelandangan di jalanan. Luciana tak kuasa membendung air matanya. Dia sedih dengan nasib buruknya sekarang.
Sedangkan hari sudah mulai gelap. Dengan tubuh yang mulai lemas karena belum makan dan minum, Luciana kembali berjalan menelusuri trotoar berharap ada makanan milik orang yang jatuh di sana. Namun hingga dia jalan ratusan meter, tak ada apapun yang dia temukan untuk mengganjal perutnya.
"Kenapa nasibku jadi seperti ini...? Hik..hik... Jangankan tempat tinggal, baju untuk ganti pun aku nggak punya...hik..hik... Aku harus ke mana sekarang... ? Aku harus ke mana...?'" ucap Luciana menangis.
"Kenapa aku harus dipertemukan dengan Billy kalau pada akhirnya aku harus dicampakan seperti ini...? Hik..hik...bahkan aku tidak aku harus ngapain sekarang... Jahat... Semua jahat.. Hik..hik..." Luciana terus menangis.
Iya, dia begitu sedih, kalau tahu pernikahannya hanya akan membawa penderitaan, dulu dia tidak akan mau menikah dengan Billy. Luciana akan lebih memilih hidup sendiri dari pada dinikahi tapi pada akhirnya dicampakkan.
Luciana terus berjalan walaupun dia sendiri tak tahu harus ke mana. Tiba- tiba perutnya terasa kram. Iya, bagaimana tidak, dia sudah dua hari dia melakukan perjalanan jauh dalam keadaan hamil muda.
"Auh... Ya ampun... " Luciana meringis sambil memegangi perutnya.
"Kenapa...! Kenapa kamu hadir di perutku di saat aku tidak diperdulikan oleh papahmu...! Pergi...! Pergi kamu dari dalam perutku...! Aku tidak butuh kamu....!'' seru Luciana sambil memukul- mukul perutnya.
Tak sadar Luciana sudah berjalan di bahu jalan dan hampir ke tengah.
"Gara- gara kamu aku diusir oleh papamu...!"
"Ya Alloh.... Inikah balasan yang harus aku terima atas semua yang pernah aku lakukan bersama Noah...? Karena aku sudah melakukan dosa besar di luar pernikahan...! Tapi kenapa hanya aku...! Kenapa hanya aku yang harus menanggung dosa...!" seru Luciana terus memukuli perutnya.
"Bahkan di luar sana masih banyak orang yang kelakuannya lebih buruk dari aku...! Kenapa meraka tidak tidak dihukum...! Kenapa mereka baik- baik saja...! Kenapa hanya aku yang dihukum...! Kenapa hanya aku...! Hik..hik...." teriak Luciana.
Tiba- tiba dari arah belakang ada mobil yang melaju dengan kecepatan sedang.
"Ttiiiinnnnn....."
Hampir saja Luciana tertabrak mobil kalau saja si pengendara mobil tidak mengerem dengan tepat waktu. Luciana pun terlonjak kaget. Iya karena emosi, Luciana sampai tidak sadar kalau dia sudah berjalan sampai ke tengah jalan. Untung saja jalanan sudah mulai sepi karena hari sudah malam.
"Hai nona....!" seru si pengemudi mobil.
Dengan jantung yang berdetak lebih kencang karena kaget, Luciana menoleh ke arah belakang. Nafasnya pun tersengal- sengal.
Pengemudi mobil itu pun turun dari mobilnya lalu menghampiri Luciana.
"Kau tidak apa- apa Nona...?Apa ada yang luka...?'' tanya pengendara mobil yang ternyata seorang laki- laki berumur sekitar tiga puluh lima tahun.
"Ti..tidak...tidak ada..."Jawab Luciana sambil meringis karena perutnya masih kram.
"Ma..maafkan saya tuan... Sa...saya... Saya tidak tahu kalau saya sudah ada di tengah jalan. Sa..saya melamun..." sambung Luciana sambil menggigit bibir bawahnya karena perutnya terasa tidak nyaman.
"Apa kau sakit...?'' tanya pengendara mobil itu sambil menatap wajah Luciana.
"Ti...tidak..."
"Tapi wajahmu pucat, dan apa kamu sakit perut...?'' tanya laki- laki itu pandangannya beralih pada perut Luciana.
Luciana diam dan hanya terisak. Laki- laki itu lalu mendekat ke arah Luciana.
"Di mana rumah kamu...? Biar saya antar..." tanya laki- laki itu.
Luciana menggelengkan kepalanya.
"Kenapa...? Apa kamu tidak punya rumah...?'' tanyanya.
"Ti..tidak... Sa...saya permisi tuan.. Sekali lagi saya minta maaf..." ucap Luciana hendak pergi .
Namun dengan cepat laki- laki itu mencegahnya dengan menarik tangan Luciana.
"Tunggu...kalau kamu tidak punya rumah, lalu kamu mau ke mana...?'' tanya laki- laki itu.
Lagi- lagi Luciana menggelengkan kepalanya dengan mata berkaca- kaca.
"Di mana keluargamu...?''
Luciana kembali menggeleng. Laki- laki itu menghela nafas.
"Kalau begitu ikutlah denganku..." ucap laki- laki itu.
"Ti..tidak terima kasih..." jawab Luciana.
Iya, tentu saja Luciana tidak mau pergi dengan orang yang tidak dia kenal. Dia takut orang itu bukan orang baik. Walaupun dari penampilannya dan dari mobil yang dia kendarai sepertinya dia laki- laki kaya.
Mendapat penolakan dari Luciana laki- laki itu tersenyum.
"Kamu jangan takut, saya bukan orang jahat. Kamu akan aman. Saya akan membawamu ke tempat yang aman untuk kamu tinggal..." ucap laki- laki itu.
"Ta... Tapi...
"Perkenalkan... Nama Saya Nando... Fernando..." laki- laki itu mengulurkan tangan.
"Lu...Luciana..." sahut Luciana berjabat tangan dengan Fernando.
"Ayo.. Ikutlah denganku..." ucap Fernando.
Setelah berpikir beberapa saat, Luciana akhirnya mau ikut dengan Fernando. Fernando membukakan pintu mobil untuk Luciana.
"Apa kamu lapar...?" tanya Fernando yang melihat Luciana memegangi perutnya.
"A..aku...
"Kamu belum makan...?'' tanyanya.
Luciana menggeleng. Fernando kembali tersenyum. Lalu dia mengambil sesuatu di jok belakang yang ternyata adalah paper bag berwarna coklat. Kemudian dia mengambil sesutu di dalam paper bag tersebut.
"Ini makanlah..." Fernando memberikan kue bolu coklat pada Luciana.
Dengan tangan gemetar karena manahan lapar sejak tadi, Luciana menerima kue dari Fernando. Dan segera membuka bungkus kue tersebut lalu memakannya.
"Hei nona... Pelan- pelan makannya... Saya tidak akan merebut kue itu darimu..." ucap Fernando sambil tersenyum.
Ma...maaf tuan... Ta...tapi saya sangat lapar..." jawab Luciana sambil meneteskan air matanya.
"Ya sudah makanlah... Tapi pelan- pelan saja, takut tersedak. Dan ini minumnya..." Fernando memberikan satu botol air mineral.
Luciana mengangguk sambil terus makan kue itu hingga habis dua bungkus. Sedangkan Fernando melajukan mobilnya entah ke mana dia akan membawa Luciana.
"Tu...tuan..." ucap Luciana setelah selesai makan.
"Iya..." jawab Fernando menoleh sekilas pada Luciana lalu kembali fokus ke jalananan yang mulai sepi oleh kedaraan bermotor.
"Terima kasih tuan sudah memberi saya makan... Kalau boleh saya tahu, tuan akan membawa saya ke mana...?'' tanya Luciana.
"Nanti kamu akan tahu..." jawab Fernando sambil tersenyum.
Luciana terdiam. Iya, sekarang yang ada dipikirannya cuma pasrah. Ke mana pun Fernando akan membawanya. Dia percaya Fernando orang baik dan tidak mungkin dia kan berbuat jahat padanya.
Bersambung....
Luciana udah deh ngak usah deketin Noah lagi, pergi aja dari mereka" yng nggak bener. kamu itu ank baik cma orng" di sekeliling kamu aja yg ngak baik mkanya kamu salah gaul
dan buat bily menyesal..
.dn luciana tinggalkn bily.
kmbli kpda noah..
atau cari kbhgian sendri
smngt oithor upnya