NovelToon NovelToon
Hanya Sebatas Ranjang

Hanya Sebatas Ranjang

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta Terlarang / Angst
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: Fhatt Trah

Berawal dari ketidaksengajaan lalu berujung pada pernikahan yang tidak direncanakan. Nadia yang mencoba bertahan hidup dengan menggantungkan harapannya pada pernikahan yang hanya dijadikan sebagai hubungan sebatas ranjang saja, tak mengira hidupnya akan berubah setelah ia memberi Yudha seorang anak yang diidam-idamkan.

“Jangan berharap lebih dari pernikahan ini. Aku menikahimu bukan karena cinta, tapi karena kita sama-sama saling membutuhkan,” kata Yudha.

“Tapi bagaimana jika kamu yang lebih dulu jatuh cinta padaku?” tanya Nadia.

“Tidak akan mungkin itu terjadi,” sarkas Yudha.

Lantas bagaimanakah kelanjutan hubungan pernikahan Nadia dan Yudha yang hanya sebatas ranjang?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fhatt Trah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20. Sepiring Ketoprak

Sepiring Ketoprak

Selesai bekerja, Nadia tidak langsung pulang ke tempat kostnya. Karena lapar, ia mampir sebentar di taman kota yang tidak jauh dari tempat kostnya. Di taman itu ada tukang ketoprak langganan teman satu tempat kostnya.

Ia tengah memesan ketoprak buat di makan di tempat saat sebuah bola mengenai punggungnya. Ia tersentak, lekas menoleh ke belakang. Rupanya segerombolan anak kecil sedang bermain bola dan salah seorang anak tidak sengaja menendang bola itu sampai mengenai punggungnya.

“Maaf ya, Tante. Tidak sengaja,” kata seorang bocah laki-laki yang hendak mengambil bola.

Bola itu ia pungut. Kemudian ia membungkuk. “Tidak apa-apa, sayang. Kamu ganteng banget sih?” godanya.

Bocah itu tersenyum. “Makasih, Tante. Aku emang ganteng, kok.”

“Narsis.” Ia lantas mengacak rambut bocah itu dengan gemas.

“Kamu mau bolanya kan? Nih, ambil ya?” Ia menaruh bola itu ke tanah, kemudian ia menendangnya sampai tepat ke arah anak-anak yang sedang bermain bola tadi.

Melihat gerombolan anak-anak yang sedang bermain bola itu membuat ia merasa senang. Nadia sudah lupa kapan terakhir kali orangtuanya mengajak ia ke panti asuhan sewaktu ia masih kecil.

Setiap akhir tahun, orangtuanya mengajak ia ke panti asuhan untuk merayakan ulangtahunnya secara kecil-kecilan di sana. Di panti asuhan itu ia mendapatkan banyak teman.

Keluarga Nadia bukan keluarga yang berlebihan materi. Tetapi orangtuanya selalu mengajarkan ia untuk berbagi. Kenangan-kenangan bersama orangtuanya masih ia ingat dengan jelas.

Kehidupan Nadia waktu itu masih baik-baik saja. Sampai suatu ketika, usaha toko pakaian milik orangtuanya tiba-tiba bangkrut. Hal itu membuat keluarganya mengalami kesulitan keuangan sampai harus berhutang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Ketika orangtuanya meninggal dunia, Nadia baru tahu kalau rumah yang ia tempati selama ini ternyata sudah digadaikan.

Nadia tidak memiliki pilihan lain selain meninggalkan rumah itu. Namun ia berharap suatu hari nanti, jika ia memiliki uang yang banyak, ia akan menebus kembali rumah itu. Karena hanya rumah itu satu-satunya kenangan yang ditinggalkan orangtuanya.

“Mbak, ketopraknya, Mbak.” Suara tukang ketoprak mengagetkan Nadia.

“Eh, iya, Pak.” Nadia hendak memutar tubuh untuk mengambil sepiring ketoprak yang disodorkan kepadanya. Namun sekilas matanya seperti menangkap sosok yang familiar berdiri tak jauh dari tempatnya.

“Terima kasih, Pak,” ucapnya usai menerima sepiring ketoprak itu. Kemudian ia menoleh ke arah sosok familiar itu untuk memastikan penglihatannya tidak salah.

Tadinya Nadia pikir ia hanya melihat seseorang yang mirip dengan sosok yang dikenalnya. Bahkan ia sampai mengira ia hanya berhalusinasi melihat atasannya berdiri di seberang sana. Tapi setelah mengucek matanya dan sosok itu masih berdiri nyata di sana, barulah ia percaya penglihatannya tidak salah.

“P-Pak Yudha? Bapak sedang apa di sini?” sapanya begitu Yudha datang menghampirinya.

Yudha menghela napas, ekspresi wajahnya terlihat datar-dayat saja. Tidak ada segaris senyuman menghiasi wajah itu.

“Kamu bisa kenyang hanya dengan makan itu?” tanya Yudha seraya menunjuk piring ketoprak dengan pandangan matanya. Gayanya terlihat begitu santai, padahal Nadia sudah diserbu rasa canggung dan tidak nyaman.

“Makanya saya minta dibanyakin lontongnya biar kenyang sampai besok pagi,” jawabnya malu-malu.

Yudha melirik piring di tangan Nadia sekilas. Piring itu terlihat penuh. Ia tak menyangka gadis berbadan kurus itu makannya bisa sebanyak itu.

“Kamu suka makan di tempat seperti ini?” tanya Yudha lagi sembari mengedarkan pandangannya, melihat-lihat keadaan sekeliling.

Tempatnya tidak ada masalah, cukup bersih bahkan tempatnya asik karena berada di area yang terbuka. Tetapi kehigienisan makanan itu apakah terjamin?

Nadia mengangguk. “Suka. Lagian apa yang salah dengan tempat ini?”

“Tempatnya tidak salah. Hanya saja ...” Mata Yudha kembali melirik sepiring ketoprak di tangan Nadia. Jakunnya kemudian terlihat naik turun menelan ludah.

Melihat itu Nadia pun langsung paham. “Bapak pasti belum pernah makan di tempat seperti ini kan? Kebanyakan orang kaya menganggap makanan yang dijual di gerobak seperti ini tidak higienis dan tidak enak. Walaupun makanannya sederhana dan murah, tapi jangan salah, Pak. Justru makanan ini, dan makan di tempat seperti ini jauh lebih enak daripada makan di restoran mahal.”

Kedua alis Yudha terangkat, sedikit terkejut dengan jawaban Nadia. Padahal tidak ada niatnya untuk menjelekkan makanan itu. Hanya saja ia sedikit kesulitan mencari topik mengobrol dengan gadis itu.

Yudha diam-diam sedang melawan gengsi, berusaha bersikap santai dan biasa-biasa saja. Lalu kemudian ia malah dibuat terkejut oleh ulah Nadia yang memesankan seporsi ketoprak untuknya.

“Tenang, Pak. Saya yang traktir.” Begitu kata Nadia disaat ia masih terkejut ketika si tukang ketoprak menyodorkan sepiring ketoprak untuknya.

Nadia tersenyum-senyum. Kemudian mengajak Yudha duduk di bangku yang tersedia.

Akal pikiran Yudha menolak. Ia merasa aneh dengan dirinya hari ini. Namun gerakan tubuhnya refleks menerima sepiring ketoprak itu. Kemudian, seperti di hipnotis, menurut saja ketika diajak duduk oleh Nadia.

“Silahkan, Pak. Dicicipi. Kalau tidak enak, Bapak tidak usah makan. Biar saya yang habisin. Sayang kan kalau dibuang?” Nadia menyengir lebar. Sesekali tidak apa ia mentraktir atasannya ini. Sebab jika dilihat dari tampangnya, seperti ada aura-aura lapar. Jadi ia memesan saja seporsi untuk pria berjas lengkap itu. Siapa gajinya dinaikkan karena sudah berbuat baik pada atasan.

Yudha tak langsung menyantap makanan itu. Makanan itu dipandanginya saja dengan pandangan aneh. Bukan makanannya yang aneh, melainkan dirinya yang aneh.

Setiap kali melihat Nadia, keinginannya untuk mendekat tidak bisa dibendung. Gadis itu seperti mengandung medan magnet yang bisa menarik dirinya untuk mendekat.

Nadia makan dengan begitu lahap. Piringnya nyaring kosong hanya dalam beberapa kali suap saja. Sedangkan Yudha belum menyentuh makanannya.

Melihat cara Nadia makan yang begitu lahap dan setengah rakus itu, mengundang bunyi keroncongan di perut Yudha. Tiba-tiba saja perutnya lapar dan ia menjadi berselera makan. Namun terlalu gengsi menyentuh makanan itu.

“Begini cara makannya, Pak. Dicampur dulu semua bumbu kacangnya. Terus ...” Mungkin Yudha belum pernah makan makanan seperti ini. Sehingga Nadia turun tangan membantu. Diambilnya sendok dari piring Yudha, lalu mengaduk makanan itu bersama bumbunya, kemudian ...

“A ...” Sesendok ketoprak hendak ia suapi ke mulut Yudha tanpa rasa canggung dan malu. Membuat Yudha terkejut dan terpaku menatap wajahnya.

Nadia hendak menyuapi Yudha seperti seorang anak kecil. Sikap santainya itu siapa sangka membuat Yudha jadi serba salah. Mata Yudha terpaku menatap wajah Nadia dari dekat.

Matanya yang bulat dan berbulu lentik, hidungnya yang kecil, bibirnya yang merah merekah, senyumnya seperti bunga mawar yang mekar. Semua tak luput dari pandangan Yudha. Bola mata Yudha menelisik dengan seksama setiap lekuk wajah Nadia.

Manis.

Satu kata itu terbersit dalam benak Yudha saat menatap wajah Nadia.

“Aku bisa makan sendiri.” Tersadar dari pikirannya yang mulai nyeleneh, Yudha kemudian mengambil alih sendok dari tangan Nadia. Ia mulai menyuapi dirinya sendiri sambil sesekali melirik Nadia yang sedang makan dengan santai.

****

“Terima kasih banyak, Pak. Bapak hati-hati di jalan ya?” kata Nadia begitu Yudha menepikan mobilnya di depan pagar tinggi sebuah tempat kost kalangan menengah ke bawah.

Sebetulnya Nadia sudah menolak ketika Yudha menawarkan hendak mengantarnya pulang. Yudha juga tidak memaksa. Akan tetapi ucapan-ucapan Yudha yang terdengar seperti menakut-nakutinya itu yang membuatnya terpaksa mengiyakan.

“Kalau sampai preman-preman itu datang dan mengganggumu, aku tidak akan bisa membantu. Aku dengar belum lama ini terjadi pelecehan pada seorang gadis yang pulang sendirian malam-malam. Tidak hanya dilecehkan, aku dengar dia juga dibun*h dengan cara sadis.”

Jelas saja Nadia merinding dan ngeri mendengarnya. Alhasil ia pun menjadi takut pulang sendiri. Padahal tempat kostnya tidak begitu jauh. Bahkan bisa ia tempuh hanya dengan berjalan kaki.

Nadia sepertinya kesulitan membuka sheet belt. Sehingga mengharuskan Yudha turun tangan membantu. Yudha sudah mencondongkan tubuh, memanjangkan tangan kanannya hendak membukanya. Nadia yang merasa grogi berada dalam jarak yang begitu dekat dengan Yudha pun kemudian menoleh.

Namun Nadia dibuat terkesiap saat tanpa sengaja bibirnya malah menyentuh bibir Yudha. Kedua mata Nadia pun membelalak seketika.

-To Be Continued-

1
FT. Zira
aduh... ini Nadia nekat atau selera homornya yg kelwat tinggi sih/Facepalm//Facepalm/
FT. Zira
inttrogasi calon istri gini amat ya Yud🤭🤭
FT. Zira
kode keras ini namanya/Joyful//Joyful//Joyful//Joyful/
FT. Zira
mirisnya jadi bawahan/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
FT. Zira
aku dukung Yudha untuk berpaling/Smug//Smug//Smug/
FT. Zira
keseringan ngalah sama aja bunuh diri dirimu Yud😮‍💨
𝕸𝖆𝖗𝖞𝖆𝖒🌹🌹💐💐
si Maura sok paling tersakiti...
Elisabeth Ratna Susanti
wah parah nih cowok
Elisabeth Ratna Susanti
wah mulai gaswat nih
🌞MentariSenja🌞
maukah kamu menjadi pacarku?
🌞MentariSenja🌞
ya gak salah klo nanti Yudha berpaling, aku dukung mlh.
ngomong rindu tp giliran diladeni ngomong capek ngantuk, kan pengin /Hammer//Hammer//Hammer/
🌞MentariSenja🌞
cinta jgn menjadikan kamu bodohlah Yud
🌞MentariSenja🌞
padahal katanya sakitnya gak ketulungan klo on fire to gak tersalurkan ...eeh ngomong apa sih 🤭🤧
FT. Zira
bahaya ini.. yg di tangan siapa pikirannya siapa🤧🤧
Fhatt Trah (fb : Fhatt Trah): udah mulai berhalusinasi dia🤭🤭 saking terlalu lama puasa
total 1 replies
FT. Zira
ketika cinta mulai bersemi😙😙
Fhatt Trah (fb : Fhatt Trah): belum cinta sih, lbh ke tertarik saja
total 1 replies
FT. Zira
yakin.. minta maaf.. bukan minta nambah.. ehhh🤭🤭🤭
Fhatt Trah (fb : Fhatt Trah): 😅😅😅😅 emang boleh nambah🤭🤭
total 1 replies
Mutinah Soheh
istri sudah selingkuh dengan dokter...
suami mulai ada tanda tanda dengan bawahnya....klop deh
Fhatt Trah (fb : Fhatt Trah): 🤧🤧🤧begitulah godaan kk
total 1 replies
🌞MentariSenja🌞
benerlah tolak aja, wong egois gitu...
🌞MentariSenja🌞
duh, lancar bgt bohongnya
🌞MentariSenja🌞
yaelah, mencumbu istri bayangin wanita lain, jadi takut nih...
🌞MentariSenja🌞: bangg bayiikk /Facepalm/
Fhatt Trah (fb : Fhatt Trah): ngeri ngeri sedap gimanaaaaa gitu🙄🙄🤭
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!