TOLONG DI PERSIAPKAN MENTAL UNTUK MEMBACA CERITA INI YA KAWAN KAWAN...
Cerita ini menceritakan tentang Rere yang berumur 17 tahun mengalami kekerasan dan penculikan secara brutal, konflik hebat dan berat.
.....
Semilir angin sejuk dirasakan Rere ketika mobil sudah berjalan. Dia sama sekali tidak bisa mencerna semua kejadian 10 menit yang lalu. Tamparan Ben di pipinya sekarang terasa panas, namun entah kenapa rasa itu sekarang menghangatkan hatinya. Perilaku Ben yang kasar sekaligus lembut tadi benar-benar menggugahnya. Rere juga tidak bisa memutar otaknya untuk bertindak lebih lanjut. Rasa luar biasa lelah menggerogoti tubuhnya sekarang. Kedua kelopak matanya yang indah itu sekarang terasa berkilo-kilo beratnya. Rere memejamkan mata mencoba mempelajari apa yang sekarang dirasakannya dalam hati. Dia bahkan sempat merasakan Ben membelai rambutnya sambil berbisik “I’m really sorry Re…” sebelum dia terlelap tertidur terbawa alam bawah sadarnya untuk mengistirahatkan hati dan tubuhnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MegaHerdian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35. AMAT KERAS!
Rere menangkap tidak ada rasa menyesal sama sekali yang ditunjukkan Ben, dia masih tetap tersenyum. Senyum sinis yang dingin yang sudah dikenal Rere. Lalu tiba-tiba, gadis si rambut lurus datang menghampiri Ben, dengan manja dan erotis memeluk Ben, meletakan lidahnya disepanjang leher Ben sambil memainkan mata nakalnya ke arah Rere.
"Mereka bilang bisa bantu aku, bisa ngehibur aku da..." ucapan Ben terpotong saat Rere yang tiba-tiba menepis tangan Ben di lengannya.
"Oh..Oke kalo gitu" potong Rere.
"Gue gak akan ganggu" Rere menunduk siap-siap untuk pergi. Tetapi ketika dia akan berjalan ke sudut ruangan, Rere merasakan tangan Ben sudah memegang pergelangan tangannya. Menariknya ke pelukan Ben dan memeluknya dengan mesra.
Gadis si rambut lurus menatap Rere dari belakang bahu Ben dengan penuh makna. Rere tidak bisa mengenali tatapan itu, marah kah atau haus penuh nafsu. Tetapi si rambut lurus tersenyum penuh arti kepadanya.
Rere berusaha menghindari pelukan Ben yang meskipun terlihat mesra bergairah, rangkulan Ben di sekitar pinggangnya sangat erat.
"Ini bukan buat aku aja kok say buat kamu juga biar kamu tahu gimana caranya jadi erotis, Gak kaya akting kamu payah banget deh" Dengan mesra Ben menatap Rere dan mengecup lembut bibirnya. Kedua bibir mereka menyatu tanpa bisa dielak Rere, Basah dan sensasional yang pernah Rere rasakan ketika bibirnya menyentuh dan disedot oleh bibir Ben.
Seperti yang lupa dengan apa yang terjadi beberapa waktu lalu sikap Ben sudah kembali seperti semula dingin dan penuh kesombongan.
Entah memang karena kedua gadis bugil itu yang membuat suasana menjadi panas atau memang hal lain, Rere merasakan kecupan Ben kali ini benar-benar penuh nafsu. Dia tidak bisa mengenali siapa yang lebih menikmati kehadiran dua gadis panas tersebut. Ben atau dirinya. Tetapi ciuman Ben di bibirnya benar-benar membuatnya ingin dan ingin terus menikmati bibir Ben yang sekarang terlihat sangat sexy membuat nafsu Rere bangkit tak sengaja.
Rere berusaha keras menolak perasaannya sendiri. Tetapi entah kenapa ciuman itu betul-betul membuatnya melayang-layang. Sekarang, segala sesuatunya membuat Rere terbang. Ciuman Ben yang maut membuat semua penolakan atas pelukan Ben menjadi kendur. Rere merasakan dirinya sekarang pasrah dalam pelukan Ben. Dan yang membuatnya tak habis pikir, dia 'membalas' kecupan dan permainan lidah Ben di dalam mulutnya, seperti pepatah yang mengatakan menjilat ludah sendiri.
Sementara Ben sendiri sekarang merasa bahwa ruangan itu menjadi sangat indah. Dia melihat Rere sepertinya sudah terlena. Dengan senyum kemenangan Ben mencumbui Rere. Bahkan dilihatnya gadis itu memejamkan kedua matanya dan membalas pelukannya "Mimpi apa gue semalam" katanya dalam hati.
Bahkan Ben merasakan Rere terus memejamkan matanya dan terus menciumi bibirnya ketika dia tidak lagi menggerakkan bibirnya di bibir Rere "Re.." kata Ben pelan-pelan mencoba menyadarkan Rere.
"Kenalin dulu temen aku nih say" masih dengan nada pelan, Ben menambahkan kesan lembut di setiap kata-katanya. Dilihatnya Rere mulai menghentikan ciumannya dan membuka matanya. Selama sepersekian detik tampaknya Ben menyadari bahwa Rere sudah setengah sadar dan menyadari tindakannya tadi. Bahkan dalam ruangan gelap, Ben bisa melihat semburat merah merona di pipi Rere.
Akhirnya Ben beranjak ke sudut ruangan, menekan tombol listrik di sana dan menerangkan seluruh ruangan.
"Ini Tania" ketika kembali ke posisi semula, Ben memperkenalkan gadis si rambut lurus di belakangnya yang masih saja menjadi penonton setia sambil memeluk lagi dan menciumi Ben dari belakang.
"Yang di sana namanya Niken" katanya kemudian sambil menunjuk ke arah gadis berambut ombak. Rere pun spontan menoleh ke arah gadis yang dimaksud. Niken, begitu kata Ben yang ternyata sedari tadi merangsang dirinya sendiri dengan meremasi buah dadanya yang berukuran luar biasa.
Gadis yang bernama Niken pun dengan tidak menghentikan aktivitasnya, melambai ke arah Ben dan tersenyum menatap Rere. Rere tidak tahu harus berbuat apa. Ini kali pertamanya dia dalam posisi yang ganjil seperti ini.
Sementara nafsunya yang tadi tertunda sempat membuatnya malu dan senewen. Dia juga tidak berani menatap Ben, akhirnya Rere hanya menundukkan kepalanya saja seakan jari-jari kakinya sekarang menjadi sangat menarik untuk diperhatikan.
Entah berapa lama keadaan kaku tersebut berlangsung, sampai akhirnya Rere melihat Tania sekarang menjatuhkan dirinya di kaki Rere, menatap Rere dari bawah sana dengan mesra dan nafsu, menjilati kedua betis Rere. Rere merasa saat itu sangat risih sekali untuknya. Tetapi dia tidak berani untuk menarik kakinya. Dia tidak tahu apa yang akan terjadi seandainya dia menghindar.
Jilatan-jilatan tania di kedua betisnya sungguh sangat erotis. Sekarang jilatan-jilatan itu merambah ke atas ke kedua paha Rere. Rere merasakan kedua buah dada Tania sekarang digesek-gesekan di kakinya. Sungguh sensasi yang aneh menurut Rere. Sementara Rere tidak tahu harus berbuat apa, Ben dengan lembut mulai kembali mencium bibirnya. Rere mengerti kalau Ben berusaha mencairkan suasana. Bingung dengan suasana hatinya sendiri atau memang sudah waktunya, Rere kembali membalas ciuman Ben. Mereka berpagut sungguh mesra. Ben pun mulai membuka pakaian Rere satu persatu. Sampai akhirnya Rere sekarang sudah telanjang, memperlihatkan buah dadanya yang sangat ranum dan kemaluannya, sama seperti Tania dan Niken.
Rere merasa semakin malu dan tidak nyaman sekarang, walaupun nafsu sudah mendominasi tubuhnya sekarang, perasaan tidak enak mungkin karena malu karena dua wanita asing yang berada di kamarnya.
Ben yang seakan tau akan isi hati Rere, dia menyuruh Niken dan Tania untuk keluar dari kamar terlebih dahulu, entah kenapa Rere memancarkan tatapan kemenangan saat melihat kedua wanita tadi meninggalkan kamarnya, entah lah apa yang terjadi saat ini namun rasa nafsu yang tadi tertunda bangkit lagi saat Ben memeluknya dari belakang.
"Kamu tau kan.." Ucap Ben pelan sembari menjilati kuping telinga Rere.
"Aku bisa ngedapetin yang lebih dari kamu, yang cantik atau yang sexy sekalipun aku bisa dapetin...tapi.." Ben menjeda ucapannya, membalikkan tubuh Rere untuk menghadap nya.
"Tapi ini tentang perasaan Re..." Nada suara Ben terasa berat dan rendah dan Ben menengadah kan dagu Rere untuk mensejajarkan tatapan matanya.
Entah karena nafsu yang mendominasi atau karena Ben yang terdengar tulus membuat hati Rere perlahan luluh, namun masih ada rasa benci yang begitu besar jauh di lubuk hatinya yang tidak akan pernah hilang.
"So..." tanya Rere.
Ben menatap penuh makna tersirat di dalam matanya, dengan segala kelembutan dia mencium bibir Rere, ciuman lembut mereka semakin cepat seolah sedang di kejar oleh sesuatu yang tidak terlihat.
Rere juga yang sudah terlena dengan ciuman Ben dia menarik Leher Ben, mengalungkan kedua tangannya.
Ben yang melihat Rere mulai terlena dengan sigap dia menggendong dan membaringkan tubuh Rere di kasur tanpa menghentikan ciumannya.
Sekarang Rere merasa bahwa dia memang sudah hilang kesadaran sampai-sampai dia merasakan kehilangan yang sangat besar tanpa batang kemaluan Ben di rongga kewanitaannya, seolah ini adalah malam pertamanya dengan Ben.
Sementara Rere merasa Ben sungguh tampan saat itu. Senyum Ben yang selalu tersungging saat itu sekarang tidak di anggap 'sinis' olehnya, bahkan senyum itu seakan sungguh-sungguh melegakan tenggorokannya dari haus yang berkepanjangannya. Rere pun langsung membuka kedua kakinya ketika dilihatnya wajah Ben sudah mendekati kemaluannya. Yang langsung di lahap dan di stimulasi Ben dengan rakus. Rere kembali terbang ke awang-awang, dia merasa awan yang indah dan sejuk sekarang berada di dekatnya menyejukkan dirinya walaupun peluh keringatnya bercucuran.
Ben masih terus saja menjilati dan menggigit kecil daging kecil di antara bibir kemaluannya. "Aahh Ben.." racaunya ketika dia merasa Ben menghisap daging kulitnya kuat-kuat. Juga ketika Ben bangkit dan bersiap-siap untuk berpenetrasi, Rere kembali melebarkan kakinya serasa menanti saat-saat itu. Dan ketika batang kejantanan Ben sudah ada di dalam tubuhnya, Rere merasakan rasa lega yang luar biasa. Nikmat yang sungguh dirindukannya. Apalagi ketika Ben menatap matanya, serasa tatapan mata Ben adalah tatapan mata yang sangat intim yang pernah didapatnya.
"Masalah yang kemarin, kita bahas besok aja ya.."
"Kamu boleh sekolah atau apapun yang kamu mau but you still have to obey my rules" Ben menyudahi kata-katanya dengan mengecup kening Rere. Sedetik kemudian, Ben beranjak dari tempat tidur menuju kamar mandi setelah berpenetrasi di dalam dirinya .
Bahkan Rere tidak bisa memaksa otaknya untuk berpikir apa yang baru saja terjadi sekarang, beberapa pertanyaan tentang wanita manja tadi membuat Rere kembali ingat setelah semuanya terjadi.
Kenapa dia bisa hilang kendali? Obat perangsang? Dia bahkan tidak minum apa-apa sebelum tidur tadi. Tetapi kenapa? Bagaimana nikmat seksual yang tadi dirasakannya baru didapatkannya sekarang? Pikiran itu berkecamuk di dalam otaknya yang buntu. Rere juga kembali meng-compare permainan cinta antara dirinya dengan Albie atau permainan cinta yang barusan. Dia tidak bisa memprediksi, apakah dia menginginkan perasaan nikmat yang seperti tadi lagi atau tidak.
"Lapar..." perutnya mengingatkannya, bahkan dia tidak ingat kapan terakhir dia memasukkan sesuatu ke dalam perutnya yang sekarang dengan proses ini, hawa nafsu yang terbawa saat kedua wanita tadi yang memanaskan ruang kamar nya.
"Tapi nanti Ben mau cari makanan" katanya membalas dirinya sendiri mengingat kata-kata Ben sebelum pergi ke kamar mandi.
Dan besok, dengan adanya kejadian tadi, mungkin Rere akan bisa melunakkan sedikit kekerasan hati Ben dan membicarakan kesepakatan untuk kembali ke sekolah lagi.
"I miss school.." celotehnya, senyum lebar berkembang manakala dia mengingat bahwa akan ada kesempatan untuk bertemu teman-teman sekolahnya lagi.
Hebatt bgt km thor..sehari 2x ..
aq ma suami sminggu 2x atau kadang sminggu 1x..sama2 repot,sama2 pasif mainnya,kpn2 bagi tips ya thor hehehehe
gmn baiknya tuh 2 bocah deh thorr..tinggal urus sj..aq sediain sesaji sama like yg bnyk dehhh
thooor bikin rere bahagia kasian