Niat hati ingin mengugurkan kandungannya, malah bertemu ayah janin yang ia kandung. Lusi Caisa Vanholand, CEO wanita muda yang menghabiskan malam dengan Gasan Samiel Pedros seorang dokter spesialis kandungan dan anak namun memilih tidak ingin mempertahankan hasil benih semalam yang mereka lakukan. Bagaimana Gasan memperlakukan pasiennya itu? Apakah dia mampu memaksa Lusi untuk mempertahankan calon anak mereka? Bagaimana sikap Lusi dengan pemaksaan yang akan dilakukan Gasan padanya? Dukung novel ini agar mendapatkan retensi terbaik dan masuk menjadi novel pilihan pembaca! Terima Kasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SariRani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MEMINTA BANTUAN AYAH
Gasan agak terkejut sesampainya di ruangan, langsung dipanggil oleh direktur rumah sakit.
"Apa ini ada hubungan dengan keponakannya ya?" lirihnya setelah membaca pesan yang ia terima.
Lalu ia memakai jas dokternya terlebih dahulu baru menuju ruangan direktur.
Tok...tok...tok..
"Masuklah, Dokter Gasan" seru Ollar dari dalam ruangannya.
Ceklek.
Pintu terbuka.
"Selamat pagi, direktur" sapa Gasan.
"Pagi..duduklah" suruh Ollar dan Gasan duduk dihadapannya.
"Ada apa memanggilku pagi pagi, Paman?" tanya Gasan sudah dengan nada santai dan akrab.
"Tadi malam kamu menerima pasien atas nama Lusi Casia Vanholand?" tanya Ollar.
"Pasti paman sudah tau tentang ini" batin Gasan.
"Iya paman..aku kira dia datang atas persetujuan paman" sahut dokter kandungan itu apa adanya.
"Hmmm..kamu tidak menulis detail rincian keluhan serta diagnosis mu. Tumben" pancing Ollar.
"Mati aku! Kenapa aku terlalu meremehkan paman ini. Dia kepercayaan ayahku, bagaimana bisa aku tidak memikirkan kemampuannya dalam melacak sesuatu" batin Gasan dengan senyuman tipis.
"Kenapa kamu malah tersenyum begitu? Apakah aku terlihat bercanda, Gasan?" serang Ollar.
"Tidak..tidak paman..aku hanya takjub dengan kemampuan analisismu. Aku baru sadar jika ayahku tidak salah bersahabat denganmu" sahut Gasan.
"Hmmm...kamu terlalu meremehkan ku anak muda..lagipula percakapan ini berhubungan dengan keponakanku, aku tidak bisa membiarkan mata ku tertutup dengan kondisinya" ujar Ollar.
"Aku baru tau jika wanita itu adalah keponakanmu tadi malam, paman. Maafkan aku jika kurang memperlakukannya dengan baik" sahut Gasan mengira jika Ollar telah menerima aduan dari pasien terakhirnya tadi malam.
"Maksudmu apa dengan memperlakukannya dengan kurang baik? Kamu aneh aneh sama dia?" tuduh Ollar yang menunjukkan ekspresi pria itu tidak tau apa yang terjadi diantara Gasan dan Lusi.
"Sepertinya paman belum tau cerita yang sebenarnya. Aku rasa dia hanya menduga duga dan mencari informasi keponakannya dariku" batin Gasan.
"Ya aku kira dia melaporkan sikap kurang baikku kepadamu, paman. Aku cukup keras kepadanya tadi malam" jujur Gasan.
"Aku akan membuat Paman Ollar membantuku mendekati Lusi, setidaknya sampai anak anakku lahir. Mungkin menikahi dia selama masa kehamilan ini boleh juga" batinnya menemukan ide untuk bisa mendapatkan anak anaknya yang belum lahir, setidaknya Lusi tidak akan mengugurkannya mereka.
"Baru saja dia menelepon ku dan menuduhmu telah melapor kehamilannya kepadaku. Jadi kenapa kamu tidak menjelaskan bahwa dia hamil di hasil pemeriksaan mu? Kamu hanya menuliskan hasilnya terlihat seperti pengecekan rahim biasa" ungkap Ollar.
"Sebenarnya hasil yang aku tulis tidak aku rekayasa, paman. Hanya saja aku persingkat, rahim dalam keadaan baik dalam arti tersembunyi keadaan baik untuk mengandung" sahut Gasan memberikan pembelaan untuk dirinya.
"Ck..memang kamu anak Betrand, banyak sekali pembelaan yang masuk akal" celetuk Ollar.
"Sebenarnya, aku tuliskan seperti itu karena keponakan mu tidak ingin kehamilannya diketahui orang lain. Dia belum siap mengandung" jelas Gasan dengan wajah sendunya.
"Ya kalau belum siap hamil kenapa juga dia hamil! Dasar anak muda" gerutu Ollar pada akhirnya.
Gasan terdiam dan terlihat memelas.
"Kenapa wajahmu memelas seperti ini San, apakah ada yang ingin kamu katakan terkait Lusi?" tanya Ollar menebak.
"Hmmm..sebenarnya aku ingin melakukan pengakuan dosa dan memohon bantuan paman. Jika paman bisa membantuku, aku akan menceritakan semuanya terkait keponakan pamann itu" jawab Gasan.
Ollar terlihat heran mendengar pria didepannya ini.
"Pasti kehamilan Lusi ada hubungannya denganmu sampai kamu seperti ini" tebaknya dan Gasan mengangguk.
"Aku akan cerita jika paman setuju akan membantuku" sahut Gasan.
Ollar terlihat bingung apakah dia memang bisa membantu permintaan anak dari sahabatnya ini untuk mendapatkan kisah Lusi, keponakannya?
Tapi belum saja Ollar menjawab, ada seseorang yang mengetuk pintu.
Tok..tok.tok..
Tanpa menunggu sahutan dari dalam ruangan , pengetuk pun membuka pintu.
"Ah..ternyata ada seseorang disini..akan aku tunggu di luar, Adik ipar" ucap Jugos saat melihat direktur rumah sakit sedang berbicara dengan dokter lainnya.
"Kakak ipar sudah datang..masuklah..aku sudah selesai berbicara dengan dokter Gasan" sahut Ollar sambil berdiri dan berjalan menghampiri Jugos.
Gasan pun berdiri dan merasa dirinya harus keluar.
Ia mengenal siapa yang datang karena tadi malam sepulang dari rumah sakit, ia langsung mencari informasi keluarga dari wanita yang ia hamili.
"Jugos Vanholand, ayah Lusi" batin Gasan.
"Ya betul kata Direktur, Tuan. Kami sudah selesai berbicara, silahkan masuk" sahut Gasan lalu memberikan senyum bergantian kepada Ollar serta Jugos.
Ia keluar ruangan dan membiarkan tamu baru direktur masuk lalu duduk di kursi sofa berhadapan dengan pemilik ruangan.
"Aku sangat senang kamu memanggilku ke rumah sakit untuk membahas bisnis karena aku sudah cukup lelah berada dirumah saja hehe" celetuk Jugos.
"Hahaha, iya. Aku ingin bertemu kamu disini untuk membicarakan bisnis rumah sakit ini" sahut Ollar.
"Oh jadi apakah tawaranku berlaku untuk temanmu di Paris itu yang memiliki rumah sakit ini?" ujar Jugos terlihat sumringah.
Beberapa bulan lalu, Jugos yang mungkin kebanyakan uang ingin berinvestasi di rumah sakit Internasional Madrid untuk menanamkan modal serta mendapatkan saham kepemilikan sekitar 20% - 25%.
Jugos tau jika rumah sakit swasta ini dimiliki oleh 1 keluarga yang memiliki jaringan kesehatan terbaik di Eropa, jadi ia ingin mencoba berpartner.
"Ya. Temanku Betrand Pedros di Paris tadi malam menyetujui proposalmu untuk membeli 20% saham miliknya" jelas Ollar.
"YES!! AKHIRNYA AKU BERBINIS DI KESEHATAN JUGA!!" seru Jugos bahagia.
"Namun ada syaratnya" ujar Ollar.
"Pasti ada syaratnya jika membicarakan sebuah binsis, aku sudah siap mendengarkan. Katakan" sahut Jugos.
Terlihat direktur itu menghela nafas panjang terlebih dahulu.
"Keluarga Pedros ingin menikahkan putranya dengan putrimu" ujar Ollar membuat senyum yang tadinya terlihat di bibir Jugos kini hilang.
"Apa maksudmu? Bagaimana mereka bisa tau aku memiliki putri? Jaman apa ini masih menggunakan taktik seperti ini untuk perjodoha ?" tanya Jugos mulai kesal.
"Maafkan aku, Kakak Ipar. Aku hanya menyampaikan saja apa yang diinginkan oleh temanku, Betrand Pedros" jawab Ollar.
Jugos tidak terlihat senang dengan syarat yang diajukan oleh pemilik rumah sakit. Bukan berarti ia akan menjadi orang luar pertama yang memiliki saham rumah sakit Internasional Madrid, terus seenaknya menukar dengan putri tersayangnya apalagi dia tidak tau pria yang akan dinikahi putrinya itu seperti apa.
"Aku juga heran kenapa tiba tiba tadi malam, Betrand mengirimkan ku pesan untuk menawari bisnis kerjasama ini. Tadi pagi pun baru mendapatkan teleponnya untuk menyuruhku langsung menyampaikan padamu" jelas Ollar.
Jugos masih terdiam.
"Jika tidak suka dengan penawarannya, kakak ipar tidak perlu melanjutkan bisnis ini tidak apa apa" tambah Ollar saat pria dihadapannya ini masih tak menyahuti apa yang dia katakan.
Di ruangan dokter kandungan, Gasan menyandarkan diri di kursinya sambil senyum senyum sendiri.
"Hahaha,..tanpa aku menyuruh paman Ollar untuk membantuku, ternyata ayah sudah lebih dulu bertindak menghubunginya untuk berbicara dengan Jugos. Memang terpaksa aku harus menggunakan power ayah dalam hal ini" gumamnya.
Yap, tadi malam juga, ia langsung menghubungi ayahnya di Paris dengan mengatakan ingin menikahi seseorang, putri dari keluarga Vanholand.
Betrand yang mendengarnya sangat senang jika akhirnya sang putra ingin menikah karena sebelumnya Gasan terlihat tidak pernah menyukai wanita.
Orang tua dan saudara Gasan sempat khawatir jika putranya ini agak belok ke pelangi, tapi mendengar keinginan putranya ingin menikah, langsung saja Betrand semangat menikahkan putranya.
Gasan tidak mengatakan jika sudah menghamili putri dari keluarga Vanholand itu karena menjaga harga diri si wanita, setidaknya sampai mereka menikah.
Betrand mengingat tawaran bisnis dari Jugos Vanholand melalui Ollar beberapa bulan lalu, sehingga ia memanfaatkan kesempatan ini menjadi ajang perjodohan.
Secara tidak langsung, Gasan memaksa Lusi menikahinya melalui hubungan bisnis dan keluarga.
Nah, karena inilah, Ollar yang pagi pagi menerima telepon Betrand dan mendengar syarat bisnisnya tergelitik untuk mencari tau apa yang terjadi pada keponakannya sehingga dijadikan syarat dalam bisnis rumah sakit.
Tak disangka, ia melihat nama Lusi Casia Vanholand di daftar pasien Poli Kandungan dan bertemu dengan Gasan. Disitulah, Ollar menganalisis hasil pemeriksaan wanita itu dan keanehan diagnosis dari dokter yang sebelumnya selalu detail.
semangat update nya hehhehehe....