NovelToon NovelToon
Kembalinya Dewa Beladiri

Kembalinya Dewa Beladiri

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Spiritual / Reinkarnasi / Kelahiran kembali menjadi kuat / Budidaya dan Peningkatan / Balas dendam dan Kelahiran Kembali
Popularitas:31.5k
Nilai: 4.3
Nama Author: SuciptaYasha

Setelah mengorbankan dirinya demi melindungi benua Tianlong, Wusheng, Sang Dewa Beladiri, seharusnya telah tiada. Namun, takdir berkata lain—ia terlahir kembali di masa depan, dalam tubuh seorang bocah lemah yang dianggap tak berbakat dalam seni bela diri.

Di era ini, Wusheng dikenang sebagai pahlawan, tetapi ajarannya telah diselewengkan oleh murid-muridnya sendiri, menciptakan dunia yang jauh dari apa yang ia perjuangkan. Dengan tubuh barunya dan kekuatannya yang tersegel, ia harus menemukan jalannya kembali ke puncak, memperbaiki warisan yang telah ternoda, dan menghadapi murid-murid yang kini menjadi penguasa dunia.

Bisakah Dewa Beladiri yang jatuh sekali lagi menaklukkan takdir?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SuciptaYasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

35 Ancaman Di Balik Pertandingan Beladiri: Wu Shen Dan Keluarganya

Kabut masih menggantung tipis di bawah cahaya bintang, seakan menyelimuti rahasia malam yang belum sempat terucap.

Di balik semak-semak, Wu Shen masih berjongkok, tubuhnya menegang, napas ditahan seakan dunia akan runtuh jika ia membuat satu gerakan saja.

Suara dari kereta telah mereda, tetapi jantungnya belum. Kata-kata pria kurus tadi menggema di dalam kepala—dan suara itu, suara yang entah kenapa terasa familiar.

'Aku pernah dengar suara itu... di dalam sekte. Tapi siapa?'

Wu Shen mengerutkan kening, memaksakan ingatannya untuk menelusuri masa lalu. Tapi yang muncul hanyalah bayang-bayang samar, sosok siluet yang mengawasi latihan, suara serak yang sesekali memberi perintah di balik tirai kedisiplinan.

Tidak cukup jelas.

Wu Shen menghela napas perlahan. Ia akan terus memikirkannya jika tidak segera menjauh dari tempat itu. Namun saat ia hendak mundur, suara dari dalam kereta kembali menarik perhatian.

“Akan ada turnamen seni bela diri di Sekte Phoenix dalam beberapa hari lagi. Waktu yang sempurna untuk membuat kekacauan kecil.”

Nada pria kurus itu terdengar santai, tapi Wu Shen tahu—di balik ketenangan itu tersimpan rencana jahat.

Pria besar itu mendengus. “Baik. Saat semua mata tertuju pada turnamen, kita akan bergerak.”

Suara kayu berderit saat pria kurus itu keluar dari kereta. Wu Shen mengintip sedikit, mengincar momen yang bisa memperlihatkan wajahnya.

Namun—krek!

Kaki Wu Shen tak sengaja menginjak ranting kering. Burung kecil yang tertidur di atas ranting pohon tepat di atasnya langsung terbang sambil mencicit, mengepakkan sayap dan terbang menjauh.

Jantung Wu Shen serasa berhenti.

Pria kurus itu langsung berhenti. Matanya menyapu sekitar.

Wu Shen membeku di tempat, menunduk rendah, menahan napas.

“Burung...” ujar pria kurus itu akhirnya, tenang.

“Apa ada masalah?” sahut pria besar dari dalam kereta.

“Tak perlu khawatir. Tapi kita harus pergi sekarang.”

Dengan suara hentakan ringan, pria kurus itu pergi seperti siluet bayangan. Tidak lama kemudian, roda berputar, kereta mulai bergerak perlahan lalu menjauh, lenyap di balik kabut hutan.

Wu Shen baru bisa menarik napas panjang. Tangannya masih mengepal. “Mereka mengincar ibu. Dan aku... hanya umpan.”

Matanya tajam, seperti baru saja ditempa oleh api kesadaran.

“Pertandingan itu… bukan hanya soal teknik atau kekuatan. Ini akan menjadi medan peperangan lain—dan aku harus siap.”

Masih ada banyak pertanyaan dalam kepalanya, namun bukan saatnya untuk menemukan jawaban itu.

Wu Shen bangkit perlahan, lalu mulai berlari menembus hutan, mengikuti jalur menuju Kota Xingce.

Udara malam menusuk kulit, tapi tubuhnya masih hangat oleh emosi yang membara.

Cahaya lentera Kota Xingce tampak dari kejauhan seperti titik-titik harapan. Wu Shen berlari menembus jalan setapak, menyeberangi jembatan kayu kecil, dan menuruni lembah menuju gunung Phoenix.

Saat ia melintasi gerbang luar Sekte Phoenix, para penjaga sempat menyapanya singkat, namun Wu Shen hanya mengangguk cepat dan melanjutkan langkah.

Ia melewati bangunan latihan, aula utama yang sunyi, hingga akhirnya tiba di kediamannya—sebuah rumah sederhana di tepi kompleks murid inti.

Begitu masuk, Wu Shen menutup pintu dengan perlahan. Suasana hangat langsung menyambutnya—bau wangi kaldu tulang bercampur rempah menguar dari dapur, menyusup ke hidung dan meredakan sedikit ketegangan di dadanya.

“Akhirnya pulang juga,” suara berat tapi lembut menyapa dari arah dapur.

Wu Guan berdiri di depan tungku kecil, mengenakan seragam koki berwarna abu yang sedikit kebesaran di bagian lengan. Sebuah celemek lusuh melingkar di pinggangnya, tangan kanan sibuk mengaduk wajan berisi irisan daging dan sayur, tangan kiri memegang botol kecap.

Di meja makan, ibunya, Wu Ruoxi, duduk santai dengan satu kaki dilipat di atas kursi. Secangkir teh panas mengepul di genggamannya, dan di tangan satunya, selembar kertas besar terbuka lebar. Matanya menelusuri setiap baris dengan cermat, seperti tengah menganalisis strategi perang, bukan sekadar acara.

Wu Shen berdiri sejenak, menikmati pemandangan itu—sederhana, tapi sangat berarti. Untuk sesaat, dia ingin melupakan semua kekacauan yang terjadi.

“Apa yang kau lakukan sampai pulang selarut ini?” tanya Wu Ruoxi tanpa menoleh, suaranya tenang tapi mengandung nada tajam seorang ibu yang tahu lebih banyak daripada yang ditunjukkan.

Wu Shen menggaruk tengkuknya, lalu mendekat dan duduk di salah satu kursi. “Aku... latihan di pinggir hutan Xingce,” jawabnya singkat. “Untuk persiapan pertandingan seni bela diri.”

Wu Guan menyahut dari dapur, “Kau benar-benar mau ikut pertandingan itu, Shen’er?”

Ada kekhawatiran di balik suaranya, meskipun ia mencoba terdengar netral. “Ayah hanya... tidak tahu seberapa kuat kau sebenarnya. Pertandingan seperti itu bisa sangat berbahaya, kau bisa saja terluka parah melawan anak-anak sombong itu.”

Mendengar suara suaminya, Wu Ruoxi hampir menyemburkan teh di dalam mulutnya.

'Khawatir terhadap putranya? Justru dia harus mengkhawatirkan lawannya yang akan menjadi samsak tinju putranya!' ucap Wu Ruoxi dalam hatinya.

Hanya Wu Ruoxi yang tahu tentang kekuatan sebenarnya dari Wu Shen berkat pertarungan melawan Gong Cheng terakhir kali.

Wu Guan sengaja tidak diberi tahu, bukan karena dia tidak bisa menjaga rahasia, tapi karena tidak ada yang bisa membayangkan bagaimana reaksi ayah itu setelah mengetahui bahwa anaknya adalah orang yang sangat hebat sekaligus berbahaya.

"Tenang saja, suamiku. Bukankah Shen'er mengatakan jika dia habis berlatih? Jadi dia pasti sudah memiliki rencana licik untuk membuat lawannya kalah karena sakit perut," ucap Wu Ruoxi sambil bercanda.

Wu Guan mendengus pelan. “Kau terlalu percaya pada bocah ini.”

"Tentu saja, dia adalah anakku. Anak dari seorang wanita terkuat di dunia ini!" balas Wu Ruoxi sambil menyombongkan dirinya secara berlebihan.

Wu Shen diam. Keheningan itu tidak dingin, melainkan hangat, seperti selimut yang perlahan menyelimuti percakapan mereka. Namun, ia tidak bisa melupakan rencana jahat yang akan menggangu kehangatan keluarganya itu.

Wu Shen berjalan dan duduk di meja makan, tepat di hadapan ibunya. Ia mencondongkan tubuhnya sedikit, lalu bertanya pelan, “Ibu... apa yang sedang Ibu baca?”

Wu Ruoxi mengangkat kertasnya. “Ini berkas acara pertandingan beladiri,” jawabnya. “Ada semua informasi di dalamnya. Peraturan, daftar peserta, susunan acara, bahkan daftar tamu undangan.”

Wu Ruoxi tiba-tiba terdiam, senyumnya mendadak luntur dan membuat Wu Shen kebingungan. "Apa ada yang aneh tentang itu?"

Wu Ruoxi menghela nafas panjang, lalu berbicara. "Yah... ada yang aneh. Terlalu banyak tamu dari luar sekte yang diundang. Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya.”

Wu Shen langsung menegakkan punggungnya. “Tamu dari luar sekte? Seberapa banyak?”

Ruoxi menyodorkan kertas itu. “Sepuluh Sekte Utama yang diakui oleh kerajaan. Bukan hanya Sekte Beladiri, tapi juga Sekte Kulltivator. Ini sangat janggal, aku tidak bisa menebak apa yang dipikirkan oleh patriak. Apakah dia ingin melakukan sesuatu dengan perjanjian kerjasama dengan Sekte Mawar Putih?"

1
Nanik S
Lanjut Terus Tor
arumazam
mungkin xieran adl keturunan asli kerajaan
Caveine: segampang itu ya di tebak 😭😭🙏
total 1 replies
arumazam
semakin rumit
didik iswahyudi
wu shen bakal ketahuan karena lukanya
didik iswahyudi
besok sudah ada pertandingan, akan ada yg mencelakai ibunya dan dia skarang lg sakit
Rinaldi Sigar
lnjut
Rinaldi Sigar
lanjut
Rinaldi Sigar
lnjut
Rinaldi Sigar
lanjut
Lanjutkan Tor
Akhirnya kembali kerumah
Xieran kasihan... gadis kecil mungkin merasa punya teman dan kakak buat hatinya
Yuga Pratama
ini nih yg mulai bikin ruet hidup
Lanjut terus
Cerita yang bagus Tor 👍👍
arumazam
mungkin xieran adl turunan longsen
didik iswahyudi
lanjut
didik iswahyudi
lanjut...
didik iswahyudi
up
Gas Pooooool
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!