NovelToon NovelToon
Berandal Sekolah Kesayangan Ketos

Berandal Sekolah Kesayangan Ketos

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Cintapertama / Ketos / Teen School/College / Bad Boy / Idola sekolah
Popularitas:6.3k
Nilai: 5
Nama Author: LiaBlue

Senja Ociana, ketua OSIS cantik itu harus menjadi galak demi menertibkan pacar sekaligus tunangannya sendiri yang nakal bin bandel.
Langit Sadewa, badboy tampan berwajah dingin, ketua geng motor Berandal, sukanya bolos dan adu otot. Meski tiap hari dijewer sama Senja, Langit tak kunjung jera, justru semakin bandel. Mereka udah dijodohin bahkan sedari dalam perut emak masing-masing.

Adu bacot sering, adu otot juga sering, tapi kadang kala suka manja-manjaan satu sama lain. Kira-kira gimana kisah Langit dan Senja yang punya kepribadian dan sifat bertolak belakang? Apa hubungan pertunangan mereka masih bisa bertahan atau justru diterpa konflik ketidaksesuaian?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LiaBlue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

15. Kepikiran

“Mas.”

Lukman terkejut melihat kedatangan seorang wanita ke ruangannya. Ia menegakkan tubuh dan menatap wanita cantik yang cukup muda itu.

“Kenapa kamu bisa ada di sini, Heni?”

Wanita bernama Heni itu tersenyum lalu mendekat dan mencium pipi Lukman. “Tentu saja karena aku rindu, mungkin lebih tepatnya anak kita yang merindukan ayahnya.”

Lukman menghembuskan napas mendengar itu. “Harusnya kamu tunggu saja di rumah, dan hubungi aku jika memang ingin bertemu. Biar aku yang datang, bukan kamu yang ke sini.”

Heni menatap Lukman dengan wajah berubah sedih. “Kamu tidak suka aku datang ke sini, Mas?”

Lukman kembali menghembuskan napas. “Bukannya aku tidak suka, Heni. Tapi kamu tahu sendiri kalau hubungan kini ini sekarang masih tidak benar. Orang-orang akan memperhatikan kita, apalagi gosip tentang perceraianku sudah menyebar. Tidak baik kamu ke sini, tenang ‘lah di rumah.”

Heni mendengkus, lalu duduk di kursi di seberang meja kerja Lukman. “Aku ingin tetap di sini, masa aku sudah jauh-jauh ke sini, baru sampai malah harus pergi lagi? Jika memang ada yang melihat, mereka juga akan berpikir aku datang untuk konsul, bukan hal aneh. Orang selama ini aku adalah pasienmu, Mas. Sudahlah, aku pokoknya ingin tetap di sini. Kamu tega menyuruh anak kita menahan rindu kepada ayahnya?”

Lukman menghempaskan punggungnya mendengar celotehan itu. Pikirannya saat ini masih terfokus kepada kata-kata lirih Langit kepadanya di sekolah tadi.

Menyadari ekspresi tak tenang Lukman, Heni pun berdiri dan kembali mendekat. Wanita itu mengusap bahu bidang Lukman dengan pelan.

“Kenapa, Mas? Kamu sepertinya banyak pikiran, apa begitu berat pekerjaan hari ini? Apa ada pasien yang berulah?” tanya Heni lembut.

Lukman menggeleng. “Aku tadi ke sekolah Langit.”

Heni terkejut mendengar itu. “Ke sekolah si tampan?”

Lukman menatap Heni yang terkejut akan kalimatnya. Heni tersenyum tenang ditatap seperti itu oleh Lukman.

“Maksud aku, kalau anak kita laki-laki, pasti juga akan setampan Langit nanti, karena Langit adalah abangnya, iya ‘kan, Mas?”

Lukman menghembuskan napas kasar. “Yah, mungkin.”

“Jelas, dong. Kamu ‘kan ayahnya, pasti anak kita tampan, orang bapaknya saja tampan,” tutur Heni tersenyum manis.

Lukman hanya tersenyum singkat. Ekspresi wajahnya tak dapat disembunyikan, pria itu tampaknya benar-benar frustrasi saat ini.

“Memangnya kenapa kamu datang ke sekolah Langit tadi, Mas?” tanya Heni.

“Dipanggil kepala sekolah karena Langit berulah lagi.”

“Oh, jadi karena itu kamu sakit kepala? Maklum ‘lah, Mas, anak laki-laki memang biasa begitu.”

“Bukan, aku tidak pusing tentang hal itu,” balas Lukman sembari menarik napas dalam.

“Lalu, kenapa?”

Lukman menunduk sembari mengusap wajahnya pelan. “Dia begitu membenciku, dia kecewa berat padaku, dan katanya ... dia tidak ingin lagi berjumpa atau melihatku.”

Heni menepuk pelan bahu Lukman. “Sekarang dia begitu karena hal ini masih baru dan tiba-tiba, Mas. Nanti Langit pasti akan kembali menerima kamu, tenang saja, kamu jangan banyak pikiran.”

“Ini bukan hal sepele dan aku sadar jika hubungan ini salah. Aku yang salah dan akhirnya sekarang menerima semua ganjaran dari perbuataan bodohku. Tidak heran jika mereka kecewa berat padaku, ini memang kesalahan besar yang pernah aku lakukan.”

Heni menatap Lukman yang benar-benar tampak merasa bersalah atas hubungan terlarang mereka. Wanita itu berusaha tetap tenang meski hatinya merasa marah dan kesal karena dirinya dianggap kesalahan besar bagi Lukman.

“Kamu sepertinya memang butuh sendiri dulu, Mas. Aku akan pulang duluan, aku tunggu di rumah.” Heni langsung pergi begitu saja dari sana.

Lukman menatap kepergian Heni dengan wajah lesu. Pintu ruangan kerjanya pun tertutup, Lukman masih menatap kosong pintu tersebut.

“Bagaimana bisa aku melakukan kesalahan sefatal ini? Sekarang semuanya hancur, aku dibenci anak-anakku sendiri. Aku ... yang dulu begitu berusaha mengejar dan mendapatkan cinta Lusi, sekarang malah menjadi orang terbrengsek yang menyakiti dan melukainya. Maafkan aku, Lusi, maaf anak-anakku. Ini memang kesalahan yang tiada guna lagi disesali.”

Lukman masih terpikirkan masalah pertemuannya dengan Langit tadi siang di sekolah. Putranya itu pun cukup sama, tetapi beruntungnya selalu ada Senja di samping Langit, sehingga rasa sedih dan sakit itu selalu berhasil pergi dengan cepat.

“Ja.”

“Eh, kamu udah bangun?” Senja menatap Langit melangkah ke arahnya sembari mengucek mata karena baru bangun tidur.

“Mana Bunda?” tanya Langit serak.

Langit langsung memeluk Senja yang tengah memasak sayur bayam kesukaan tunangannya.

“Bunda lagi ke pasar sore depan komplek sama Mama dan Ummi. Bunda belum sempet masak, makanya aku buatin kamu sayur bayam biar langsung makan pas bangun tidur.”

Langit tersenyum senang, ia mengecup pipi Senja dari samping dengan kedua tangan masih melingkar di pinggang sang tunangan.

“Beruntungnya aku dapet tunangan, calon istri sejati. Bangun-bangun ketemu kekasih cantik ini lagi masak di dapur, perhatian banget, mikirin tunangannya yang laper kalo bangun tidur, mana yang dibikinin makanan kesukaan pula. Mau cari ke mana lagi coba pacar kayak gini?” celoteh Langit dengan kata-kata terdengar drama.

Senja hanya tersenyum mencibir mulut manis sang tunangan yang sedang mengagung-agungkannya. “Kamu mau apa?”

Langit terbahak mendengar itu. “Aku gak mau apa-apa, Sayang. Aku muji sesuai isi hati aku, si cantik aku yang perhatian.”

Senja menoleh ke belakang dan menatap Langit dengan bibir miring. “Biasanya siap ini mau minta sesuatu sama aku. Muji-muji dulu, siap itu minta sesuatu,” ejeknya menerka jalan pikiran Langit.

Tak heran Senja menerka seperti itu, sebab ia sudah tahu betul bagaimana tabiat sang tunangan. Buktinya kini Langit cengengesan menatap Senja.

“Apa cengengesan? Udah minggir, aku mau ambil mangkok. Sayurnya udah mateng, kamu tinggal makan, cuci muka sana. Kalo perlu sekalian mandi, udah sore ini.”

Langit memperhatikan Senja berjalan mondar-mandir mengambil mangkok, lalu memindahkan sayur bayam tadi ke dalam mangkok tersebut.

“Sayang.”

Senja menoleh dan menatap Langit dengan ekspresi curiga. “Apa, mau apa?”

Langit kembali cengengesan, ia menggaruk puncak kepalanya sembari terus mengikuti pergerakan sang tunangan. Senja pun melirik malas ke arah Langit yang tak kunjung bersuara.

“Kalo gak mau ngomong, mandi sana, aku tunggu di sini, setelah itu makan,” titah Senja.

“Kak Luna mana? Di rumah temennya lagi?”

Senja mengangguk. “Biasa, pulang abis Magrib.”

Langit mengangguk, kemudian ia kembali mengikuti Senja ke arah wastafel dapur. Senja berniat membersihkan teflon kotor bekas membuat sayur.

“Biar aku aja yang cuci, Yang.” Langit langsung mengambil alih teflon itu, lalu bergegas membersihkannya.

Senja mendongak menatap Langit di sampingnya. Ia mencibir, semakin yakin jika Langit menginginkan sesuatu darinya.

“Bagus ‘lah, cuci yang bersih, jangan sampe ada noda yang tertinggal. Aku suka suami rajin.” Senja mengusap rambut Langit sebelum bergerak ke arah kulkas.

Langit terus memperhatikan Senja dengan pergerakan tangan menyapu pantat teflon. Senja pun menaikkan sebelah alisnya ketika sang tunangan masih menatapnya.

“Kenapa? Cuci aja itu bersih-bersih,” tutur Senja.

“Emm, sebenernya ....”

1
Saya Kaya
rance selalu bikin gue ngakak😭🤣
Saya Kaya
lanjuut kak
Nova Silvia
neo ma ace pst ngakak
Nova Silvia
LDR itu susah thorrr
pi klo kelen percaya satu sama lain pst bisa
Nova Silvia
jan bilang selingkuhan ayh,,ibu ny nja
Nova Silvia
iiihhh jd slabrut olangan ni thor
Saya Kaya
lanjut thor
Saya Kaya
ada niat ngegatel gak ini?🤨
Saya Kaya
ya Allah, saat gue ikutan nangis, eh langsung ngakak sama tingkah rance😭😭
Saya Kaya
gue gemes sama selingkuhan itu. anjng kan🤧
Nova Silvia
kan bilang ee suka ma ja
Nova Silvia
hubungan yg gek²s
klo ada ulet jg pst senja bantai
Nova Silvia
bab satu aku suka
kita lanjut nanti yaaahhhhh
Saya Kaya
pertemanan mereka bikin iri🤧😂
Saya Kaya
waduuh, digantung🤧😭
Saya Kaya
lanjuut tor
@vee_
lucu ka..
Saya Kaya
semangat langit. ikut sedih🥺
Saya Kaya
sumpah, cerianya mood 😭🤣
Saya Kaya
huaa tor, cepet update. seru bnget ini🤧
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!