NovelToon NovelToon
Akhir Dari Sebuah Pernikahan

Akhir Dari Sebuah Pernikahan

Status: tamat
Genre:Selingkuh / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Pelakor / Istri ideal / Tamat
Popularitas:166.5k
Nilai: 5
Nama Author: La-Rayya

Hari dimana Santi merayakan ulang tahun pernikahannya yang ke 25, semuanya tampak berjalan dengan baik. Tapi itu hanyalah awal dari bencana besar yang akan dia hadapi. Tanpa diduga, hal yang tidak pernah disangka oleh Santi adalah, Dani suami yang selama ini dicintainya itu akan meminta cerai padanya, karena dia telah menjalin hubungan terlarang dengan seorang wanita berusia 20 tahun dibelakangnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon La-Rayya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dani Cemburu

Setelah berbincang dengan Pablo, Aleya mengemasi barang-barangnya dan menuju apartemennya. Dia memilih pakaian yang akan dikenakannya untuk makan malam di rumah Aldi, lalu mandi, dan setelah semuanya siap, dia pun menuju ke area paling eksklusif di kota itu.

Begitu menginjakkan kaki di rumah Aldi, dia langsung terkesan dengan bangunan itu. Namun, yang lebih membuatnya terkesan adalah betapa sederhananya Aldi. Tidak ada yang menyangka bahwa pria biasa ini adalah seorang produser dan penulis naskah yang hebat.

"Selamat datang, Aleya," kata Aldi sambil tersenyum. "Masuklah, buat dirimu nyaman. Yang lain belum datang," sambungnya.

"Apakah Bapak ingin saya membantu Bapak melakukan sesuatu?" Tanya Aleya.

"Tidak, bagaimana mungkin aku bisa membuat seorang tamu mengerjakan sesuatu di rumahku. Silakan duduk saja," jawab Aldi.

"Bagi saya, ini adalah suatu kesenangan. Saya suka merasa berguna untuk orang lain," kata Aleya.

"Baiklah, kalau begitu bantu aku mencuci piring," ucap Aldi seraya mengarahkan Aleya ke arah dapur.

"Saya heran, Bapak bisa tidak punya pembantu! Tapi, sepertinya Bapak tampak bisa menangani semuanya sendiri dengan sangat baik di dapur," komentar Aleya.

"Sebenarnya memang ada seseorang yang membantuku di rumah ini. Dia akan datang untuk membersihkan dan mengurus tugas-tugas berkebun yang agak rumit untuk aku lakukan sendiri. Tapi aku senang mengerjakan hal-hal lainnya sendiri, seperti memotong rumput, memasak, dan melayani tamu-tamuku secara pribadi. Aku ingin mereka merasa nyaman dan senang di rumah ini." Ujar Aldi.

"Pak Aldi mengingatkan saya pada Mama saya. Mama sama dengan Bapak. Mama suka menyambut tamu dan memasak untuk mereka. Mama senang sekali berkebun, dan bahkan punya kebun sayur kecil," kata Aleya penuh kasih sayang.

"Apakah kau seperti Mamamu?" Tanya Aldi.

"Secara fisik, ya. Tapi untuk sifat dan keterampilan, sepertinya tidak. Saya bahkan tidak akan mampu menjaga kaktus tetap hidup di padang pasir. Secara pribadi, saya selalu lebih mirip seperti Papa. Saya rasa itulah sebabnya sikap Papa terhadap Mama memengaruhi saya. Akhir-akhir ini, saya menemukan bahwa dalam beberapa hal, saya seperti Mama. Saya tidak mudah berkompromi ketika saya merasa ada sesuatu yang memengaruhi harga diri saya." Ujar Aleya.

"Seperti mantan pacarmu Mirza? Ada beberapa gosip tentang percintaan mu di perusahaan," kata Aldi.

Aleya mulai memikirkan apa yang terjadi dengan Mirza. Pria itu telah datang mencarinya beberapa kali di tempat dia bekerja.

"Yang pasti, setelah melihat semuanya, meskipun Mama mencintai Papa dan telah menikah selama bertahun-tahun, Mama tetap mengutamakan martabatnya sebagai seorang wanita, dan berpisah dengan Papa. Jadi saya tidak akan pernah bisa memaafkan Mirza." Ucap Aleya.

"Bagaimana hubunganmu dengan Papamu sekarang?" Tanya Aldi.

"Kematian Opa telah mempertemukan kami kembali. Tapi Papa sedang mempersiapkan pernikahannya dengan wanita itu, dan saya masih belum bisa menerimanya," kata Aleya dengan sangat jujur.

"Apakah kau merasa terganggu karena wanita itu lebih muda dari Papamu?" Tanya Aldi.

"Tidak, yang mengganggu saya adalah karena wanita itulah yang menjadi penyebab penderitaan Mama. Namun yang paling mengganggu saya adalah, saya tidak melihat Papa bahagia dengan semua ini. Saya tahu Papa akan menikah. Papa bersumpah bahwa Papa mencintai wanita itu, tapi Papa tidak bahagia. Papa tampak lelah, dan saya tahu wanita itu akan membuatnya menderita, dan yang terburuk adalah Papa sendiri yang menanggungnya." Ujar Aleya.

"Apakah menurutmu wanita itu bersamanya karena uangnya?" Tanya Aldi.

"Entahlah, tapi demi Papa, saya harap tidak. Dan bahkan jika saya tidak menyukainya, saya harap saya salah. Papa telah bekerja keras untuk apa yang dimilikinya saat ini, dan akan sangat mengerikan jika wanita itu hanya memanfaatkannya." Ucap Aleya.

"Kedengarannya seperti sinetron. Aku bisa katakan, ini bisa jadi naskah yang bagus," jawab Aldi.

"Biarkan saya ceritakan semua kisahnya, dan jika berhasil, Bapak akan membayar royalti pada saya," canda Aleya.

"Kau akan terkejut mengetahui betapa seringnya sesuatu dalam hidup menjadi inspirasi bagiku. Begitulah lahirnya naskah 'Kemana Perginya Cinta?' Suatu hari, aku sedang mencari pekerjaan, namun ditolak di beberapa tempat, dan aku sedang menunggu kereta. Kemudian aku mendengar kisah cinta yang paling absurd dan penuh tipu daya. Aku memikirkannya dan mulai menulis, dan semakin fantastis dan penuh tipu daya, semakin bagus hasilnya. Dan di sinilah kita saat ini, lebih dari 15 tahun kisah itu tetap populer dan lebih dari sekali aku menyertakan beberapa pengalaman pribadi di dalam naskahnya," jelas Aldi.

"Seperti wanita yang Bapak temui di lift?" Tanya Aleya geli.

"Tentu saja, begitulah cara para protagonis akan bertemu," kata Aldi.

Keduanya terus mengobrol hingga pada akhirnya tamu-tamu lain mulai berdatangan, kebanyakan penulis. Aleya terkejut melihat betapa menyenangkannya acara itu.

...****************...

Di tempat lain...

Dani terus memikirkan apa yang dikatakan Satria kepadanya.

Sore itu, setelah mengunjungi mamanya, dia memutuskan untuk pergi ke rumah Santi. Dia memarkir mobilnya agak jauh dari rumah Santi dan memilih berjalan kaki kesana. Dia berjalan melewati taman dengan hati-hati, memastikan agar tidak terlihat, dan kemudian dia melihat Santi.

Santi sedang duduk, membaca buku, persis seperti yang dia sukai.

Sambil membaca buku dan menyeruput tehnya, Santi merenungkan kejadian beberapa hari terakhir. Dia tahu Dani akan menikah, tetapi dia menyadari bahwa berita itu tidak memengaruhinya. Dia tidak dapat menahan senyum saat memikirkan hal itu.

Bel pintu berbunyi, dan Santi berdiri, meninggalkan bukunya di atas meja. Dia berjalan ke pintu dan membukanya. Dia tidak dapat menyembunyikan keterkejutannya.

"Dani!" Serunya.

"Santi, kita perlu bicara," kata Dani.

Santi menatapnya sejenak, menyingkir, dan memberi isyarat agar Dani masuk.

"Masuklah, Dani, buat dirimu nyaman. Kau mau minum sesuatu?" Tanya Santi.

"Kopi saja, kalau tidak merepotkan," jawab Dani.

"Tentu saja tidak. Duduklah. Aku akan segera membawanya kepadamu," kata Santi sambil menuju dapur.

Sementara itu, Dani mengamati ruang tamu yang telah menjadi tempat yang hangat selama bertahun-tahun. Santi telah membuat beberapa perubahan pada rumah itu, dan sulit bagi Dani untuk mengenali tempat yang telah mereka tinggali bersama selama ini.

Dani mulai melihat lukisan yang diberikan Guntur kepada Santi. Jelas, Dani tidak mengetahui tentang hal itu.

"Jadi, Dani, apa yang membawamu ke rumah ini?" Tanya Santi sambil meletakkan nampan berisi cangkir kopi dan beberapa kue manis di atas meja kaca kecil.

Dani menatap nampan itu dan tersenyum. Nampan yang sama telah disiapkan untuknya setiap hari selama 25 tahun oleh Santi.

"Beberapa hal tidak pernah berubah! Selalu penuh perhatian," kata Dani.

"Aku tidak akan pernah mengubah sesuatu yang berasal dari dalam diriku, bahkan jika kau bersikap seperti orang brengsek. Aku sudah memaafkan mu," jawab Santi.

"Selalu jujur," kata Dani.

"Aku selalu seperti ini, Dani, dan di suatu titik, kau juga pernah seperti itu. Aku tidak akan pernah berhenti menjadi diriku sendiri," jawab Santi.

"Apakah kau ingat janji yang kita buat pada malam pernikahan kita?" Tanya Dani.

"Ya, aku ingat," jawab Santi.

Dia mengingat janji yang mereka buat untuk tidak tidur dalam keadaan marah, janji yang telah mereka tepati selama 25 tahun.

"Meskipun aku tidak akan tidur denganmu malam ini, aku tidak bisa tidur tanpa mengungkapkan apa yang ada dalam hatiku. Aku khawatir dengan apa yang akan kau lakukan dalam hidupmu," ucap Aldi.

"Aku tidak melakukan kesalahan apa pun dalam hidupku, dan kau tidak perlu khawatir tentang hal itu." Balas Santi.

"Lalu bagaimana dengan apa yang kulihat di cafe itu? Atau kau akan bersikeras bahwa kau hanya mencari kacamata?" Tanya Dani.

"Kau benar, aku bersembunyi dari Edwin Bagaskara. Aku bertemu dengannya di rumah Sarah waktu itu dan entah mengapa, dia tampak menyukaiku. Kupikir dia adalah pria paling mengerikan di dunia, tapi aku tidak bisa bersikap kasar padanya. Ketika aku melihatnya di cafe, aku hanya bersembunyi di balik meja," ujar Santi.

"Edwin Bagaskara! Dia tidak cocok untukmu," komentar Dani.

"Dan siapakah lelaki yang tepat untukku? Karena suamiku juga tidak tepat untukku," jawab Santi dengan getir.

"Sulit bagiku membayangkan mu bersama pria lain." Ucap Dani.

"Tetapi tidak sulit bagimu untuk membayangkan dirimu bersama wanita lain," balas Santi.

"Aku mungkin tampak munafik. Tapi sebenarnya, aku prihatin dengan apa yang orang katakan tentang dirimu. Aku mendengar gosip bahwa kau terlihat bersama pria yang berbeda dalam beberapa minggu terakhir, bahkan dua kali seminggu," kata Dani.

"Apakah kau khawatir atau cemburu?" Tanya Santi.

"Jangan konyol. Aku khawatir padamu, karena dendam reputasi mu akan tercoreng, dan berita itu mungkin sampai ke telinga putri-putri kita," jawab Dani sambil berdiri.

"Apa maksudmu, Dani? Memang benar, aku pernah berkenalan dengan pria lain. Apa salahnya? Dan demi ketenangan pikiranmu, putri-putri kita tahu tentang hal itu. Apakah salah jika aku ingin membangun kembali hidupku?" Tanya Santi.

"Tapi tidak seperti ini, Santi. Kau bukan gadis yang bisa pergi keluar dengan pria yang berbeda setiap malam. Orang-orang bahkan melihatmu dengan pria yang sudah menikah," kata Dani dengan sangat kesal.

"Tentu saja aku lupa kalau wanita seusiaku juga ada batasnya. Bertemu dengan pria lain, dan jalan bareng pria beristri itu hanya boleh dilakukan oleh wanita seperti calon istrimu," jawab Santi sinis.

"Clara tidak ada hubungannya dengan ini. Kita sedang membicarakan mu," kata Dani.

"Aku tegaskan padamu. Bukan dendam yang mendorongku melakukan semua ini, karena aku sudah tidak marah lagi padamu. Aku sudah memaafkan mu. Jika aku pergi dengan pria lain, seperti yang kau katakan, itu karena aku ingin menemukan seseorang yang bisa memberiku apa yang tidak kau berikan lagi. Dengan kata lain, aku tidak lagi mencintaimu," jawab Santi.

...****************...

Malam itu, saat Aleya kembali ke apartemennya, dia tak kuasa menahan diri untuk tidak memikirkan semua yang telah dia pelajari dan bagikan dengan Aldi. Dia tersenyum saat membayangkannya, dia tampak begitu percaya diri.

'Bagaimana rasanya memiliki hubungan dengan pria seperti dia?' tanya Aleya dalam hati dan terkejut dengan pikirannya sendiri.

Keesokan harinya, Julia dan Santi sedang mengobrol di taman.

"Dia cemburu!" Seru Julia.

"Tapi apa maksudmu? Bagaimana mungkin dia cemburu. Dia akan menikah dalam beberapa hari." Ucap Santi.

"Yah, dia bertingkah seperti anjing di palungan. Dia tidak mau makan dan tidak membiarkan orang lain makan. Dia itu cemburu, percayalah." Ucap Julia.

"Aku percaya padamu, Julia Fitriana. Kau ahlinya dalam mengerti para pria!" Kata Santi sambil mengejek.

"Kau tahu apa yang akan kulakukan jika aku jadi kau, Santi Amalia?" Seru Julia sambil tersenyum nakal.

"Sebagian otakku berkata, silakan saja bertanya, dan sebagian lagi berkata, berhati-hatilah pada Julia dan ubah arah pembicaraannya," komentar Santi sambil mengejek.

"Lucu sekali. Kalau aku jadi kau, aku akan mencuri calon suami pelakor itu dan meninggalkannya mengenakan pakaian pengantin," kata Julia.

"Kau menasihati ku untuk merayu mantan suamiku hanya untuk membalas Clara? Kau ingin aku menjadi wanita murahan?" Seru Santi.

"Ayolah, kau hanya melakukannya satu kali ini saja. Tuhan akan mengampuni kesalahanmu," jawab Julia.

"Tentu saja, Julia Fitriana, kau seorang penjahat wanita. Kau membuatku takut." Ucap Santi.

"Ha, ha, ha, mungkin begitu. Tapi setidaknya aku bersenang-senang," jawab Julia.

Mereka terus mengobrol sampai membicarakan tentang perjalanan mereka ke Jakarta.

Bersambung...

1
Heny
Happy ending the best
Heny
Innalillahi wainna ilaihi turut berduka cita thor
Heny
Hancur sdh semua nya
Heny
Sdtiap ada masalah knl hrs lari ke minuman yg akan merusak diri sendiri
Heny
Knp jadi kacau begini
Heny
Dulu Santi bilang tdk akan memaafkan Dani sekarang mlh mau merawat bagaimana dng Adi ini gk bnr thor mrk sdh cerai
Heny
Smg Aleya tdk cemburu dan marah pd ibu nya dan Aldi
Heny
Jng y thor smg Mario tdk berbuat jht sm Aleya dan Manda
Heny
Apa tdk ada sutradara selain pablo aqu takut dia menyakiti Aleya
Heny
Santi jng bodoh laki2 seperti Dani gk pantas untuk ditangisi
Heny
Dani masa puber harus nya sdh sukses bahagia kan keluarga bkn cari yg lain
Heny
Jodoh kan mm Santi dan pp Aldi thor
Heny
Awal2 emang bagus Dani nanti lama2 nampak sifat asli nya
Heny
Ingat umur iman nya lemah
Heny
Hadir
Endang Priya
kalo memang jenuh dgn rumtang yg adem ayem. cobalah menepi.e time. jangan lantas berhianat.
Endang Priya
dani Prasetya lagi yg berulah. padahal dia sadar betul. Santi menemaninya saat blm menjadi apa".
Nani Te'ne
suka
Ds Phone
rupa nya dia sakit jiwa
Ds Phone
nasihat yang baik ibu nya bagi kan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!