Terlahir menjadi anak yang terbuang tak membuatnya berkecil hati. Semangat yang dimilikinya kembali berkobar kala melihat banyaknya orang yang menyayanginya.
Namun dunianya berubah kala dirinya memutuskan untuk menikah. Meski harus merasakan kepahitan akan cinta pertamanya. Denisa tetap bisa bertahan meski pada akhirnya dia memilih mematikan hatinya demi membuang rasa sakitnya.
~Kau tak pernah tahu perihnya luka yang tak nampak namun terasa sangat menyayat jiwa. Jika luka gores itu akan hilang dengan sendirinya namun tidak dengan luka hati, sampai kapanpun dia akan tetap kekal abadi.... Denisa
~ Kuakui aku bodoh. Seharusnya aku menggunakan akal dan hatiku bukan menggunakan emosiku... Raka.
Bagaimana kisah mereka mengarungi biduk rumah tangga dengan bayang bayang cinta lain yang masih melekat di hati Raka.
Mampukah Denisa kembali merasakan cinta dalam hatinya yang telah mati?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serra R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35. Semua butuh proses.
Trica menghentikan laju mobilnya di taman kota. Gadis itu tak beranjak, dia masih berada didalam mobil. Pikirannya melayang jauh entah kemana namun yang jelas Raka lah yang berada disana.
Tak bisa dipungkiri jika hatinya bergetar kala nama dan wajah itu terlintas dalam benaknya. Tubuh tinggi, tegap dengan kulit bersih dan wajah yang tampan di tambah bulu bulu halus disekitar rahangnya menjadikan Raka pahatan sempurna yang menarik perhatian setiap orang yang melihatnya.
Perlakuan lembut penuh kasih sayang yang dilihatnya tadi berbanding terbalik dengan sikap Raka pada orang lain. Dan Trica dapat melihat itu dengan mata kepalanya sendiri.
"Huuuft, aku harus bagaimana?" Trica tersenyum miris.
Jangankan untuk bertemu, bahkan melihatnya saja Raka seolah tak ingin. Pertemuan terakhir dikantor lelaki itu bahkan menegaskan jika benar-benar tak tertarik pada sosoknya. Trica berkali-kali menatap wajahnya di sepion mobilnya dan membandingkan dengan wajah kakak ipar Rena itu.
Lamunannya buyar ketika ponselnya bergetar dengan nama sang ayah yang terpampang disana.
.
.
.
Di kota A
Radit yang sedang menggantikan Denisa di restoran milik Rico itu nampak sedang serius menekuni layar laptopnya yang menyala.
Cek lek
"Kak, aku buatkan teh untukmu." Citra masuk dengan segelas teh hangat ditangannya.
"Makasih dek. Oh ya, ada kabar tidak dari kak Nisa?"
"Nggak ada kak, tapi aku liat di situs resmi perusahaan kakak ipar sudah tersebar undangan pesta aniversary mereka yang ke 3."
"Oh ya, berarti benar kalau kak Raka ingin mengadakan aniversary sekaligus resepsi pernikahannya itu secara besar-besaran."
"Sepertinya begitu kak."
"Syukurlah, aku turut bahagia jika begitu. Kak Raka benar-benar menepati janjinya. Ku harap mereka berdua selalu bahagia sampai akhir."
"Aamiin."
"Sebentar dek, kakak ke belakang dulu." Radit berdiri dan bergegas ke arah kamar mandi yang masih berada di dalam ruangan tersebut.
Citra mendudukkan tubuhnya di sofa tak jauh dari meja kerja Radit. Gadis itu kembali m
meriksa berkas dan catatan pengeluaran restoran selama seminggu kemarin sebelum dibuat laporan yang akan kembali di cek oleh Radit selaku pengganti Denisa.
Ponsel Radit yang tergeletak diatas meja berdering. Namun pemiliknya masih tak menunjukkan tanda tanda akan keluar dari kamar mandi.
Citra yang penasaran kembali berdiri meski tak berniat untuk mengangkat panggilan tersebut namun dirinya hanya ingin tahu saja siapa yang menghubungi Radit.
Mata lentiknya menatap nanar layar ponsel yang berkedip sebelum deringnya berhenti. Nampak sebuah nama yang membuat hatinya kembali membasah. Meski bibirnya telah berucap ikhlas namun hatinya sungguh masih terasa sakit.
"My Sweetie"
Nama yang tertera di layar ponsel dengan menampilkan foto Rena yang sedang tersenyum manis disana. Tak hanya itu, ketika ponsel tak lagi bergetar perlahan layarnya mulai meredup dengan slide kunci layar dengan foto foto Rena dengan berbagai pose dan gaya nampak dengan jelas disana.
Dengan cepat, Rena segera kembali ke tempat duduknya semula saat mendengar suara pintu yang sedang dibuka berasal dari kamar mandi.
Radit yang kembali duduk di kursinya mengernyit ketika melihat kedip kecil di ponselnya. Diraihnya benda tipis tersebut, sebuah senyum terbit di bibirnya. Semua itu tak lepas dari perhatian Citra yang memang berada dalam satu ruangan yang sama. Gadis itu menarik nafas dalam mencoba menguatkan hatinya. Meski terasa sulit namun Citra tak pernah menyerah.
Entah harus bahagia atau malah bersedih ketika mengetahui jika lelaki yang dicintainya itu telah menemukan kebahagiaannya.
"Kak, aku mau ijin kedapur dulu ya."
"Iya dek."
Citra memilih untuk berlalu dan menghindar. Itu lebih baik dari pada hatinya semakin terluka melihat senyum yang terbit di bibir Radit yang jelas jelas bukan untuknya.
Citra benar-benar melangkah menuju dapur dan menjadikannya sebagai tempat pelariannya. Hanya disanalah Citra bisa melupakan semuanya.
Di dalam ruangan Radit memilih menghubungi Rena balik. Dia yang takut terjadi sesuatu pada Denisa tentu saja selalu memikirkan kakaknya itu.
"Hal.. hallo, Ren."
"Ya, Dit. Lagi sibuk ya?"
"Oh nggak, kebetulan hanya ngecek laporan saja ini. Maaf tadi tidak keangkat soalnya lagi ke kamar kecil."
Hening tercipta, keduanya bingung ingin berkata apa. Debaran hati yang sama menggila nya juga semakin menambah kegugupan diantara mereka.
"Ehm, Ren. Tadi ngubungi ada apa ya?"
"Memang harus ada apanya dulu baru boleh ngubungi kamu?"
"Bukan begitu, aku hanya takut terjadi sesuatu disana. Maaf maaf jika ucapanku salah, jangan marah ya. Aku senang kok kamu hubungi." Radit menutup mulutnya cepat setelah tersadar apa yang baru saja diucapkannya.
Sementara Rena senyum senyum tak jelas disana membuat Denisa yang baru saja masuk ke dalam ruangannya menatap heran.
"Nanti aku hubungi lagi ya, Selamat bekerja."
"Selamat bekerja, Ren."
Rena menutup panggilannya dan mendekap ponselnya erat didepan dada, hingga dirinya terlonjak kaget ketika menyadari kakak iparnya sudah duduk manis di sofa pojok dalam ruangannya. Denisa hanya tersenyum geli melihat adik iparnya itu salah tingkah.
Sementara Radit masih menatap layar ponselnya. Hatinya yang berdebar tentu membuatnya harus menghela nafas dalam dan menghembuskannya perlahan. Setelahnya diletakkan benda pipih tersebut dan memilih kembali tenggelam dalam dalam laporan di hadapannya.
Tepat jam 4 sore mobil Raka nampak memasuki halaman butik. Lelaki tampan tersebut turun dan berjalan masuk dengan langkah tegap.
"Tuan."
"Istri sama adikku dimana?"
"Ada di ruangannya, tuan."
"Makasih ya. Oh ya, kalian boleh panggil aku kakak saja, sama seperti kalian memanggil istriku." Raka menatap wajah mereka yang bingung kemudian tersenyum.
"Aku hanya tak ingin kalian merasa canggung padaku. Anggap aku sama seperti kalian menganggap Denisa, bisa?"
Mereka mengangguk juga pada akhirnya. Senyum Raka lebih mengembang, setelahnya Raka berlalu mencari keberadaan sang istri.
Gelak tawa dari ruangan Rena terdengar membuat Raka semakin mempercepat langkahnya. Di dalam ruangan tak henti hentinya Denisa menggoda adik iparnya tersebut membuat wajah Rena yang pada dasarnya putih tersebut menjadi merah padam karena malu.
"Wah wah sepertinya ada yang seru ini, boleh aku bergabung." Raka masuk membuat Denisa segera bangkit dan menyalami sang suami. Raka menyambut sang istri dengan mencium lembut kening dan pucuk kepalanya.
Hal tersebut memang sudah lama menjadi kebiasaan keduanya bahkan sebelum perpisahan itu terjadi. Namun tetap saja adegan romantis ke duanya membuat Rena bersungut-sungut menatap sengit ke dua kakaknya yang tak tahu tempat menurutnya.
"Kenapa mukamu begitu? pengen? nikah sana." Raka berkata santai dengan senyum tengil menatap sang adik yang semakin keki.
"Abang nggak ada akhlak emang." Rena melengos membuat gelak tawa Raka terdengar.
"Makanya cepat cari calon sana, biar tahu rasanya gimana?" lanjutnya lagi.
"Eh mas jangan salah, Rena sedang jatuh cinta lo saat ini."
"Kak, Nisa."
"Oh ya, dengan siapa sayang? apa mas kenal?" Dan anggukan kepala Denisa membuat Rena semakin ingin menghilang saja.
.
.
.
Nggak abang, nggak kakak ipar sama saja, nyebelin!!
tpi rayyan udah sama jennie kan thor di kota B..
selamat ya ren
jangan menunda momongan lah.. biar kan berjalan sesuai kehendak yg kuasa.. kalian cukup ngadon aja 🤭
mau liat live streaming ini 🤣🤣
gass yok
ibu telat 🤭🤭
akhirnya rencana berjalan lancar.
selamat untuk rena dan radit