NovelToon NovelToon
Istrinya Polisi?

Istrinya Polisi?

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Cinta Paksa / Beda Usia / Kehidupan Tentara / Slice of Life
Popularitas:638.7k
Nilai: 5
Nama Author: sinta amalia

Aya tak pernah menyangka sebelumnya, sekalipun dalam mimpi. Jika kepindahannya ke kota kembang justru menyeretnya ke dalam kehidupan 'ibu merah jambu'.

Kejadian konyol malam itu, membawanya masuk ke dalam hubungan pernikahan bersama Ghifari yang merupakan seorang perwira muda di kepolisian. Suka duka, pengorbanan dan loyalitas menjadi ujian selanjutnya setelah sikap jutek Ghi yang menganggapnya pengganggu kecil.

Sanggupkah Aya melewati hari-hari yang penuh dedikasi, di usia muda?

~~~~~
"Kamu sendiri yang bilang kalau saya sudah mele cehkan kamu. Maka sebagai perwira, pantang bagi saya untuk menjadi pengecut. Kita akan menikah..."

- Al Ghifari Patiraja -

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

35. Stalker on the way

Aya menjatuhkan dirinya di atas sofa, sementara baju seragam olahraga masih membungkus tubuh.

Cuaca belakangan ini memang tak menentu, sebentar hujan sebentar panas, efek dari pemanasan global yang kian hari kian memburuk.

Aya masih merasa kepanasan, meskipun panasnya kota kembang tak se-membakar ibukota, masih ada adem-ademnya.

Ia tatap layar ponsel dimana grup 'ibu merah jambu' silih bergantian menyahut dengan mata malas setengah menyipit.

Ia sendiri, tak mau ambil pusing dengan itu, tak peduli apa yang diobrolkan di grup cukup membalasnya dengan ketikan siap bu, itupun ia lakukan dengan mata yang mulai merem. Dan ponsel itu ia taruh kembali demi melanjutkan istirahatnya yang tertunda, hingga----Aya benar-benar tertidur di sofa tengah.

Mama Rena baru saja kembali dari berkegiatan, bersama om Wirya dan om Yudis. Namun langkah kaki mereka yang masuk ke dalam rumah, tak sampai terdengar oleh Aya.

Agenda mama Rena cukup sibuk ketimbang Aya, sebagai seorang yang memiliki jabatan cukup tinggi, mama Rena memiliki segudang aktifitas tinggi di institusi.

"Makan siang dulu deh, solat sebentar abis itu balik ke gedung ketemu sama ibu-ibu kompol."

"Siap bu."

"Makan disini aja, ngga usah cari warteg...saya mandi sebentar, gerah..." senyumnya melewati ruang tengah, pandangannya jatuh pada sosok mantan pera wan yang pules setengah mangap disana.

"Ya Allah, belum ganti baju kamu neng...ck...ck...cape apa gimana?" gumamnya yang tentu saja sang lawan bicara tak menggubris. Sejenak ia masuk ke dalam kamar Aya lalu membawa selimut tipis untuk menutupi badannya, khawatir kedua ajudannya ini dirasuki se tan kol or ijo, liatin badan Aya, meskipun menantunya itu dalam balutan baju olahraga.

"Waduh...nyenyaknya bu Ranaya tidur, ngga dipindah ke kamar aja bu?" ujar om Wirya terkekeh melihat juga ketika melintas hendak ke arah meja makan bersama Yudis.

"Biarin aja. Mungkin nyamannya disitu. Ngga usah diganggu.." jawab mama.

"Siap bu."

Bi Wiwin menyambut majikannya, dan langsung bersuara, "iya bu. Neng Aya datang-datang langsung tiduran di sofa, disuruh pindah malah udah tidur...ditawarin makan siang dulu tapi katanya nanti aja. Capek pisan (banget) kayanya..."

"Belum makan siang dia, bi?" tanya mama melepaskan sepatunya dan mengganti drngan sandal rumah.

"Belum bu." Geleng bi Wiwin, sembari melengos menyiapkan makan siang untuk para ajudan dan ibu majikan.

"Ya udah ngga apa-apa, jangan dibangunin. Kasian, nanti juga kalo lapar bangun sendiri... Aya pulang jam berapa barusan?" balas mama lagi bertanya.

"Setengah 2 bu."

Mama Rena mengangguk tersenyum, Aya memang tipe tipe anak rumahan sebenarnya.

*Ting*...

Sebuah pesan mampir di ponsel Ghi, potret menggemaskan seseorang yang tengah tertidur di sofa, masih memakai seragam olahraga biru danil tertutup selimut lengkap dengan rambut semrawut dalam kuciran dan mulut yang mangap sedikit tanda jika ia begitu damai nan lelah. Seseorang terlihat kembali mengetik, *siang ini bu Ranaya tidak kemana-mana, bang. Langsung pulang dan tidur*.

*Hapus foto ini dari galeri hapemu*. *Makasih Yud*. Titah Ghi pada Yudis, sementara ia sudah tertawa dalam diamnya.

Ia menaruh ponsel dan memilih makan siang sejenak di jam istirahatnya, cukup lega setelah mengetahui info terbaru Aya. Entahlah, awal-awal ia tak begitu khawatir tentang dimana Aya, sedang apa dirinya, atau jam berapa pulang sekolah.

Setelah ulah pertamanya di sekolah, Ghi sedikit memberikan perhatian, khawatir jika istri magicnya itu berulah lagi setiap harinya.

Dan kini, setelah malam itu....ia semakin khawatir, rasanya gelisah jika belum mengetahui info tentang Aya, bukan perkara Aya yang trouble maker atau dimana lagi ia akan tersangkut, antara BK atau kantor polisi melainkan--ia akan selalu penasaran dengan wajah cantik Aya.

.

.

Sore itu, Aya baru saja bangun. Kondisinya masih sama, persis saat ia tinggalkan tidur tadi.

Helaan nafas tanda bosan ia keluarkan. Se sepi ini rumah mama Rena dan papa Sakti, mengingat para penghuni disini orang sibuk semua.

"Neng, makan dulu...dari siang belum makan."

Aya cukup terkejut mendengar suara yang datang tiba-tiba, ditambah sosok itu memakai mukena serba putih dari arah belakang.

"Bibi ih. Kaget Aya...kirain se tan." Aya beranjak dengan wajah bantalnya.

Bi Wiwin terkekeh, "maaf neng. Kalo gitu bibi siapin makannya ya, mau diangetin?" tawarnya lagi membuka mukena mulai dari bagian atas sampai bawah.

Aya menggeleng, "ngga usah repot-repot, bi. Aya tetep makan walaupun dingin. Aya mau mandi dulu, bi. Mama belum pulang, ya bi?" tanya nya sembari melengos masuk kamar.

"Sempet pulang tapi pergi lagi ditemani om Wirya sama om Yudis." jawabnya menghentikan langkah Aya sejenak dan menguap seraya menggaruk kepala, namun kemudian kembali melanjutkannya, "oh."

Meski dalam balutan kemewahan, hanya bi Wiwin saja rupanya yang menjadi teman Aya di rumah sebesar istana ini. Mungkin jika tak ada dirinya, bi Wiwin hanya sendiri..tidak-tidak...berdua dengan security di depan. Tukang kebun hanya datang sekali dalam seminggu.

Aya melahap makan siangnya yang ditemani dengan menu khas sundaan hari ini, nasi liwet dan teman-temannya. Hanya saja ia tak ambil pepes ikan, mengingat tak begitu suka karena duri-duri halusnya sering mengganggu acara makan.

"Bi, se sepi ini ya tiap hari? Mama sibuk tiap hari emangnya?" tanya Aya.

Emhhh! Masakan bi Wiwin memang juara, atau mungkin memang dulunya ia juara kompetisi memasak?

"Engga tiap hari neng. Kalo ngga salah kan beberapa waktu lagi itu acara HUT Institusi kepolisian negri, kan. Jadinya ibu sibuk, kalo buat bisnis, ibu ngga terlalu turun tangan, diurus sama anak buahnya. Paling cek-cek aja tiap seminggu sekali."

Aya mengangguk paham tanpa menyela ia terus melahap, "enak bi, nasi liwetnya. Sambelnya top."

Bi Wiwin tersenyum, "mau belajar bikin neng? Itu dicoba pepes ikannya, enak....ikannya langsung dikirim dari Jatigede...dari sodara bapak."

Aya menggeleng tersenyum, "makasih bi. Aya kurang suka ikan. Suka keselek durinya...ngga bisa milihin duri halus." Ringisnya memancing bi Wiwin untuk membantunya, "masa neng? Sini bibi bantuin..." ia terkekeh, "padahal bapak, ibu sama a Ghifari suka pisan sama pepes buatan bibi."

"Oh gitu?"

Bi Wiwin kembali mengangguk meski mata dan tangannya tetap fokus memilih daging ikan untuk Aya.

"Iya neng. Cepat atau lambat, neng Aya harus bisa masakin buat suami. Cepat atau lambat, a Ghi pasti bakalan pindah tugas, kaya bapak dulu...masa iya mau ngandelin tangan orang buat memanjakan lidah suami." Ujarnya membuat Aya berdehem, kali ini bukan karena duri ikan tapi ucapan bi Wiwin yang seperti duri halus menggelitiki ginjal.

Aya memandang wajah bi Wiwin, belum pernah terbersit sedikit pun dipikirannya akan hal itu, termasuk kenyataan kalau Ghi adalah perwira muda kepolisian yang masih melebarkan sayap karirnya.

"Papa pernah dinas kemana aja, bi? Bibi tau? Mama ikut juga?" tanya Aya, selama ini ia memang tau jika papa Sakti seorang polisi tapi ia tak pernah mau tau urusan penempatan seorang perwira, hanya pernah tau jika papa Sakti pernah di ibukota, kota kembang, pulau Soematra dan tanah timur.

"Setau bibi, banyak neng. Waktu itu ibu sering cerita...Ya ibu pasti ikut lah neng, masa suaminya pindah dinas istrinya ngga ikut...terus siapa yang mau urusin, nanti di gaet orang. Kecuali kalo dinas yang sifatnya sebentar, pendidikan dan pelatihan, itu ditinggal..."

Aya memelankan kunyahannya mulai berpikir, lalu bagaimana dengannya? Apakah jika Ghi pindah tempat penugasan lantas ia harus ikut juga? Aya baru ingat dengan ancaman kecil Ghi dulu, yang meskipun iseng belaka, ia bisa menyimpulkan bahwa Ghi...sedang berusaha membuatnya---*mau belajar jauh dari keluarga*, "kalo Aya kayanya belum siap, bi. Aya taunya makan tinggal makan, baju tinggal pake, rumah udah bersih...paling bisa juga sedikit-sedikit aja."

Bi Wiwin menggeleng tersenyum simpul, "belajar neng. Seindah-indahnya rumah, lebih indah ada istri sebagai ratunya, yang menguasai rumah, hati sama isi dompet suami..." tawa bi Wiwin.

//

"Korps udah tentuin, Ghi?" tanya papa malam itu di ruang tengah, Aya melirik keduanya bergantian, mulai menyimak obrolan sepasang ayah dan anak itu.

"Udah pa. Mulai minggu depan, seminggu sekali kayanya Ghi mesti ke Korbrimob ibukota buat latihan teknisnya."

"Oke." Angguk papa paham.

"Abang mau ke ibukota tiap minggu?" tanya Aya akhirnya buka suara.

"Buat latihan terjun payung, Ay..." bukan Ghi, tapi mama yang menjawab sembari mengecek setiap ketikan tinta di kertas laporan. Kacamata yang menempel di pangkal hidung menandakan jika mama tengah membaca apa yang menjadi pekerjaannya dengan seksama.

"Dalam rangka apa?" tanya Aya lagi tanpa dosa. Praktis pertanyaan itu mengundang ketiganya untuk menoleh, "emangnya ketua ranting di tempat kamu belum kasih tau? Rasanya edaran udah wajib disebar di setiap ranting..." mama Rena mengernyit melepaskan kacamatanya.

Aya memandang ketiganya bergantian kebingungan, dan Ghi...terang saja ia menggeleng tak habis pikir, "baca grup ibu merah jambu? Atau, kapan pertemuan selanjutnya?"

"Besok. Coba bentar...Aya liat grup dulu..." jawabnya mulai penasaran.

Aya langsung meraih ponselnya yang ia taruh di samping lalu mengecek obrolan grup. Matanya membola membaca obrolan dan sebuah surat edaran resmi institusi.

Ada pula jawabannya yang mengucapkan *siap bu*. Disana.

"Ya ampun!" serunya baru sadar.

"Nah kan, kebiasaan." Gumam Ghi.

"Apa katanya?" tantang mama Rena tersenyum geli begitupun papa.

Aya nyengir, "katanya...dalam rangka memperingati------" netranya bergerak demi membaca surat edaran dengan khusyuk lalu ia tertawa renyah menyadari hal itu.

Mama melongokan wajahnya dan ikut membaca, "nah itu, ada jawaban Aya yang bilang siap bu. Siap apa kalo ternyata Aya ngga baca?"

Papa Sakti tertawa, kenapa jatuhnya sikap Aya itu konyol menurutnya, padahal jika anak buahnya yang begitu, sudah pasti papa Sakti akan geram dan ngamuk.

"Siap aja ma. Yaaa...siap buat segalanya." Jawab Aya memancing mama menjewer pelan cuping kuping Aya. Dan papa Sakti tak bisa lebih tertawa lagi, sementara Ghi menggeleng ke sekian kalinya, "makanya disimak, Ay...kamu bacanya lagi tidur apa gimana?"

Aya mengangguk, "iya."

Ghi membola tak percaya, "badass..." gumamnya berdecak.

"Abisnya kata bu Jajang, kalo ibu komandan unit kasih info, mesti gerak cepat...ya udah, iyain aja cepet-cepet biar ngga dikira lelet." Alasannya lebih membuat Ghi menggeleng, sementara mama Rena cekikikan, "kasiannya bu Jajang, dapet anak buah kaya mantu mama satu ini." Gelengan mama jelas hanya candaan semata yang membuat Aya melesak di pelukan mama Rena, "kalo gitu, Aya jadi anak buah mama aja."

"Makin keenakan." Cibir Ghi.

.

.

.

.

.

.

1
Rahmawati
jgn bilang nyerah ay, kasih semangat buat bang ghi dan doakan agar selamat saat bertugas
Purnama Pasedu
terharu,benar itu ay
Peni Sayekti
semangat Ay,asal g ada ulet bulu santai aja
Nabil abshor
wkwwkwkwkkwkwwkwkkwkwkwkwkkkk
Trituwani
sabar ya ay.. g gampang jd pendamping aparat... harus iklas legowo demi tugas negara yg diemban karna udah konsekwensinya begitu... tp jangan putus"do'a buat abang dan semua yg bertugas di daerah konflik agar pergi dan kembali dgn selamat tiada kurang suatu apapun....
pergi lah untuk kembali bang ada kluarga dan calon baby menanti dirumah
Rita
Doa aja Aya buat keluarga kecil kalian kedepannya buat2 orang2 tersayang yg lain juga
Rita
😂😂😂antara ngakak ma sedih
sitimusthoharoh
baru baekan y ay dah mau ditinggal.yg sabar y ay jadi istri abdi negara emang kudu banyak sabarnya
lanjut
Miko Celsy exs mika saja
sabar ya bang ghi,,,,,,,,,tak terasa aya jg sdh mulai berpikir dewasa dan menerima keadaaan......di doa kan saja klo nti semua plng dengan sehat tanpa kurang apapun ya
A R
🤣🤣🤣
Nurhayati Nia
sabar ya mama ayaa percayalah papa ghi akan pulang dalam ke adaan sehat dan selamat
Nur Koni
seorang istri ga blh egois..... hrs lbh rendah hati mencoba slalu bisa memahami keadaan yg terjadi pd pasangan.... mencoba melihat yg d bawah kita supaya kita trs bs bersyukur ay.... semua butuh perjuangan . semoga calon perwira plg kembali ke pelukan klrgnya dgn selamat
Rita
berat tapi tugas
Sri Rahayu
ya begitu lah resiko jd istri abdi negara Aya, se waktu2 suami hrs mengemban tugas....yg sabar dan doakan semoga suami dan rekan2 sukses dlm tugasnya pulang selamat tanpa kurang apapun....lanjut Thorr 😘😘😘
Wanti
semangat ay.....semangat bang ghi
S𝟎➜ѵїёяяа
gak semua bisa/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
aku pas sakit kemaren karena gk enak makan minta beliin susu bear brand , dibeliin Dancow yg kemasan kecil. itu bikin nya bukan pake gelas yg ukuran buat kopi gelas buat es cendol , sebel mana enak se encer itu susu nya
Wahidah Wahidah
sedih banget ,,, aya engga sendiri kok ,, ad kita2 jua yg setia nemanin aya ,,, ok ay yg sabar ya doain abang ghi berangkat dan pulang dgn selamat 😊
S𝟎➜ѵїёяяа
baru juga baikan
eh jauhan lagi, sabar ya aya
Attaya Zahro
Sabar Ay..do'ain bang Ghi biar lancar dalam menjalankan tugas n pulang dengan keadaan selamat,sehat wal afiat.Itulah resikonya jadi istri abdi negara Ay,.siap ga siap harus siap kalo sewaktu - waktu harus ditinggal nugas.
Teh..Q malah jadi keinget ma saudaraQ,dia jadi abdi negara juga..TNI.Sewaktu istrinya hamil tua juga nugas kedaerah konflik,luar pulau juga bahkan berbulan-bulan hingga debaynya dah launching beliau belum pulang.Tapi alhamdulillah mereka bisa kembali berkumpul lagi..
@eheeemmm😄
Aya pasti bisa,,, aya pasti kuat,,, cuma ditinggal senulan kan? doakan saja bang ghi dan kawan's pulang dgn selamat tanpa kuurang suatu apapun... aya masih beruntung punya mama dan papa yg sangat sayang dan pengertian bgt.. semangat aya...
terima kasih teh udah up... 😍😍😍🙏🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!