Chen Huang, seorang remaja berusia 15 tahun, menjalani hidup sederhana sebagai buruh tani bersama kedua orang tuanya di Desa Bunga Matahari. Meski hidup dalam kemiskinan dan penuh keterbatasan, ia tak pernah kehilangan semangat untuk mengubah nasib. Setiap hari, ia bekerja keras di ladang, menanam dan memanen, sambil menyisihkan sebagian kecil hasil upahnya untuk sebuah tujuan besar: pergi ke Kota Chengdu dan masuk ke Akademi Xin. Namun, perjalanan Chen Huang tidaklah mudah. Di tengah perjuangan melawan kelelahan dan ejekan orang-orang yang meremehkannya, ia harus membuktikan bahwa mimpi besar tak hanya milik mereka yang berkecukupan. Akankah Chen Huang berhasil keluar dari jerat kemiskinan dan menggapai impiannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DANTE-KUN, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 35 — Kantong Penyimpanan
Setelah berpisah dengan Lei Hua, Chen Huang merasa ini adalah waktu yang tepat untuk memberikan kejutan kepada Ning Xue. Dengan 14 koin emas di tangannya, dia memutuskan untuk membeli dua kantong penyimpanan: satu untuk dirinya dan satu untuk Ning Xue. Dia tahu bahwa kantong penyimpanan akan sangat membantu mereka berdua, terutama dalam tugas-tugas mendatang.
Chen Huang langsung menuju lapangan tempat Ning Xue biasanya berlatih. Dari kejauhan, dia melihat Ning Xue dengan pedangnya, tengah berlatih gerakan-gerakan teknik pedang lanjutan. Rambut hitam panjangnya tergerai anggun di bawah sinar matahari sore, gerakannya tegas dan penuh keyakinan.
"Ning Xue!" panggil Chen Huang dengan suara lantang.
Ning Xue menghentikan latihannya dan menoleh. Ketika melihat Chen Huang, ekspresinya yang serius berubah menjadi senyum lembut. Dia menghampiri Chen Huang sambil menyeka keringat di dahinya dengan kain kecil. "Chen Huang? Ada apa? Kau kelihatan senang sekali," katanya, suaranya penuh kehangatan.
Chen Huang tersenyum lebar. "Aku ingin mengajakmu ke pusat kota. Aku ingin membeli kantong penyimpanan, dan aku juga ingin membelikan satu untukmu."
Mata Ning Xue membulat, terkejut sekaligus bahagia. "Membelikan untukku juga? Kau serius?"
Chen Huang mengangguk mantap. "Tentu saja. Aku tahu kau sering kesulitan membawa barang-barangmu saat berlatih atau menjalankan tugas. Ini juga sebagai bentuk terima kasihku karena selama ini kau selalu membantu dan menemaniku."
Ning Xue menatap Chen Huang dengan penuh rasa terharu. "Terima kasih, Chen Huang. Tapi... kau dapat uang sebanyak itu dari mana? Bukannya kantong penyimpanan sangat mahal?"
Chen Huang terkekeh pelan. "Ceritanya panjang, tapi aku baru saja menyelesaikan misi besar bersama Lei Hua. Dalam misi itu, kami mendapatkan 12 inti jiwa binatang spiritual tingkat 3. Itu cukup untuk mendapatkan enam koin emas dan enam batu spiritual. Belum lagi Lei Hua memberiku hadiah lima koin emas. Jadi sekarang aku punya 14 koin emas."
Ning Xue mengangkat alis, penasaran. "Misi apa yang kalian jalani? Dan bagaimana kalian bisa mendapatkan inti jiwa sebanyak itu?"
Sambil berjalan keluar lapangan menuju gerbang Akademi, Chen Huang mulai bercerita. "Awalnya, aku dan Lei Hua hanya berencana berburu binatang spiritual tingkat 3. Kami berhasil mengalahkan ular api merah, meskipun Lei Hua terluka. Lalu, saat kami menjelajahi hutan, kami menemukan 11 mayat kura-kura cangkang baja di dekat danau besar. Kami memanen inti jiwanya, tapi ternyata itu semua adalah umpan yang ditinggalkan oleh seorang pria dari Sekte Darah Naga untuk memancing harimau darah."
Ning Xue tertegun. "Sekte Darah Naga? Kau bertemu dengan orang seperti itu? Dan bagaimana kalian bisa selamat?"
Chen Huang mengangguk serius. "Dia sangat kuat, kemungkinan berada di ranah Master. Dia menyerang kami, tapi untungnya, harimau darah datang dan mengalihkan perhatiannya. Aku memanfaatkan kesempatan itu untuk melarikan diri sambil membawa Lei Hua yang terluka."
Ning Xue menghela napas panjang, campuran antara kagum dan khawatir. "Kau benar-benar beruntung bisa selamat. Tapi aku bangga kau berhasil menjaga Lei Hua dan menyelesaikan misimu dengan baik."
Chen Huang tersenyum kecil. "Terima kasih, Ning Xue. Sekarang, ayo kita beli kantong penyimpanan sebelum toko di kota tutup."
Di Pusat Kota.
Setelah setengah jam perjalanan, mereka tiba di pusat kota Chengdu, yang ramai dengan berbagai pedagang dan pembeli. Chen Huang memimpin Ning Xue menuju sebuah toko besar yang menjual alat-alat spiritual. Pintu toko terbuat dari kayu mahoni dengan ukiran naga emas di sisinya.
Seorang penjaga toko menyambut mereka dengan ramah. "Selamat datang! Apa yang bisa saya bantu?"
Chen Huang menjawab dengan percaya diri. "Kami mencari kantong penyimpanan."
Penjaga toko mengangguk dan menunjukkan berbagai jenis kantong penyimpanan dengan desain yang beragam. Setelah memilih, Chen Huang membeli dua kantong penyimpanan sederhana namun kokoh, masing-masing seharga lima koin emas.
Setelah selesai bertransaksi, Chen Huang menyerahkan salah satu kantong penyimpanan kepada Ning Xue. "Ini untukmu. Sekarang kau tidak perlu repot membawa barang-barang berat lagi."
Ning Xue menerima kantong itu dengan senyum lebar. "Terima kasih, Chen Huang. Kau benar-benar teman yang baik. Aku akan menjaga ini baik-baik."
Mereka meninggalkan toko dengan hati yang ringan, senyuman tak pernah lepas dari wajah Ning Xue. Chen Huang merasa puas bisa membuat Ning Xue bahagia, sementara Ning Xue merasa semakin kagum dan nyaman dengan Chen Huang. Perjalanan mereka kembali ke Akademi Xin dipenuhi dengan canda dan tawa, menutup hari yang penuh kebahagiaan.
...
Keesokan harinya - Di Lapangan utama Akademi.
Pagi itu, suasana lapangan utama Akademi Xin terasa sangat hidup. Ratusan murid tingkat 1 berkumpul, termasuk 50 murid baru yang masih bersemangat setelah menyelesaikan ujian masuk mereka. Angin lembut berhembus, membawa aroma khas rumput dan dedaunan yang basah oleh embun pagi.
Di atas panggung besar yang terletak di tengah lapangan, seorang tetua berdiri dengan jubah abu-abu panjang berbordir lambang Akademi Xin. Sosok itu adalah Tetua Li, seorang figur yang dihormati di akademi karena kebijaksanaan dan pengalamannya. Wajahnya yang tegas namun ramah memancarkan aura wibawa yang membuat semua murid terdiam saat dia membuka mulutnya.
"Selamat pagi, murid-murid tingkat 1!" suara Tetua Li menggema, penuh energi. "Hari ini, saya memiliki pengumuman penting untuk kalian semua."
Mata para murid berbinar-binar. Mereka tahu bahwa jika Tetua Li yang berbicara, maka berita itu pasti besar dan menggiurkan.
"Sebulan dari sekarang," lanjutnya, "kami akan mengadakan Pertarungan Peringkat Murid Tingkat 1. Ini adalah kesempatan bagi kalian semua untuk menunjukkan kemampuan kalian, bukan hanya kepada sesama murid, tetapi juga kepada para guru dan tetua. Kalian akan bertarung untuk mendapatkan peringkat tertinggi di antara murid-murid tingkat 1!"
Bisik-bisik mulai terdengar di antara para murid. Wajah-wajah mereka berubah antara antusias, cemas, dan penuh tekad.
Tetua Li mengangkat tangannya, meminta mereka untuk tenang. "Dan tentu saja, bagi mereka yang berhasil masuk ke 3 besar, kami telah menyiapkan hadiah istimewa." Dia berhenti sejenak, membuat suasana semakin tegang. "Hadiah itu adalah Pil Merak Api!"
Seluruh lapangan seketika riuh dengan suara kekaguman. Pil Merak Api adalah benda langka yang terkenal mampu memberikan kekuatan elemen api kepada mereka yang mampu menyerapnya dengan sempurna.
Tetua Li melanjutkan, suaranya semakin menggugah semangat. "Bagi kalian yang berhasil mendapatkan Pil Merak Api, peluang kalian untuk naik ke tingkat lebih tinggi akan semakin besar. Tapi ingat, pil ini hanya dapat memberikan kekuatan penuh jika diserap dengan kemampuan dan kontrol yang baik. Jadi, kalian harus mempersiapkan diri dengan matang."
Chen Huang yang berdiri di antara kerumunan mendengarkan dengan penuh perhatian. Matanya menyala-nyala, memikirkan tantangan yang akan datang. Di sebelahnya, Ning Xue tampak merenung, wajahnya menunjukkan ketenangan meskipun dalam hati dia juga penuh ambisi.
"Pertarungan ini akan berlangsung dalam format eliminasi," Tetua Li melanjutkan. "Kalian akan diundi untuk bertarung satu lawan satu. Pemenang akan maju ke babak berikutnya, hingga akhirnya hanya tersisa tiga orang terbaik. Maka dari itu, gunakan waktu sebulan ini untuk melatih diri kalian sebaik-baiknya!"
Semua murid mulai berdiskusi dengan teman-teman mereka, merencanakan strategi, atau hanya sekadar membayangkan diri mereka berada di atas panggung, menerima Pil Merak Api.
Tetua Li memberikan satu pengumuman terakhir sebelum meninggalkan panggung. "Ingat, ini bukan hanya soal hadiah, tetapi juga kesempatan untuk menunjukkan siapa yang pantas menjadi yang terbaik di antara murid tingkat 1. Persiapkan diri kalian, dan buktikan kemampuan kalian!"
Suasana lapangan menjadi semakin ramai setelah pengumuman itu berakhir. Chen Huang, Ning Xue, dan murid-murid lain mulai memikirkan rencana mereka untuk menghadapi tantangan besar ini. Sebulan mungkin terdengar lama, tetapi bagi mereka yang ingin menang, setiap detik sangat berharga.
Chen Huang melirik Ning Xue. "Jadi, apa rencanamu?" tanyanya.
Ning Xue tersenyum tipis. "Latihan, tentu saja. Aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk mendapatkan Pil Merak Api itu."
Chen Huang mengangguk penuh semangat. "Aku juga. Kalau kita sampai bertemu di atas panggung nanti, jangan ragu untuk memberikan yang terbaik, ya."
Ning Xue menatapnya dengan tatapan percaya diri. "Tentu saja, aku tidak akan menahan diri. Tapi pastikan kau juga siap menerima kekalahan nanti," godanya.
Chen Huang tertawa. "Kita lihat saja nanti."
Percakapan ringan itu menggambarkan semangat persahabatan dan persaingan mereka. Di tempat lain, Lei Hua, Zhang Meng, Ma Yue, dan murid-murid lainnya juga mempersiapkan diri dengan caranya masing-masing. Semua tahu bahwa sebulan ke depan akan menjadi bulan penuh latihan keras, perencanaan, dan pembuktian.