NovelToon NovelToon
Tuhan Kita Tak Merestui

Tuhan Kita Tak Merestui

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Spiritual / Cinta Terlarang / Keluarga / Cinta Murni / Trauma masa lalu
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: YoshuaSatrio

Pertemuan antara Yohanes dan Silla, seorang gadis muslimah yang taat membawa keduanya pada pertemanan berbeda keyakinan.

Namun, dibalik pertemanan itu, Yohanes yakin Tuhan telah membuat satu tujuan indah. Perkenalannya dengan Sila, membawa sebuah pandangan baru terhadap hidupnya.

Bisakah pertemanan itu bertahan tanpa ada perasaan lain yang mengikuti? Akankah perbedaan keyakinan itu membuat mereka terpesona dengan keindahan perbedaan yang ada?

Tulisan bersifat hiburan universal ya, MOHON BIJAK saat membacanya✌️. Jika ada kesamaan nama tokoh, peristiwa, dan beberapa annu merupakan ketidaksengajaan yang dianggap sengaja🥴✌️.
Semoga Semua Berbahagia.
---YoshuaSatio---

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YoshuaSatrio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

seblak pertama

Pak Abdi menatap Yohan dengan mata terbelalak, penuh kebingungan. "Seblak?" katanya, suaranya perlahan namun penuh tanya. "Apa yang Pak Yohan maksud?" Pak Abdi menambahkan, seolah-olah mencoba memahami apakah Yohan sedang berbicara tentang makanan khas seblak atau ada makna lain di balik kata itu.

Tatapan herannya memancarkan rasa penasaran yang mendalam, menunggu jawaban yang bisa menjelaskan kebingungannya ini.

Silla merasa darahnya mengalir deras ke wajahnya, rasa malu dan menyesal memenuhi hatinya. Ia menyesal telah salah bicara dan menawarkan seblak sebagai sarapan di momen yang tidak tepat. Dengan kepala tertunduk, Silla tidak berani menatap Yohan dan Pak Abdi, takut melihat ejekan atau ketidaksenangan di wajah mereka.

"Maaf, aku... aku tidak berpikir," Silla mengucapkan kata-kata dengan suara lirih, berusaha menutupi rasa malu yang semakin menggunung. Ia merasa bodoh dan tidak tahu harus berbuat apa selain diam dan menunduk, berharap situasi ini bisa segera berlalu.

Usna yang berdiri di sisi Silla pun menyelidik dengan tatapan yang sama persis dengan pak Abdi. Memicingkan mata memeriksa wajah Silla yang tertunduk, seakan ingin mengurainya sendiri.

Silla balas menatap Usna, dengan tatapan pasrah, sedikit menggigit bibir bawahnya, seolah ingin sekali meneriakkan ‘Tolong Usna, bawa aku menghilang dari sini, aku ingin berubah jadi debu saja saat ini!’

Sedangkan Yohan tidak mempedulikan rasa malu Silla, ia bisa merasakan ada sesuatu yang tidak beres dengan pekerjaan Silla.

Namun, Yohan memutuskan untuk tidak mempermasalahkan hal itu lebih lanjut. "Silla, aku ingin seblak di pagi yang sedikit panas ini," katanya dengan nada biasa, seolah-olah tidak ada yang salah.

"Buatlah untukku, aku ingin tahu apa yang bisa kamu lakukan hari ini." Yohan menambahkan, memberikan Silla kesempatan untuk menunjukkan kemampuan dan perhatiannya, meskipun suasana sedikit tegang.

"Baiklah, aku akan membuatnya!" Silla mengucapkan dengan nada lesu, tanpa semangat.

Begitu juga dengan langkah kakinya yang tak bertenaga menuju ke dapur, menunjukkan betapa lelah dan frustasi karena menanggung rasa malu itu sendirian.

Pak Abdi mengikuti Silla ke dapur, begitu juga dengan Usna. Keduanya masih terlihat bingung dengan situasi yang baru saja terjadi.

Saat Pak Abdi dan Usna berada di sampingnya, Silla berbisik, "Maaf, Paman. Tadi aku terlalu gugup dan salah bicara. Aku ingin membuatnya tidak marah, tapi malah jadi seperti itu."

Silla menunduk, merasa malu dan tidak percaya diri.

Pak Abdi memandang Silla dengan penuh pengertian, seolah-olah ia tahu ada sesuatu yang lebih dalam dari sekadar kesalahan bicara.

“Baiklah, aku percaya pasti kamu melakukannya karena membantuku, aku akan mendukung apapun yang kamu lakukan. Sekarang masaklah sepenuh hati, Paman akan membantu membujuk Pak Yohan.”

Pak Abdi memberi kesempatan dan kepercayaan penuh pada Silla, lalu bergegas kembali ke ruang tamu untuk menemani Yohan.

Sedangkan Usna masih menatap penuh selidik, ingin mendapatkan koreksi yang seterang mungkin dari Silla.

“Kenapa pagi-pagi harus berurusan sama seblak? Kenapa juga orang itu?”

Silla menghela napas, dengan kedua tangan yang sibuk dengan aktivitas dapurnya. Silla menceritakan bagaimana semua rasa malu pagi ini terus menempel padanya.

Namun bukannya bersimpati, Usna justru membiarkan tawanya meledak bebas. Begitu juga dengan Silla, meski merasa sangat malu, dan frustasi, akhirnya ia pun bisa bebas menertawakan dirinya sendiri bersama Usna.

“Selamat berjuang Silla, semoga setelah seblak akan lahir menu sarapan aneh selanjutnya, tapi aku harus berangkat kuliah pagi, jadi tidak bisa banyak membantu,” pamit Usna seraya mengacungkan kepalan tangannya memberi semangat pada sepupunya itu.

Silla menanggapinya dengan raut muka sedikit cemberut, “Hm … hati-hati kuliahnya!” serunya.

Butuh waktu sekitar tiga puluh menitan bagi Silla untuk membuat seblak andalannya, beruntung semua bahan telah tersedia tanpa harus pergi berbelanja.

Dengan langkah ragu dan jantung yang berdebar hebat, Silla membawa semangkuk seblak keruang tamu, dimana Yohan tengah berbincang dengan pak Abdi.

Silla menunduk, hanya berani sedikit melirik penuh harap, menanti reaksi Yohan setelah mencicipi hasil masakannya.

‘Ada apa dengan wajahnya? Kenapa datar begitu? Kalau soal enak sih sudah pasti kujamin, tapi aku tidak tahu selera pedasnya sampai level berapa. Dan lagi, biasanya pria tak suka bau seblak, tapi ini kenapa biasa aja?’ batin Silla menyelidik Yohan yang tak memalingkan wajahnya menikmati makanan berkuah itu.

“Jadi ….” Rasanya sesuatu mencekat di tenggorokannya, membuat Silla tak tahu harus bagaimana melanjutkan ucapannya.

“Lumayan.”

Satu kata keluar juga dari mulut Yohan seraya menyeka mulutnya dengan tisu.

“Cuma lumayan?” tanya balik Silla seolah menuntut kejelasan atau penilaian lebih. Entah kenapa kata ‘lumayan’ ini terasa sangat mengganggunya dan justru membuatnya kesal.

“Sepenuh hati aku membuatnya, dia cuma bilang lumayan? Tapi habis! Ambigu sekali dia!” gumam lirih Silla, sangat lirih bahkan tak sekeras suara nyamuk yang ikut berkeliling di ruangan itu, mungkin aroma seblak memanggilnya masuk.

“Sekarang coba jelaskan dengan rinci menurut versimu, kenapa bisa ada kendala dalam proses produksi? Dan kenapa tak ada antisipasi?”

Suasana kembali menegang, Yohan masih tak puas atau memang sengaja tak ingin melepaskan Silla dengan mudah.

“Apa lagi yang harus dijelaskan? Seharusnya pagi ini aku juga sudah melanjutkan produksi, tapi malah sibuk di dapur!”

“Jadi kamu menyesal membuat seblak untukku? Bukankah kamu sendiri tadi begitu membanggakannya?” ucap Yohan datar, sedatar mungkin.

Namun yang terdengar di telinga Silla berbeda, ucapan datar itu seperti sindiran tajam yang justru membuatnya kembali kesal.

“Jadi maumu apa sih sebenarnya? Nanti juga kan selesai tepat waktu! Khawatir amat kayak semut keinjek aja!”

“Kan … kenapa sih kamu hobi banget ngomel? Nanti tiba-tiba berubah jadi nenek-nenek loh!”

“Ya namanya juga hidup, jangankan manusia, mesin aja bisa ngambek kalo gak di kasih istirahat, toh pak Yohan juga lihat sendiri masih ada beberapa mesin yang gak mood kerja karena capek, masih untung pegawai Paman saya gak kayak mood mesinnya, masih ada waktu 2 hari, saya jamin semua udah selesai pas hari H!”

Yohan mengerutkan dahi, mendengus jengah lalu menutup wajahnya dengan satu tangan, berusaha menetralisir rasa kesal yang mulai tertarik keluar.

“Baiklah, kamu jaminannya!”

Yohan tak ingin lagi mendengar alasan apapun dari Silla, ia memilih bangkit lalu meninggalkan tempat itu. Meninggalkan Silla yang duduk lemas.

Menyesal pun tak lagi berguna, kebiasaannya yang menjawab ceplas-ceplos ternyata menyulitkan dirinya sendiri. Rasanya seperti berdiri di tepi tebing. Tidak berani untuk terjun, tapi ada rasa malu untuk kembali ke daratan.

...****************...

Bersambung ....

1
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
lain kali hati" ya Silla 🤭
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
berarti Yohan laper 🤣🤣🤣
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
emang biasanya begitu wajahnya,datar 😐
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
karena seblak makanan favorit Silla 🤭
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
buat yg spesial ya 🤭🤣🤣
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
Ayo semangat Silla 💪🤣🤣🤣
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
sabar Silla 🤣🤣
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
mereka terpesona 🤭
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
Waduh Silla,pagi" udah mengkhayal 🤣🤣🤣
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
🤣🤣🤣
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
masa ditawarin seblak buat sarapan 🤣
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
ga usah kasih alasan tapi bicaralah jujur Silla 🤭
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
mimpi gara" si Amat 🤣🤣🤣
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
Dasar Silla 🤣🤣🤣
〈⎳ 𝕄𝕠𝕞𝕤 𝕋ℤ
muka.u???
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
sodaranya kali tuh 🤭
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
masa Tante" 🤣🤣
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
bodo amat
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
berisi makanan
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
🤣🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!