2 Tahun Menikah Kontrak Dengan Mu

“Bagaimana hasilnya?” tanya seorang laki-laki tua.

“Belum ada hasil, Tuan.”

“Bagaimana bisa 3 bulan ini kalian tidak mendapatkan apa-apa?”

“Saat kejadian, tidak ada CCTV dan saksi mata, Tuan. Kami harus menyisir lokasi yang kemungkinan disinggahi satu persatu tanpa menimbulkan kecurigaan.”

“Tapi kerja kalian terlalu lambat!”

“Maafkan kami, Tuan.”

“Apa kalian sudah mendapatkan data penjualan setiap toko?”

“Sudah, Tuan. Hasilnya nihil, karena tidak ada transaksi jual beli barang tersebut.”

“Aku jadi berharap.”

“Jangan terlalu berharap, Ayah!”

“Semua ini salahmu! Kenapa kamu tidak mengatakan apa-apa? Jika saja kamu mengatakannya sejak awal, mungkin dia sudah Bersama kita saat ini!”

“Maafkan aku.”

“Bagaimana keadaan istrimu?”

“Masih sama. Kesehatan ginjalnya memburuk akhir-akhir ini.”

Laki-laki tua itu menghembuskan nafas dalam. Kebenaran yang disembunyikan anaknya baru saja ia ketahui setelah kejadian malam itu. Jika saja anaknya berterus terang sejak awal, mungkin keadaan tidak akan serumit ini.

Di sisi lain.

“Hubungan Nona Muda dan Tuan Muda sepertinya semakin intim, Bu.” Bisik Betty yang baru saja mulai bekerja kembali.

“Ya. Aku juga merasakannya. Sejak masuk ke dalam rumah, sikap dingin Tuan Muda tetap ada. Hanya saja lebih menyayangi istrinya dibandingkan biasanya.”

“Apakah rumah ini akan segera ramai dengan tangisan?”

“Doakan saja! Kita tidak tahu masa depan.” Betty mengangguk dan segera menyelesaikan pekerjaannya.

Lulu saat ini sedang berada di kamar. Ia sedang mengurus administrasi kuliahnya. Siang ini Atthara memintanya menyusul ke kantor untuk membawakannya makan siang, sehingga ia harus bergegas agar tidak terlambat.

“Bu Minah, kapan mau belanja kebutuhan rumah?” tanya Lulu yang baru saja ke dapur.

“Nanti sore, Nona Muda.”

“Aku nitip kerupuk mentah untuk seblak ya, Bu. Sama ceker dan bakso ikan.”

“Baik, Nona Muda. Sekarang Nona Muda mau masak apa?”

“Seadanya bahan saja, Bu.”

Bahan yang tersisa di kulkas hanyalah brokoli, kubis, wortel, kentang dan dada ayam. Lulu mengolah mereka menjadi steik dada ayam saus barbeque, kentang wedges dan tumis sayuran. Untuk camilan, Lulu membuat mochi dengan isian coklat dan buah. Untuk minum, Lulu menyiapkan lemontea yang ia simpan ke dalam termos. Setelah semua siap, waktu sudah menunjukkan pukul 11 siang. Segera Lulu membersihkan diri. Lala yang sedari tadi stanby, memasukkan bekal yang disiapkan Lulu ke dalam mobil.

“Bu Minah, saya berangkat dulu.” Pamit Lulu seraya mencium tangan Bu Minah.

“Hati-hati di jalan, Nona Muda.” Lulu mengangguk dan masuk ke dalam mobil yang sudah dibukakan oleh Lala.

Mobil yang dikendarai Lala, melesat memecah jalanan yang sedang padat karena bertepatan dengan jam makan saing. Setelah beberapa kali terkena macet di lampu merah, mobil akhirnya samapi di kantor Atthara.

“Selamat datang, Bu Bos.” Sapa sekuriti yang ada di lobi.

Lulu hanya menganggukkan kepalanya dengan senyuman tipis. Resepsionis dan beberapa karyawan yang melihatnya juga menyapa Lulu dengan ramah. Tetapi ada pula yang menatap Lulu sebelah mata karena merasa Lulu tidak layak untuk Atthara.

“Tunggu sebentar, Nona Muda. Tuan Muda sedang ada tamu.” Kata Riska, sekretaris Atthara.

“Oh!”

Tetapi pintu ruangan Atthara terbuka dan memperlihatkan seorang laki-laki dengan tubuh tegap yang keluar dari ruangan suaminya.

“Beruang?” batin Lulu melihat penampilan laki-laki yang ada di hadapannya.

“Anda?” tanya laki-laki tersebut.

“Ini adalah istri dari Tuan Muda Atthara.” Riska mengenalkan Lulu.

“Halo Nyonya Atthara. Saya Zaydan, teman Atthara sejak SMP.” Zaidan mengulurkan tangan.

“Senang berkenalan dengan Anda.” Kata Lulu dengan tangan ditangkupkan di dada.

“Kamu sudah sampai?” tanya Atthara yang sengaja keluar untuk melihat apakah istrinya sudah sampai.

Lulu mengangguk seraya mencium punggung tangan Atthara. Melihat hal tersebut, Zaydan melihat kearah tangannya yang masih melayang. Riska yang mengerti perasaan Zaidan, berbisik di telinganya dengan mengatakan jika istri dari Bos nya memang tidak pernah menyalami laki-laki selain suaminya.

Zaidan mengangguk dan menarik tangannya ke dalam saku celana. Ia yang baru saja kembali dari tugas di luar daerah dan baru mengetahui pernikahan Atthara setelah melihat bingkai yang ada di meja kerja Atthara. Dan saat melihat Lulu, ia menjadi mengerti apa yang teman-temannya maksud dengan Atthara mendapatkan hidayah.

“Jaga istrimu baik-baik! Kalau kamu meninggalkannya, aku akan menjadi orang nomor satu yang menerimanya.” Kata Zaydan yang kemudian meninggalkan mereka.

Ia tidak melihat jika Atthara melayangkan tatapan nyalang ke arahnya. Sedangkan Lulu yang tidak mengerti maksud dari Zaydan, tidak menghiraukan kata-katanya.

Lala menunggu dilluar Bersama Riska, sementara Atthara dan Lulu masuk ke dalam ruangan. Lulu menyiapkan makanan yang sduah ia bawa setelah mencuci tangannya. Atthara yang sudah merasakan lapar, segera memakan bagiannya. Selesai makan, mereka menikmati mochi dan lemontea.

“Jangan dengarkan Zaydan!” kata Atthara.

“Aku tidak memasukkannya dalam hati, Mas.” Jawab Lulu.

“Baguslah!”

“Apa Mas Attha cemburu?”

“Cemburu?” tanya Atthara mengernyitkan alis.

“Ya. Mas Attha cemburu, makanya tidak rela Kak Zaydan berkata seperti itu.”

“Sejak kapan kalian dekat sampai kamu memanggilnya Kakak?”

“Kami baru kenalan tadi. Aku memanggilnya dengan sebutan Kak karena dia adalah teman Mas Attha.”

“Panggil nama saja!”

“Tidak bisa, Mas. Dia lebih tua dariku.”

Merasakan penolakan, Atthara menarik tubuh Lulu dan menerkam bibirnya. Lulu samapi membelalakkan matanya karena terkejut.

“Mas, kita sedang ada di kantormu.” Kata Lulu saat ada kesempatan.

“Tidak akan ada yang berani masuk!”

“Tapi..” Walaupun mereka adalah suami istri, Lulu masih merasa risih saat memperlihatkan kemesraan seperti sekarang di depan umum.

Atthara mengangkat tubuh Lulu dan membawanya ke ruangan istirahatnya. Lulu baru tahu jika ada ruangan seperti itu di tempat kerja suaminya, karena ia mengira ruangan Atthara akan sama dengan ruangannya yang ada di kota S.

“Sekarang tidak di ruang kerja.” Kata Atthara yang kembali menikmati candunya.

Bibir Lulu sudah menjadi candunya saat ini. Tetapi ia segera berhenti saat ada sesuatu yang mendesaknya. Atthara masih membatasi diri karena takut akan melukai istrinya, sedangkan Lulu selalu merasa digantung setelah mereka selesai bercumbu. Entah hubungan apa diantara mereka, Lulu hanya bisa pasrah dengan keadaan.

“Diantara tempat ini, apakah ada yang kamu suka?” tanya Atthara yang menyerahkan tabletnya.

Disana ada beberapa tempat yang direkomendasikan oleh Bobby untuk bulan madu mereka. Lulu melihatnya dengan seksama, pilihannya jatuh pada sebuah vila dengan view Pantai.

“Pintar juga kamu memilih tempat!”

“Apa tempat ini paling mahal?” tanya Lulu karena ia belajar dari pengalaman memilih gaun pernikahannya.

Ia baru mengetahui fakta itu setelah melihat Bu Minah dan Betty menyimpan gaun pernikahannya di dalam bingkai.  Ia yang berpikir jika gaun simple lebih murah, ternyata salah karena yang ia pilih adalah yang paling mahal karena selain menggunakan bahan impor, gaun itu juga memiliki detail di dada dan lengan menggunakan Mutiara asli.

“Bukan.”

“Lalu?”

“Kamu penasaran?” Lulu mengangguk.

“Tempatnya tersembunyi.”

“Apa hubungannya tempat yang tersembunyi dengan pintar memilih tempat?” tanya Lulu tidak mengerti.

“Untuk apa kita kesana?”

“Honeymoon.” Jawab Lulu polos.

“Bukankah bagus jika honeymoon di tempat yang tersembunyi?” Lulu masih tidak mengerti maksud Atthara.

Tetapi setelah ia berpikir keras, ia mengerti apa yang di maksud suaminya. Tempat tersembunyi memang bagus untuk honeymoon karena tidak akan ada yang menggangu. Hanya saja, apakah mereka akan melakukannya? Atthara selalu mencumbunya tetapi tidak menyentuhnya sama sekali. Entah Lulu yang tidak menarik atau bagaimana, Lulu hanya bisa pasrah.

“Apakah Mas akan melakukannya disana?” pertanyaan itu lolos begitu saja dari mulut Lulu.

Atthara terdiam dibuatnya. Lulu segera menutup mulutnya saat sadar dengan apa yang ditanyakannya. Pikiran Atthara kembali mempertanyakan bagaimana perasaannya dengan Lulu. Tetapi ia tidak punya waktu untuk itu karena tak lama kemudian, Bobby datang mencarinya. Atthara kembali berkutat dengan pekerjaannya setelah mengantarkan Lulu sampai ke lobi.