Hidden Mommy

Di samping itu, Aneeq baru saja mendapat telepon dari anak buahnya yang mencari Alicia. Dia segera menerima panggilan itu, karena berpikir ada sesuatu yang penting, yang ingin anak buahnya sampaikan.

"Halo, apakah terjadi sesuatu? Atau ada perkembangan?" tanya Aneeq sambil berjalan ke arah jendela besar yang ada di kamarnya.

Dia sangat berharap, Alicia bisa segera ditemukan, karena sudah lima tahun wanita itu menghilang, bagai ditelan bumi, tidak ada informasi spesifik antara hidup dan mati.

"Maaf, Tuan. Saya dan tim sudah berusaha untuk mencarinya dengan semaksimal mungkin. Tapi kami memiliki kendala," jelas seorang pria di seberang sana, membuat Aneeq mengerutkan dahinya.

"Apa itu?"

"Sepertinya ada seseorang yang menutup akses kita, Tuan. Karena selama kita mencari nama itu tidak ada di manapun, saya yakin orang yang melindunginya bukanlah orang biasa," jelasnya yang membuat pikiran Aneeq langsung terbuka.

Selama ini mereka terus mencari tetapi nyaris tidak ada hasil, dan sepertinya dugaan itu benar, ada seseorang dibalik menghilangnya Alicia. Akan tetapi siapa?

"Bagaimana dengan anak buah Lee?" tanya Aneeq, karena dia sudah membagi tugas, anak buahnya mencari di area kampus, sementara anak buah Lee di area rumah sakit.

Pria yang ada di ujung sana mendesahkan nafas, karena jawabannya sama saja. Mereka tidak mendapatkan petunjuk apapun. "Tidak ada hasil apapun, Tuan. Tapi kami belum menyerah, kami akan berusaha untuk memberikan yang terbaik."

"Oke, kalau begitu aku akan mencari tahu lebih dalam tentang ini. Teruskan saja pencarian kalian, nanti biar aku kabari lagi untuk rencana selanjutnya," ujar Aneeq, yang langsung disetujui oleh anak buahnya.

Dia memutus panggilan lebih dulu, dan mulai berpikir siapa sekiranya orang yang membantu Alicia. Apakah orang itu benar-benar berkuasa.

"Sepertinya otakku mulai tidak berfungsi. Semakin tua, aku malah semakin pikun," gumam Aneeq, karena dia tidak bisa menebak siapa dalang di balik semua ini. Apakah seseorang yang berkhianat di belakang Lee, atau seseorang yang tidak dia kenal sama sekali.

"Siapapun dia, seharusnya aku percaya, bahwa dirikulah yang lebih berbahaya. Kasus ini sudah terlalu lama, seharusnya aku bergerak lebih cepat."

Pria paruh baya itu kembali bermonolog dengan dirinya sendiri, dia merasa payah karena tidak dapat membantu putranya untuk menyelesaikan masalah, padahal dari dulu dia adalah sosok yang paling bisa diandalkan di dalam keluarganya.

Malam itu Aneeq berusaha untuk menghubungi Lee, karena dia ingin menanyakan siapa saja yang dekat dengan wanita itu, ketika masih berada di sisi putranya. Siapa tahu dia bisa mendapatkan jawaban dari sana, dan mengetahui seseorang yang selama ini melindungi Alicia.

Akan tetapi tidak ada jawaban apapun dari Lee, karena ponsel pria itu tertinggal di dalam kamar. Sementara sekarang Lee berada di ambang pintu kamar kedua anaknya.

Dia ragu untuk masuk, sehingga memilih untuk berdiri di depan benda persegi panjang itu. Lama berada di sana, akhirnya Lee memutuskan untuk melihat keadaan Gio dan Shasha.

Namun, ketika pintu terbuka, yang ia lihat justru pemandangan yang membuat bibirnya melengkung. Shasha terlelap di atas ranjang sendirian, sementara Gio tertidur di dalam pelukan Renata. Mereka berdua masih sama-sama ada di sofa.

Dengan penuh kehati-hatian Lee menutup pintu, kemudian melangkah dengan sangat pelan, agar tidak menimbulkan suara. Ketika dia sudah berada di sisi sofa, dia memandang wajah polos Gio yang terlihat nyaman di dalam dekapan Renata.

Lee sedikit membungkukkan badan.

"Maafkan Daddy, Sayang. Daddy belum bisa memberikan yang terbaik untuk kalian. Daddy tidak tahu jika setiap hari kalian bertanya-tanya bagaimana hubungan Daddy dan Mommy Sofia, Daddy terlalu sibuk hingga tidak pernah ada waktu untuk kalian berdua," ungkap Lee seraya mengusap lembut kepala Gio. Dia merasa menjadi ayah yang tidak berguna. Karena dia, Gio dan Shasha harus merasakan ini semua.

Cup!

Lee mengecup kening Gio dengan singkat. Kemudian mengangkat bocah tampan itu, agar berpindah ke ranjang dan tidur dengan leluasa.

"Do'akan Daddy yah, supaya bisa menemukan ibu kalian dengan cepat," ucap Lee ketika kedua anaknya sudah tidur bersebelahan. Dia menaikkan selimut hingga ke atas dada, lalu memberikan ucapan selamat malam. "Good night, My Little Angel."

Dan kini pandangan mata Lee beralih pada sosok Renata yang mulai meringkuk di atas sofa. Wanita itu memeluk tubuhnya sendiri karena merasa kedinginan dengan suhu ruangan.

Lee mendekat dan semakin menelisik wajah cantik itu. Karena ingin berterima kasih pada sang sekertaris, pria itu pun berniat untuk mengangkat tubuh Renata dan memindahkannya ke ranjang.

Renata yang sudah nyenyak, benar-benar tidak merasakan apapun saat tubuhnya melayang karena digendong oleh Lee.

"Dia wanita yang baik. Tapi aku selalu merasa janggal dengannya," gumam Lee, lalu melangkah dan membaringkan tubuh Renata di samping Shasha.

Akan tetapi Lee yang hendak menyelimuti Renata, mendadak urung ketika melihat piyama wanita itu naik, hingga memperlihatkan perutnya.

Deg.

Lee langsung membeku sambil terus memperhatikan sesuatu yang mengusik pikirannya. Ya, dia melihat bekas jahitan di perut Renata, membuat otaknya berkelana ke mana-mana. Lee melebarkan kelopak matanya dengan sempurna, dan semakin meneliti apa yang ada di hadapannya.

"Dia?" Suara Lee tercekat, dengan jemari yang bergerak, hendak menyentuh perut wanita itu. "Dari mana dia mendapatkan jahitan ini? Apakah dia pernah terluka?"

Mulutnya mungkin bertanya seperti itu, tetapi ingatan Lee langsung jatuh pada masa Alicia operasi.